17. Mothers

808 222 32
                                    

Hiresa mendapatkan penanganan medis terbaik,Dokter Susi menjamin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiresa mendapatkan penanganan medis terbaik,
Dokter Susi menjamin.
Namun tanpa jiwa,
hanya garis datar
angka nol
denyut bisu
pada monitor
mesin-mesin penyangga hidupnya.

Dua jam sampai aku dibolehkan mendekatinya.
Dua jam aku tak mampu memejamkan mata, meski dihipnotis.
Dua jam perjalanan menjemputnya tertunda.
Dua jam yang memunculkan para ibu.


Kubaca bibir Kak Fatah saat berbicara dengan Bapak,
tentang ibu Darlina yang menyerahkan diri
kepada polisi.

"Ibunya? Apa yang dia lakukan?"
Aku bahkan belum tahu
peran suami dan putrinya.
Namun Bapak dan Kak Fatah
seperti bersepakat,
aku tidak perlu tahu.

Dokter Anna menelepon,
saat transit di Dubai,
15 jam lagi untuk sampai di sini.
Berbicara dengan Dokter Susi dan Bapak.
Lalu meminta video call denganku.
Aku takjub memandangi wajah cantiknya,
nyaris tetap seperti yang kuingat
10 tahun lalu.

"Terima kasih sudah menemukan Esa," katanya dalam isyarat.
"Untuk pergi lagi menyelamatkan jiwanya."

Aku mengangguk.
Hanya ada tekad,
tak mampu berjanji,
karena ketakutanku membayang lagi.

Ia mengirimiku fotonya bersama Hiresa kecil.
Tidak menjelaskan maksudnya,
air mata sudah mewakili.

Kurebahkan tubuhku di ranjang bersisian dengan Hiresa,
menggenggam tangannya yang dingin.
Begitu kontras dengan hangatnya
genggaman Ibu pada tanganku yang lain.

"Pergi dan kembalilah segera dengannya," kata Ibu, lalu mencium keningku.

Restu dua orang ibu yang menguatkanku,
saat tak kutemukan Hiresa
di tempat aku meninggalkanya,
di wilayah cahaya.


"Kak Esa!" teriakku.



Mungkinkah ia lari dan bersembunyi,
dari arwah tersesat,
yang kini benar-benar tersesat
karena tubuhnya sudah dievakuasi,
disimpan di kamar mayat,
menunggu diproses kepolisian.

Aku berkeliaran
acak dan berputar
tetap di daerah terang,
sampai kusadari
kemungkinan Hiresa tertangkap
dan dibawa ke kegelapan.

Tak ada cara lain kecuali
memancing arwah begal itu keluar.

Apa yang diingininya?
Merampok habis Hiresa.
Hanya kalung yang belum diperolehnya.
Ada di leherku,
muncul lagi begitu aku tiba di sini.
Aku melepasnya,
berjalan menyeberangi jembatan.

"Hei! Kamu mau ini, kan?
Bagaimana kalau bertukar?"


"Hei! Kamu mau ini, kan?Bagaimana kalau bertukar?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang