16. Perjodohan

189 20 32
                                    

Halo!!

Apa kabar??

Gimana sama harinya?

Rate untuk hari ini?

Apapun yang terjadi sama kalian hari ini jangan lupa untuk tersenyum ya. Dengan tersenyum, bisa buat keadaan kalian sedikit membaik. Percaya deh.

Siap membaca cerita ini?

Sebelum itu pastikan sudah mengklik bintang di pojok kiri ya.

Let's go‼️






Happy Reading🌷


Sahira memilih duduk di gazebo sembari membaca buku. Arkan, Fahri, dan Rifal sedang turnamen membuatnya merasa sepi.

"Sahira,"

Kepala Sahira terangkat, lantas menoleh ke sumber suara dan mendapati Latesya yang berjalan menghampirinya. "Ngapain lo sendirian disini?" tanyanya, kemudian duduk di sebelahnya.

"Nih, baca buku." Sahira mengangkat buku yang sedang ia baca.

"Eh, gue bawa roti. Lo mau gak?" Latesya menawarkan. Sembari membuka kota bekalnya. Baru saja Sahira ingin menolak, Latesya lebih dulu menyodorkannya. "Tenang aja Ra. Roti yang gue bawa itu rendah kalori sama lemak kok. Gak bakalan bikin berat badan lo nambah."

Sahira agaknya sedikit kaget mendengar perkataan Latesya barusan.

"Gue tau kok, hidup di dunia modelling itu gak mudah. Lo harus dituntut untuk jadi sempurna. Badan lo harus tetap ideal, gak boleh naik dan gak boleh turun. Kulit lo harus tetap putih dan bersih. Muka harus tetap mulus, glowing, bahkan jerawat karna hormon pun tetap salah."

"Lo... tau soal itu?"

Perempuan dengan rambut tergerai ditmbah jepitan rambut berwarna silver membuatnya terlihat elegan. Ia menyampirkan rambutnya ke samping. "Kakak gue dulunya model Ra. Sama kayak lo,"

"Oh ya? Di agensi mana dulu kakak lo? Terus, dia kenapa berhenti jadi model?"

"Pertanyaan lo banyak banget Ra." Latesya terkekeh kecil.

"Eh, sorry, sorry, gue cuma excited aja denger kakak lo dulunya model."

"Gue gak tau dia di agensi mana dulu. Soalnya waktu itu gue masih SMP, jadinya gak tu apa-apa soal itu."

"Terus, kenapa kakak lo berhenti jadi model?"

Latesya tidak langsung menjawab. Pandangannya turun menatap ujung sepatu. "Kakak gue, udah gak ada Ra. Dia udah meninggal." Ada rasa sesak yang luar biasa begitu ia mengucapkannya. Seolah luka lamanya kembali terkorek.

Arkan & BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang