01. Topeng yang Terkoyak

573 48 62
                                    

Halo!!

Bagaimana kabar kalian hari ini?
Semoga apapun yang terjadi sama kalian hari ini semoga besok jauh lebih baik dari hari ini ya. Dan semoga kalian sedang dalam keadaan sehat ya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini ya ^^
Semoga kalian selalu sehat dan bahagia ya ^^

Happy Reading ^_^


"Kamu mau pulang bareng aku?"

Perempuan itu menggeleng pelan, menolak helm yang disodorkan oleh laki-laki di hadapannya. "Hari ini aku pulang sendiri, boleh ya? Aku ada janji sama orang soalnya," ucapnya, berusaha terdengar biasa saja.

Laki-laki dengan nametag bertuliskan Arkana Reynald Digantara, mengangguk mengerti. "Sama siapa emangnya?"

"Sama temen." jawabnya singkat, tanpa memberi banyak penjelasan. Senyumnya tampak sedikit dipaksakan.

"Oh, gitu... ya udah, nggak apa-apa." Laki-laki yang biasa disapa Arkan ini, mencoba menutupi rasa penasaran dengan sebuah senyuman. Ia percaya, tapi ada rasa aneh yang tiba-tiba menghampirinya, perasaan yang tak biasa ia rasakan sebelumnya.

"Aku duluan ya?"

Arkan tersenyum lembut dan mengangguk, meskipun di hatinya bergelut ribuan pertanyaan yang tak terucapkan. "Hati-hati. Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya," pesannya tulus.

"Iya, kamu juga hati-hati!" Perempuan itu berlalu dengan langkah ringan, meninggalkan Arkan yang masih berdiri di tempatnya, memperhatikan setiap gerak-geriknya.

Memasang helmnya perlahan, matanya tak lepas dari sosok kekasihnya yang kini sedang memberhentikan sebuah taksi. Ada sesuatu yang menganggunya, sebuah firasat yang tak biasa ia abaikan. Ketika taksi itu mulai bergerak, Arkan menyalakan motornya dan tanpa pikir panjang, ia mengikuti dari kejauhan. Bukannya tidak percaya, tapi ada sesuatu yang tak beres. Sesuatu yang dia butuhkan untuk tahu.

Taksi itu berhenti di sebuah taman yang tak terlalu ramai. Arkan memperlambat laju motornya, memakirkannya di sudut yang tak terlalu mencolok. Dari tempatnya, dia bisa melihat kekasihnya turun dari taksi, berjalan dengan langkah ringan menuju seseorang yang duduk di bangku taman. Seorang laki-laki, dengan senyum yang tampak terlalu akrab.

"Hai," Reyna menyapa, suaranya terdengar lembut. "Lama ya nungguinnya?"

"Gak, kok, aku baru aja nyampe," jawab laki-laki itu, lalu tanpa ragu meraih rambut Reyna, kekasih Arkan, membelainya dengan penyh kasih. "Aman gak?"

"Aman. Tenang aja," Reyna mengangguk, lalu tanpa ragu bersandar di dada laki-laki itu.

Arkan merasakan dunia di sekelilingnta seolah berhenti. Jantungnya berdebar kencang, setiap detiknya menambah rasa sakit yang tak tertahankan. Ini bukan mimpi buruk yang biasa dihindari; ini adalah kenyataan yang paling ia takuti. Reyna, perempuan yang selama ini ia percayai, yang begitu ia cintai, sedang berada dalam pelukan orang lain.

"Kita mau ke mana hari ini?" tanya Reyna sambil mendongakkan kepalanya, tersipu malu saat laki-laki itu memainkan rambutnya dengan lembut.

"Kamu maunya ke mana?" balas laki-laki itu santai, seolah waktu mereka bersama adalah hal yang paling alami di dunia. "Aku ngikut aja, asal perginya sama kamu."

Reyna tersenyum, pipinya memerah. "Apa sih, gombal!" Ucapannya seolah membawa mereja ke dalam dunia mereka sendiri, dunia yang tak ada tempatnya bagi Arkan.

"Di bioskop ada film bagus. Kamu mau nonton?" tawar laki-laki itu, suaranya penuh perhatian.

"Boleh deh. Aku juga udah lama gak nonton," Reyna menjawab tanpa sedikitpun keraguan.

Arkan & BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang