16. Everything in Between

726 240 25
                                    

Aku terjaga seperti baru muncul ke permukaan airsetelah lama menahan napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku terjaga
seperti baru muncul ke permukaan air
setelah lama menahan napas.
Bapak dan Ibu merangkulku
Dokter Susi tersenyum.
Kak Fatah tidak terlihat.

"Kondisi Kak Esa kritis!" seruku.
"Pak Mulya dan Darlina
tahu di mana tubuhnya."

Bapak mengangguk.
"Polisi dan tim medis sudah di lokasi.
Kita doakan, evakuasi berjalan lancar."

Aku tercengang.
"Sungguh?
Berapa lama aku pergi?
Apa yang terjadi di sini?"

"Tengah malam sekarang.
Dua jam kamu tidur,
di antara damai dan gelisah
senyum dan tangis
sunyi dan igauan.
Menolak dibangunkan.
Dokter Susi minta kamu dibiarkan
sampai kembali sendiri.
Ya Tuhan, Aran,
kami cemas sekali."

Aku menangis.
"Aku baik-baik saja.
Tapi Kak Esa dijahati orang, Bu.
Dia masih hidup, Pak."

Bapak mengelus rambutku.
"Kakakmu berhasil membujuk Darlina,
untuk membantu polisi.
Baru itu yang Bapak tahu.
Kita tunggu kabar selanjutnya.
Beristirahatlah.
Tapi di sini saja."
Bapak menunjuk badanku.

Aku tahu maksudnya.
Tapi bagaimana aku beristirahat?
Sementara Hiresa di bidang astral,
sendirian
begitu yakin
hanya bisa menunggu
tubuhnya perlahan mati
dan jiwanya harus pergi.

Berkali-kali, ia berkata
"Aku bahagia
sudah bertemu denganmu.
Lupakan sisi lemahku
yang tidak mau kamu pergi.
Aku sadar,
tidak adil menahanmu di sini.
Aku akan lebih bahagia
kalau kamu berhasil meraih cita-cita.
Pulanglah, Coconut."

"Kalau aku pulang,
Kak Esa mau berjanji?"

"Apa pun untukmu."

"Tetaplah di sini,
jangan ke seberang sungai
menantang orang itu.
Aku pulang untuk memastikan tubuhmu ditemukan.
Lalu, aku kembali menjemputmu.
Berjanjilah, Kak Esa!"

"Bagaimana kalau orang itu
mengejarku ke sini?"

"Lari,
sembunyi,
ingat Dokter Anna,
panggil aku,
apa saja,
pokoknya bertahanlah.
Aku segera kembali.
Tidak akan usai
sebelum waktunya usai."

Hiresa hanya tersenyum,
mencubit pipiku.
Kuyakinkan,
segalanya akan baik-baik saja.

Di sini, sekarang,
aku menunggu,
tubuh bergejolak dengan segala rasa,
jiwa memberontak ingin kembali padanya.

Hingga kabar datang,
Hiresa sudah dilarikan ke rumah sakit,
nyaris tanpa tanda kehidupan.
Aku tahu,
saatnya tiba
untuk menjemputnya.

PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang