Halo!!
Gimana nihhhh sama hari ini???
Mau dikasih rate berapa untuk hari ini?
Udah siap belum baca cerita ini?
Absen yuk kalian baca cerita ini jam berapa?
Happy Reading❤
Kezia menatap papan tulis dengan alis yang mengerut. Dia mencoba untuk memahami rumus-rumus matematika sambil mencatat barisan angka itu di buku tulisnya.
Ia melirik jam yang terpaku di atas papan tulis, berada di antara foto Presiden dan Wakil Presiden. Masih ada waktu sepuluh menit lagi untuk bel istirahat berbunyi. Sungguh cacing-cacing di perutnya sudah berteriak makan. Sambil memegangi perutnya yang lapar, Kezia berusaha untuk fokus mencatat. Sebab jika ia tidak mencatat sudah ia pastikan pada saat ulangan atau ujian ia akan planga plongo tidak mengerti. Meskipun sekarang ia tidak mengerti apa yang sedang dijelaskan oleh guru matematikanya.
Sedangkan perempuan di depannya Aletha. Sedari tadi perempuan itu tiada hentinya menguap. Dari awal mulanya pembelajaran Aletha bahkan sudah mengantuk. Apalagi dirinya ditambah melihat rumus-rumus serta angka-angka yang membuat kepalanya menjadi pusing.
Aletha berusaha untuk tidak tertidur di tengah guru yang sedang menjelaskan. Meskipun beberapa kali matanya terpejam, namun ia segera bangun ketika sadar bahwa ia tertidur.
Jika Aletha dan Kezia tampak tidak bersemangat. Zahra justru tampak jauh lebih semangat dari kedua temannya itu. Bahkan kini ia sedang menyimak guru yang sedang menjelaskan materi dengan baik. Sesekali ia mencatat apa yang sedang diterangkan oleh gurunya di depan.
Zahra memang berbeda dari Aletha dan Kezia. Sifat Zahra yang cuek, tidak suka diganggu dan lebih senang menyendiri. Justru malah berteman dengan Aletha dan Kezia yang memiliki sifat yang berisik, suka tertawa tidak jelas, suka menganggu Zahra saat gadis itu sedang asyik dengan dunianya, bahkan tak jarang membuat Zahra malu dengan tingkah mereka berdua.
Zahra sendiri bahkan tidak tahu amal apa yang telah ia perbuat di masa lalu sampai-sampai ia berteman dengan makhluk aneh seperti Aletha dan Kezia. Yang gemar sekali menganggu waktunya. Tapi terkadang, ia bersyukur telah dipertemukan teman seperti mereka. Karena mereka membuat hidupnya menjadi berwarna.
Sepuluh menit berlalu bahkan bel istirahat pun sudah berbunyi nyaring. Begitu mendengar suara bel membuat beberapa anak di kelas IPA 3 kembali bersemangat. Mereka bersorak senang. Aletha yang tadinya mengantuk pun mendadak rasa kantuknya hilang seketika.
Bu Sari, guru matematika, mengakhiri pembelajarannya, lalu perempuan yang masih berusia 30 puluh tahun itu keluar dari kelas. Diikuti oleh beberapa siswa lainnya yang sudah dipastikan tujuan mereka sekarang adalah kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkan & Bandung
Teen Fiction"Ayo bertaruh, Ay" "Bertaruh soal apa?" "Setelah ini, aku yakin Bandung akan jadi kota yang paling menyenangkan buat kamu." "Kenapa?" "Karena ada aku. Coba aja kamu cari ke kota lain, pasti kamu ngga bakalan nemuin aku di tempat lain. Karena aku, a...