#6

689 85 32
                                    

Sejak pertemuannya dengan Jaehyun di kafe itu, Mina jadi lebih sering meluangkan waktunya untuk datang ke kafe tersebut. Alih-alih berkata jujur bahwa tujuannya memang untuk menemui pemuda pucat nan dingin itu, Mina bilang jika ia hanya ingin mampir ketika pulang dari kuliah.

Kebohongan yang sangat mudah ditebak jika saja Jaehyun tahu dimana tempat tinggal Mina. Tentu saja Mina berbohong. Dari kediamannya menuju kampus ataupun sebaliknya, Mina sama sekali tak melalui jalan tempat kafe dimana Jaehyun bekerja, tentu itu hanya alibinya saja.

"Kapan kau akan datang ke rumahku? Ibu sudah menanyakannya berkali-kali, dia merindukanmu, Jaehyun."

Mina berujar setelah menyedot smoothienya. Kini mereka sedang duduk berhadapan di salah satu meja kafe. Ini jam istirahat Jaehyun ngomong-ngomong.

"Nanti, aku masih belum menemukan mama dan adikku," jawabnya datar membuat Mina merasa bersalah.

Ia pernah berjanji untuk membantu Jaehyun menemukan keluarganya namun hingga lima bulan ini sama sekali belum membuahkan hasil.

"Maafkan aku."

Mina menunduk merasa bersalah. Jaehyun mendorong kursinya kebelakang seraya berdiri.

"Jam istirahatku sudah habis, sampai jumpa."

Mina hanya memandang kepergian Jaehyun tanpa kata. Melihat sikap Jaehyun, ia jadi ragu untuk mengungkapkannya. Ya, sebenarnya Mina berencana untuk mengungkapkan perasaannya jika ia mencintai pemuda dingin itu.































"Lho, Jaemin?"

Mina sedikit terkejut saat melihat sepupu angkatnya yang sedang duduk santai di teras bersama ibunya. Anak itu entah mengapa terlihat aneh di mata Mina, gelagatnya seperti tengah malu-malu.

Ibu Mina mempersilahkan sang putri untuk duduk sedangkan ia pamit untuk masuk ke dalam. Mina mendudukkan diri pada kursi di hadapan Jaemin. Ia menatap heran pada pemuda yang tiga tahun lebih muda darinya itu.

"Kak Mina sibuk tidak? Jaemin mau minta antarkan ke kampus Kakak, Jaemin mau daftar kesana."

Bocah remaja polos itu tersenyum kikuk, selalu begitu jika berhadapan dengan kakak sepupu angkatnya itu.

Ngomong-ngomong Jaemin memang sudah lulus dari SMA dan tengah mencari kampus yang cocok untuknya dan pilihannya jatuh pada universitas tempat Mina juga menimba ilmu disana.

Memang, usianya baru menginjak 17 tahun tiga bulan lalu, tapi ia mampu menyelesaikan pendidikannya lebih awal karena telah mengikuti program akselerasi di tingkat menengah atas.

Melihat tatapan memohon Jaemin, Mina tak kuasa menolak. Ia masuk ke dalam untuk berpamitan pada sang ibu dan kembali ke kampusnya untuk mengantar adik sepupunya.











































.
.
.








Pria dewasa itu kian mengurus, wajah berkarismanya lenyap entah kemana digantikan dengan wajah kuyu yang menyedihkan. Kantung mata di bawah kedua kelopak matanya, kumis dan jenggot yang mungkin sudah beberapa minggu ini tak ia cukur. Tatapannya menyendu ketika terbayang sosok yang amat ia rindukan.

"Kemana kau, Jaehyun. Papa merindukanmu, apa kau baik-baik saja? Maafkan Papa, kembalilah."

Selalu saja lirihan itu yang terdengar. Membuat siapa saja yang mendengarnya merasa iba akan kondisi pria tersebut. Membuat dua orang baru dalam kehidupannya tak kuasa menahan sesak kala mendapati pria itu jatuh begitu dalam asa yang nyaris putus.

THE Gift™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang