Halooooo!!!!
Gimana nih hari kalian hari ini?
Mau dikasih rate berapa untuk hari ini?Semoga yang sedang tidak baik-baik saja, setelah membaca cerita ini mood kalian membaik ya ^^
Gapapa kok kalau kalian ngerasa cape. Kalian boleh ngeluh, kalian boleh nangis sekencang-kencangnya, bahkan kalian boleh teriak. Luapin semuanya, jangan banyak untuk ditahan ya? Kalian manusia. Bukan robot.
Tetap semangat ya? Semoga besok hari-harimu jauh lebih baik dari hari ini.
So, here we go!
Happy Reading ^_^
Malam ini setelah menyelesaikan semua tugasnya. Arkan memilih duduk di balkon kamarnya, ditemani oleh cahaya bulan dan bintang yang bersinar terang di langit. Ia menyangga tubuhnya dengan kedua tangan yang menumpu di lantai. Kepalanya mendongak ke atas menatap langit. Semilir angin berhembus, menerpa lembut wajahnya.
Tiba-tiba saja pikirannya teringat akan perempuan tadi yang ia tolong. Bagaimana kondisi perempuan itu sekarang? Ia tidak sempat menunggu perempuan itu hingga sadar. Sebab Ibu sudah menyuruhnya untuk segera pulang.
Arkan menghela napas. Kembali teringat beberapa minggu ke depan, ia akan disibukkan dengan turnamen sepak bola yang di mana ia diharuskan banyak berlatih untuk memenangkan turnamen tersebut.
Apalagi ia adalah kapten sepak bola di sekolahnya. Sangat tidak mungkin sekali jika ia tidak hadir saat latihan. Tapi mengingat, kondisi tubuhnya yang kurang sehat membuat ia tidak yakin Ibu akan mengijinkannya. Turnamen ini sangat penting baginya. Meskipun ia sudah pernah memenangkan turnamen lainnya, tapi ia ingin membuktikan bahwa ia bisa membangga kedua orang tuanya dengan memenangkan turnamen ini. Mungkin ini turnamen terakhir kalinya sebelum nanti ia tidak akan ikut serta lagi.
"A..." Suara Ibunya terdengar masuk ke dalam kamarnya. Arkan berdiri. Menghampiri cinta pertamanya.
"Kamu ngapain?" tanya Anita, Ibu Arkan. Meletakkan segelas air putih di atas nakas.
"Liatin bintang aja nih, Bu."
Anita mengangguk. Dia sangat tahu bahwa anak sulungnya ini sangat suka sekali melihat bintang di malam hari.
"Tugasnya udah di kerjain?" Arkan mengangguk. "Pinter," Anita mengusap lembut kepala Arkan.
"Jangan dipaksain ya A. Jangan capek-capek," ujar Anita. Arkan mengangguk lagi. "Itu air putihnya udah ibu taro di samping tempat tidur. Nanti sebelum tidur, airnya di minum ya A."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkan & Bandung
Teen Fiction"Ayo bertaruh, Ay" "Bertaruh soal apa?" "Setelah ini, aku yakin Bandung akan jadi kota yang paling menyenangkan buat kamu." "Kenapa?" "Karena ada aku. Coba aja kamu cari ke kota lain, pasti kamu ngga bakalan nemuin aku di tempat lain. Karena aku, a...