23. Her First Attempt

705 220 36
                                    

Jangan libatkan keluarga,apakah Darlina mau bilang, keluarganya tidak berperan?Apakah berarti, Darlinaberbuat lebih dari yang diakuinya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan libatkan keluarga,
apakah Darlina mau bilang, keluarganya tidak berperan?
Apakah berarti, Darlina
berbuat lebih dari yang diakuinya?

Semakin kupikir,
semakin sulit kuterima,
kalau Darlina hanyalah korban
pacar yang berangasan
ayah yang gelap mata
ibu yang tidak jujur tapi pengatur.

Kukirim pesan kepada Darlina.
"Jangan sampai orangtuamu
dihukum untuk perbuatan
yang tidak mereka lakukan."

Seperti yang kuduga,
Darlina tidak menjawab.


Aku juga menemui Bu Astri,
di lobi rumah sakit.
Ia menolak autopsi Rudy,
hendak membawa jenazahnya pulang,
tanpa keributan lagi,
tak perlu menuntut siapa-siapa,
yakin, Rudy sendiri yang salah,
bikin susah semua orang.

Bu Astri mau menemuiku
setelah Kak Fatah bilang,
aku calon istri korban.
Kalimat pertama dari bibirnya,
"Kamu boleh memaki aku,
ibu yang gagal mendidiknya."

Aku menggeleng.
Kuserahkan kalungku dari Hiresa,
yang tersimpan di saku parkanya.
Aku yakin Hiresa tidak berkeberatan.
"Rudy membelikan ini buat Ibu."

Bu Astri menatapku dengan ekspresi tidak kupahami.

Kak Fatah menjelaskan
tentang cicilan Rudy kepada ibu Darlina.
"Kami hanya tahu itu.
Sebaiknya, Ibu tanyakan pada yang bersangkutan,
melalui polisi."

Bu Astri menyerahkan kalung kembali kepadaku.
"Rudy tidak tahu,
aku mengalihkan cicilannya untuk keperluan Darlina.
Rudy harusnya bertanggung jawab, bukan malah memutuskan hubungan."

Lalu ia berpamitan.

Aku tercengang,
minta Kak Fatah mengulang kata-katanya,
mungkin aku salah membaca bibir.


Kak Fatah juga terkejut.
"Adakah cara lain meminta kesaksian Rudy?"

"Bukan Rudy," sahutku.
Mengirim pesan lagi.
"Darlina, aku tahu yang sebenarnya
tentang kamu dan Rudy."

Pesanku dibalas,
tak terduga.
"Kamu berjodoh
dengan Hiresa Damarion.
Sama-sama resek.
Kalau dia tidak turut campur,
dan menyerahkan saja kalung itu, semua ini tidak terjadi.
Untungnya, orang gegar otak, tuli, dan bisu, tidak bisa jadi saksi.
Belum tentu bangun juga
meski dibantu alat-alat canggih begini."

Aku tertegun.
"Hiresa Damarion...
...begini?

Kak Fatah mengomel. "Cewek gila! Tadi kutemui nangis-nangis. Sekarang...."

"Kak Esa!"
Aku memelesat
menuju kamar Hiresa.
Darlina ada di sana,
hendak membungkam saksi?

Darlina ada di sana, hendak membungkam saksi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang