Rooftop

2.8K 118 4
                                    

Akhirnya mereka sampai di atap gedung,Alessa memandang takjub pandangan di depannya.Ia sedikit berlari,ia berdiri di ujung pembatas bangunan.

Kenneth segera menarik tangan Alessa sampai Alessa menabrak dada bidangnya.

"Jangan terlalu ke sana,bahaya."Alessa menatapnya cemberut.

"Tapi ini bagus banget Ken,gue suka."puji Alessa ia menatap bangunan  yang warna warni di depannya,menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi di depan.Suara bising kendaran di bawah sana bahkan sangat indah di telinga Alessa.

"Itu liat bintang di atas!."tunjuk Alessa,ia menunjuk salah satu bintang yang paling bersinar di langit.

"Terang banget,ah gue pengen jadi astronot deh biar bisa tangkep bintang.Terus bawa pulang deh.Hap!."Alessa memperagakan dirinya seperti sedang menangkap bintang lalu memasukkan bintang itu di dalam tasnya.

Kenneth terkekeh melihat tingkah lucu Alessa,Kenneth mengacak-acak rambut Alessa gemas.

"Emang bisa di ambil?."tanya Kenneth,Alessa menoleh.

"Bisa dong,kalo gue jadi astronotnya bisa di ambil."

"Kalo nanti pas lo ambil itu bintang gak bersinar lagi,gimana?."tanya Kenneth.

Alessa menoleh lalu menggaruk dagunya,seperti sedang berfikir.

"Gue nyalain lah,pake senter."canda Alessa lalu tertawa,dan di ikuti oleh Kenneth.Ia makin gemas dengan Alessa.Ia mengacak-acak rambut Alessa lagi.

"Acak-acakan!."cibir Alessa,tangan Kenneth berganti merapihkan rambut Alessa yang acak-acak karna akibatnya.

Alessa menatap dalam manik mata Kenneth,ia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang lagi.

Udah beberapa kali lo buat jantung gue kaya gini.ringis Alessa.

"Nah,rapih."Kenneth melepaskan tangannya dari rambut Alessa,Alessa memalingkan wajahnya.Pasti sekarang pipinya sedang merah seperti tomat rebus.

"Muka lo kenapa merah?."tanya Kenneth,ia memegang bahu Alessa.Menariknya agar menghadapnya.

"H-ha?apaan?."tanya Alessa pura-pura tak mengerti.

"Pipi lo merah?lo kedinginan?."tanya Alessa,ia hanya mengangguk.Toh memang benar ia kedinginan,udara malam ini sangat dingin.Apalagi di tambah angin yang lumayan kencang.

Kenneth melepas jas yang di pakainya,lalu memakaikannya di bahu Alessa.

"Masih dingin?."tanya Kenneth,Alessa menggeleng pelan.

"Malah gue yang tanya lo,sekarang lo kedinginan kan?."

Kenneth menggeleng,"Enggak,gue kan kuat."

Alessa memutar bola matanya malas,ia memilih duduk di bawah.Ia masih menatap bintang di langit-langit.

"Suka banget sama bintang?."tanya Kenneth yang ikut duduk di sebelah Alessa,Alessa menoleh lalu mengangguk.Ia mengalihkan lagi tatapanya menghadap langit.

"Suka,karna mama gue juga suka.Udah lama gak liat bintang di atas atap kaya gini,terakhir waktu mama masih ada."ucap Alessa lirih,Kenneth menatap Alessa yang sedang menahan tangis.

"Itu pun sebentar,gue kadang gak sanggup liat bintang.Kenapa,karna setiap gue liat bintang pasti gue serasa lagi liat mama."

"Berarti sekarang lo lagi ngagep bintang itu mama lo?."tanya Kenneth,Alessa mengangguk lesu.

"Iya,gue lagi bayangin muka mama gue.Lagi ketawa-ketawa bahagia,mungkin lo bisa bilang gue gila.Tapi jujur,gue ngebayanginnya kaya emang bintang itu mama gue.Makannya gue bilang,gue pengen ambil bintang.Biar gue selalu liat muka mama."ucapnya makin lirih,bahkan setetes air mata Alessa sudah jatuh membasuhi pipinya.

KENNETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang