#8

644 67 24
                                    

Gadis itu terlihat mengusap sesuatu dari ujung matanya. Netra Jaemin sedari tadi tak terlepas dari sana sejak gadis itu keluar dari ruang rawat sang kakak, sehingga hal kecil itupun tak luput dari pandangannya. Jaemin ingin sekali bertanya tapi susah payah ia telan kembali pertanyaannya saat si gadis tersenyum dengan lembutnya, senyum yang tepat diarahkan padanya.

"Paman Lee, bagaimana kabar anda?" Sangwoo sedikit tersentak dari lamunannya ketikan suara merdu gadis berdarah campuran Jepang-Korea itu menyapa gendang telinganya.

"Ahh ... b-baik, emm apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Sangwoo bertanya penuh keheranan, pasalnya ia merasa tak pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya.

"Ahh, pasti paman lupa, ya? aku Kim Mina, Paman. Putri dari Kim Myuri dan Tomoki Nishikawa, senang bisa bertemu kembali dengan Paman."

Setelahnya tak hanya Sangwoo yang terkejut dengan pengakuan Mina, tapi Jaemin pun merasa kilatan guntur menyambar tepat di dadanya. Jadi, selama ini yang ia sukai dan cintai adalah Kim Mina cinta pertamanya sejak umur empat tahun?

Terkagum-kagum sudah rasanya Jaemin. Ia tak menyangka, perasaannya begitu kuatnya hingga rasa yang sama muncul pada orang yang sama pula sejak belasan tahun yang lalu.



































Jaehyun tersenyum kecut juga bahagia di satu waktu yang sama. Telinganya sedikit pengang sebab adiknya tak berhenti mengoceh sejak tadi, tapi tak ia pungkiri rasa bahagia itu perlahan menghangatkan hatinya, mencairkan bongkahan darah yang semula membeku selama bertahun-tahun lamanya.

"Aku sungguh tak menyangka jika kak Mina itu sama dengan kak Mina tetangga kita dulu."

Jaemin bercerita dengan antusiasnya. Tiap-tiap kalimatnya seakan menjadi jarum jahit bagi Jaehyun. Sakit, namun menyembuhkan.

Mengesampingkan sementara waktu perasaannya, kini Jaehyun masih harus dihadapkan dengan pilihan yang tak lama ia ambil dari sang ayah. Jaehyun dengan amat sangat terpaksa menerima kehadiran Taeyong yang kini tengah berkutat dengan iPad nya di sofa. Anak itu tengah mengerjakan tugasnya, sungguh anak yang rajin.

"Ekhem ... Jaemin, aku ingin istirahat. Biasakah kau buat ruangan ini senyaman mungkin tanpa ada PENGGANGGU?"

Taeyong seketika mendongakkan kepalanya kala kata terakhir yang diucapkan Jaehyun dengan penuh penekanan itu mengalun. Taeyong cukup sadar diri jika kata itu ditujukan padanya. Lalu, tanpa basa basi dan menunggu Jaemin yang masih memproses ucapan sang kakak, kini Taeyong sudah memasukkan Ipad-nya ke dalam ransel, merapihkan gelas kopi yang tadi ia bawa seraya bersuara.

"Ayo kita keluar, Jaemin. Kakakmu butuh istirahat."

Jaemin yang masih belum rela berpisah dengan sang kakak pun merengut tak suka. Baru saja ia ingin beranjak, tapi suara Jaehyun kembali menginterupsi.

"Aku tak menyuruh adikku keluar, aku hanya tidak ingin ada pengganggu di kamar ini."

Jaemin mengerjap polos, tak paham maksud sang kakak. Namun, Taeyong dengan segala kepekaannya hanya mampu menghela nafas pasrah. Taeyong yakin ia akan mampu mengambil hati Jaehyun sebentar lagi.

"Baiklah kalau begitu, aku keluar dulu. Istirahatlah."















































"Kuperhatikan sejak kau keluar dari ruangan Jaehyun, wajahmu semakin jelek saja, Kak. Ada apa?"

Bukan, bukan maksud Jeno menghina sang kakak sepupu. Hanya saja, itu yang selalu Jeno katakan jika melihat wajah Mina tertekuk entah karena marah atau sedih.

THE Gift™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang