#11

440 46 15
                                    

Mina mencoba menguatkan hati yang beberapa saat lalu kembali Jaehyun hancurkan hingga kepingan terkecil. Ia bahkan masih merasakan sesak yang sama ketika kalimat itu meluncur dengan bebas dari bibir tipis milik pemuda bermarga Lee itu.

Bagaimana bisa Jaehyun memintanya untuk melakukan hal yang jauh dari perkiraannya. Untuk menjauhi Jaemin saja rasanya sudah cukup menyiksanya, dan kini Jaehyun meminta hal yang lebih menyiksanya jika ia lakukan.

Tangannya ragu untuk memutar knop pintu yang sudah ia pegang itu. Lagi-lagi mata yang sedari tadi susah payah ia bersihkan dari jejak air mata itu kembali basah.

"Kemana saja kau, Kak?" Mina tersenyum samar yang jika diperhatikan maka sangat kentara sekali jika itu adalah senyum yang dipaksakan.

"Ada urusan sedikit. Ah, bagaimana kabarmu Jaemin?" Ia mendudukkan diri pada bangku yang sebelumnya Jeno tempati.

Jaemin tak menjawab. Meski dalam hati ia bersorak senang karena kini ia dihadapkan kembali dengan gadis yang dicintainya itu, Tapi, Jaemin dengan sifat kekanak-kanakannya berlagak untuk marah. Jual mahal istilahnya.

"Aku sakit, makanya sekarang aku berada di rumah sakit," jawabnya ketus.

Mina sedikit menyunggingkan senyum tulus, ternyata aduk kecilnya tak berubah, masih suka merajuk, sama seperti saat sebelum ia tinggalkan dulu.

"Iya, Kakak tahu itu, makanya sekarang Kakak jenguk kamu." Jaemin melempar pandangan pada Mina yang sebelumnya ia membuang muka.

Jujur, ingin sekali Jaemin merengek meminta penjelasan pada gadis itu, mengapa selama ini ia menjauhinya.

"Tahu tidak, aku jatuh seperti ini karena siapa?"

Mina melirik pada Jeno yang berdiri di sampingnya dan menaikkan satu alis saat pandangannya kembali jatuh pada mata bulat si bocah kurus di depannya.

"Memangnya karena siapa?" Lidah pemuda yang tengah terbaring dengan perban melilit kepalanya itu berdecak pelan.

"Karena Kakak, tahu."

"Loh, kok Kakak?"

Mina menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk. Kembali melirik Jeno untuk setidaknya mencari tahu barangkali sepupunya itu tahu sesuatu. Tapi, gerakan bahu tanda tak tahu ia terima dari sang sepupu.

"Aku tadi berlari untuk mengejar Kakak dan memanggil nama Kakak, tapi Kakak malah lari."

Jaemin memutar sedikit tubuhnya hati-hati untuk sedikit menghadap kearah Mina. Kali ini matanya benar-benar menyiratkan rasa penasaran yang tinggi.

"Kenapa Kakak seperti menjauhiku?" Mina mengerjap beberapa kali. Lidahnya kaku barang untuk menelan ludah saja. Ia belum menyiapkan jawaban untuk pertanyaan itu.

"T-tidak, kok. Kakak tidak menjauhimu, kakak hanya sedang sibuk saja."

Mina tertawa canggung, matanya bergerak tak tentu arah setelah tak sengaja menatap mata bulat Jaemin yang mengawasinya penuh selidik. Mata memicing itu sungguh serasa hunusan pedang yang mengarah kearahnya.

"Serius? Tidak bohong?" Mina hanya mengangguk mengiyakan.

"Kak Jeno, bisa tolong belikan aku susu pisang? Aku sangat ingin meminum itu untuk saat ini." Mata yang berkedip-kedip polos itu, bibir tipis yang tengah menyunggingkan senyum itu, mana bisa Jeno menolaknya.

"Baiklah, aku akan membelinya. Kak Mina tunggu disini, ya?" Mina mengangguk, Jaemin tersenyum dan melambai pada Jeno setelah mengucapkan terimakasih.




















THE Gift™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang