Kaki-kaki kecil itu berlarian tak tentu arah, merasakan terpaan angin lembut pada wajah-wajah mungilnya. Baling-baling kertas yang berada ditangannya terus berputar seiring kakinya yang seolah mengayuh udara.
"Kaka tundu Imin!!" Seru dari yang termuda yang tak mampu mengimbangi kedua langkah yang lebih besar didepannya. Matanya kian berkaca kala bayangan keduanya semakin jauh meninggalkannya.
Brukk
"Hiks.. Hiks... Huweeeeee." Dua yang tertua menghentikan langkahnya. Menoleh kebelakang kala tangisan keras mereka dengar.
"Jaemin!! " Si anak laki-laki itu dengan segera berbalik arah, mengayuh semakin cepat kedua kaki mungilnya.
"Huwee takit, huhuhu dalah? Huwee kaki Imin bedalah huuweeee. " Sang kakak kelabakan dibuatnya, lutut adiknya berdarah. Matanya tiba-tiba memanas, melihat sang adik menangis kesakitan ia jadi ingin ikut menangis.
Sreettt
"Sudah jangan menangis lagi, Jaemin kan laki-laki, tidak boleh cengeng. Kakak tidak suka melihat laki-laki yang menangis." Satu-satunya gadis di sana bersuara, merobek bagian bawah roknya untuk kemudian dibebatkan pada lutut yang termuda.
Jaemin atau Lee Jaemin itu terdiam sesaat setelah sang gadis bersuara. Isakan-isakan kecil masih menghiasi bibir bergetarnya namun iris mata bulatnya tak pernah lepas dari pemandangan di hadapannya.
"Kaka canci," gumamnya.
"Aku tidak akan lama, kau tunggu saja. Aku pasti kembali." Suaranya mengalun indah. Gadis berusia tujuh tahun itu berpamitan pada kedua tetangga sekaligus sahabatnya.
"Kaka tenapa pelgi, Imin mau ikut." Si bungsu keluarga Lee tak hentinya merengek sedari tadi berharap sang kakak cantik tidak pergi.
"Jae, kakak akan sekolah di sana, jadi Jae tidak boleh ikut. Kakak juga berjanji kan akan kembali lagi nanti," bujuk sang ibu. Jaemin tidak perduli, ia terus berontak dalam dekapan sang ibu. Merasa tidak ada hasil, Jaemin mulai menangis dengan kerasnya dan mengubur wajahnya pada dada sang ibu. Si gadis tersenyum melihatnya, lucu sekali pikirnya.
Selesai dengan si bungsu Lee, si gadis itu beralih pada si sulung. Baru saja ia hendak bersuara, si sulung itu mengeram marah sembari mengepalkan tangannya erat.
"Jaehyun--"
"Pergi saja sana, aku tidak perduli." Tanpa disangka sebelumnya, Lee Jaehyun berbalik kemudian berlari memasuki rumah meninggalkan si gadis dengan sejuta penyesalan karena tak bisa memberi kesan indah di saat detik-detik kepergiannya.
"Maafkan aku, Hyun."
Veve hadir lagi!!!
Yuhu.. Gimana-gimana? Ini prolognya aja, isinya entar nyusul yaa
Ini pertama kalinya aku bikin FF dengan cast selain member BTS, expecially Min Yoongi.
Semoga suka, ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Gift™
RomanceSeorang kakak yang rela jika ' jantung hati'nya terlepas dari kehidupannya. Satu sisi ia tak rela melepaskan di sisi lain ada yang membuatnya harus mampu merelakan. Sang adik yang tak tahu jika nyaris di seluruh hidupnya ia selalu menerima pemberian...