#10

506 51 18
                                    

Taeyong mengikuti langkah beberapa perawat yang mendorong brankar Jaehyun menuju ruang UGD.

Tadi ia bergegas membawa Jaehyun menuju rumah sakit dan untuk sementara mengabaikan Jaemin yang mungkin sudah diberi pertolongan pertama di ruang kesehatan. Menurutnya, kondisi Jaehyun lebih mengkhawatirkan, ia takut jika adik tirinya itu mengalami serangan jantung yang fatal.

Baru sekitar sepuluh menit ia duduk di bangku depan ruang UGD, suara gesekan roda brankar kembali terdengar beriringan dengan langkah kaki beberapa perawat. Itu Jaemin yang baru sampai di rumah sakit dan segera dimasukkan ke ruang UGD.

Taeyong mengusap wajahnya kasar, keadaan macam apa ini. Baru saja sehari ia mengemban tugas untuk menjaga kedua adik tirinya. Tapi, Tuhan sudah memberikan ujiannya lebih dulu, jujur saja Taeyong belum siap.

Sedari tadi yang ia lakukan hanya memutar-mutar ponselnya. Bimbang antara menghubungi ayahnya untuk memberi kabar tentang kedua adik tirinya atau tidak. Tentu saja itu ia pertimbangkan atas dasar kesehatan sang ayah yang juga patut untuk diperhatikan. Ia tak ingin sang ayah kembali drop jika mengetahui kedua anaknya dilarikan ke rumah sakit secara bersamaan.

"Keluarga Lee Jaehyun." Taeyong terkesiap dan segera berdiri untuk menghampiri sang dokter.

"Pasien hanya mengalami shock dan serangan kecil pada jantungnya, beruntung anda segera membawanya kemari dan pasien segera mendapat pertolongan. Keadaannya sudah mulai stabil, setelah ini pasien akan dipindahkan ke ruang rawat setelah anda menyelesaikan administrasi."

Nafas lega sedikit bisa Taeyong hembuskan. Ia berterimakasih pada sang dokter dan hendak berbalik menuju ruang administrasi sebelum tiba-tiba kembali bersuara dan mengejutkan dokter yang hendak kembali masuk ke ruang UGD.

"Maaf, Dokter, bagaimana kondisi pasien bernama Lee Jaemin? Dia juga adik saya sama seperti Lee Jaehyun."

"Maaf, di dalam banyak sekali pasien dan saya tidak tahu mana pasien yang bernama Lee Jaemin, mungkin sebentar lagi dokter yang menanganinya akan keluar."

Sejenak, Taeyong merasa kikuk sendiri. Tentu saja dokter itu belum tentu tahu. Di dalam sana bukan hanya ada kedua adiknya dan ada masing-masing dokter yang menangani. Huh, ternyata sesayang itu Taeyong kepada kedua adik tirinya hingga kekhawatirannya juga sebesar untuk keluarga kandungnya, bahkan otak cerdasnya saja sampai tak berfungsi karena tertutup rasa khawatir.









.
.
.







"Kak Mina!"

Mina menoleh, mendengkus mendapati seorang pemuda yang beberapa hari ini terpaksa harus ia jauhi juga.

"Kau ini kemana saja, sih. Susah sekali ditemui?"

"Memangnya ada apa kau mencariku?"

Mina harap kali ini pemuda itu mencarinya untuk urusan yang lebih penting dari biasanya.

"Ini tentang Jaemin."

Mina mendengus untuk yang kedua kalinya setelah melihat sepupunya itu.

Ini yang membuat Mina selalu menjauhi Jeno. Sepupunya itu selalu saja mempertanyakan tentang mengapa ia menghindari adik angkatnya. Baginya itu tak penting karena hal itu akan menambah kesakitan hatinya dan penyesalannya sekaligus.

"Jaemin kecelakaan, dia jatuh saat di depan fakultas hukum tadi pagi dan dilarikan ke rumah sakit,  kepalanya bocor karena terbentur batu."

Mata Mina terbelalak. Walau bagaimanapun, Jaemin adalah sepupu angkatnya. Ia juga adik kecil kesayangannya, ia tak akan bisa mengabaikan hal ini jika begini.

THE Gift™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang