"Mama ... Jaemin pulang." Tak ada sahutan setelah salam itu ia lontarkan. Pintu utama tak dikunci yang menandakan ibunya tidak sedang keluar rumah. Pekerjaan ibu Jaemin memang tak menuntutnya untuk selalu berada di tempat kerja. Ia bekerja sebagai designer lepas yang pekerjaannya bisa ia lakukan dimana saja termasuk di rumah.
"Eunghhhh."
Jaemin menekuk kedua alisnya, telinganya samar-samar menangkap suara erangan.
"Mama?" Dapur menjadi tujuan utamanya karena kedua lubang hidungnya dimasuki aroma tak sedap seperti sesuatu yang gosong.
"Huh astaga!"
Jaemin panik melihat panci berisi mungkin sup yang telah hangus dan nyaris terbakar, ia dengan segera mematikan kompor yang sebelumnya ia tutup menggunakan lap yang ia basahi air.
"Mama!"
Jaemin segera berlari menuju kamar sang ibu, entah mengapa kini jantungnya bertalu, degupannya membuat dadanya terasa nyeri. Ia takut sesuatu terjadi pada ibunya.
"Mama hiks .. Mama kenapa?" Setelah ia memasuki kamar sang ibu, Jaemin dikejutkan dengan tubuh sang ibu yang melemas bersandar pada kaki ranjang dengan tangan mencengkeram erat bagian dadanya.
"Hahh J-Jaemin s-sakit."
Wajah Jaemin memerah, ia takut setengah mati. Memang ini bukan yang pertama kali melihat ibunya kesakitan, tapi ini yang paling parah. Ibunya mengidap penyakit jantung turunan yang beberapa tahun ini semakin memburuk setelah perceraian itu terjadi.
Jaemin dengan tangan gemetarnya mencoba menghubungi ambulan dan mencoba menenangkan sang ibu setelahnya dengan memeluknya erat, menyeka keringat yang membasahi wajah dan rambutnya.
"Mama tenang, Jaemin disini hiks mama pasti sembuh, Jaemin janji."
"MAMA!"
Seseorang yang sedari tadi duduk bersandar dengan mata terpejam itu tersentak setelah mendengar teriakan seorang yang sedari tadi ia tunggu untuk bangun.
Pria itu perlahan bangkit, mendekat ke arah ranjang yang di atasnya terdapat seorang pemuda yang tengah terduduk sembari memegangi salah satu sisi kepalanya.
"Kalau sakit kenapa pergi ke kampus?"
Pria itu berujar dengan nada datarnya. Jaehyun yang sudah berhasil menetralkan pusing pada kepalanya pun mendongak. Mendengkus kala yang ia dapati adalah wajah pria yang membuatnya tercipta di dunia ini.
"Untuk apa Papa ke sini?"
Jaehyun mengedarkan pandangannya dan sedikit nafas lega ia hembuskan kala menyadari bahwa dirinya masih berada di dalam ruang kesehatan kampusnya. Jaehyun sempat mengira ia berada di rumah sakit karena punggung tangan kirinya terpasang jarum infus.
"Untuk apa Papa kesini? Tentu untuk menjemput anak nakal sepertimu."
Jaehyun tersenyum kecut, ia bawa kembali tubuhnya untuk berbaring memunggungi sang ayah, menaikkan selimut hingga menutupi bahu sempitnya.
"Jika tak ingin punya anak nakal sepertiku, kenapa tak Papa buang saja."
Sangwoo geram mendengar apa yang baru saja anaknya ucapkan. Padahal, ia sudah lelah berlarian dari parkiran kampus ke ruang kesehatan ini yang jaraknya bisa dibilang sangatlah jauh hanya karena sangat khawatir mengenai keadaanya.
Ia juga berlari dari ruangannya menuju parkiran kantor saat mendapat kabar dari Johny jika Jaehyun jatuh pingsan di kelas.
"Kau, benar--"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE Gift™
RomanceSeorang kakak yang rela jika ' jantung hati'nya terlepas dari kehidupannya. Satu sisi ia tak rela melepaskan di sisi lain ada yang membuatnya harus mampu merelakan. Sang adik yang tak tahu jika nyaris di seluruh hidupnya ia selalu menerima pemberian...