***
Keadaan kembali seperti semula. Kini, Jaehyun dan Jaemin sudah menempati rumah peninggalan sang ibu. Jaemin tetap sibuk dengan kuliah di semester pertamanya dan Jaehyun kembali sibuk dengan pekerjaannya di kafe dan pekerjaan barunya untuk merawat sang adik.
Sebelumnya, sang ayah sudah mewanti-wantinya untuk tidak bekerja. Ia bahkan sudah diberi satu kartu kredit untuk memenuhi segala kebutuhannya beserta sang adik. Tapi, Jaehyun tetaplah Jaehyun, ia tak ingin lagi terlihat lemah dan bergantung pada sang ayah.
Sudah cukup ia yang menggantungkan hidup serta hatinya pada kedua orang tuanya yang berakhir dengan ia yang harus rela menelan pahitnya takdir yang kedua orang tuanya pilih.
"Kakak yakin ingin kembali bekerja?" tanya Jaemin pada sang kakak yang tengah memasukkan nasi dan lauk ke dalam mulutnya dengan santai.
Jaemin mendengkus kecil saat anggukan ia terima. Ia kembali memasukkan telur gulung ke dalam mulutnya sebelum menenggak habis satu gelas besar susu pisang.
"Jangan terlalu lelah, kakak baru saja sembuh. Aku tidak mau kakak sakit atau aku akan menangis."
Jaehyun yang sudah menyelesaikan sarapannya pun bergerak maju dari duduknya, meraih tangan sang adik lalu kemudian ia genggam.
"Tidak akan. Kakak sudah janji untuk menjagamu dan menemanimu, kau tanggung jawab Kakak sekarang."
Dengan kalimat itu, Jaemin berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Ia tak terbiasa hidup seperti ini. Meski kakaknya sudah berjanji untuk menjaganya, tetap saja ia tak mau tinggal diam. Mereka sama-sama lelaki, ia juga bukan anak kecil lagi. Jaemin juga harus melakukan hal yang sama, saling menjaga dengan yang lebih tua.
Jaemin meninggalkan rumah dengan Jaehyun yang mengantarnya hingga depan pintu. Ia merasa senang karena ini kali pertama ia pergi dengan lambaian tangan dan senyum manis milik sang kakak yang menyertai. Seakan menjadi doa tersendiri bagi Jaemin dan juga penyemangatnya untuk menjalani hari ini.
Jaehyun melirik jam setelah kembali masuk ke dalam rumah. Masih pukul tujuh. Itu artinya ia masih punya dua jam lagi untuk beristirahat sebelum kembali bekerja jam sembilan nanti. Sebenarnya ia merasa tubuhnya sedikit lelah, padahal ia hanya bangun sedikit lebih pagi untuk menyiapkan sarapan dan juga kebutuhan Jaemin.
Ia bergumam, mengutuk dirinya sendiri atas kelemahannya. Ia punya tanggung jawab sekarang dan Jaehyun bertekad untuk melakukan yang terbaik bagi Jaemin. Kaerena saat ini, pusat dunia dan kebahagiaannya hanya pada bocah kurus itu.
Tokk
Tokk
Tokk
Jaehyun terkesiap saat terdengar suara ketukan pintu dari luar. Ia yang hendak merebahkan tubuhnya di atas kasur pun menjadi urung dan sedikit mengumpat meski tubuhnya tetap bergerak untuk berjalan menuju pintu ruang tamu.
"Sudah siap?"
Dahinya mengernyit heran. Apa-apaan manusia di hadapannya ini. Sudah datang dengan tiba-tiba, menanyakan hal yang tak ia mengerti apa maksudnya pula.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Suaranya terlihat sekali jika ia tengah kesal. Tubuhnya ingin sekali beristirahat tapi lelaki di hadapannya ini seakan membuang-buang waktunya saja.
"Kita akan pergi ke kampus. Aku sudah mengurus semuanya dan mulai hari ini kau kuliah di tempat Jaemin dan aku juga kuliah. Tenang, kau tak akan mengulang dari awal, karena kau adalah mahasiswa transfer sama sepertiku dari kampus kita yang lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Gift™
RomanceSeorang kakak yang rela jika ' jantung hati'nya terlepas dari kehidupannya. Satu sisi ia tak rela melepaskan di sisi lain ada yang membuatnya harus mampu merelakan. Sang adik yang tak tahu jika nyaris di seluruh hidupnya ia selalu menerima pemberian...