Halo, halo, 😇
apa kabar gengg???
bagaimana dengan hari ini?
rate untuk hari ini?waduh, sepertinya saya sudah lama sekali sudah tidak muncul ya😁👉🏻👈🏻
mohon dimaafkan dan dimaklumkan saja ya🤗
bagaimana sudah kangen ingin bertemu dengan Arkan?
kira-kira apa ya yang terjadi di bab ini?siap membaca cerita ini?
siap membanjiri cerita ini dengan komenan kalian?
let's go!
Happy Reading🩷
Mentari sore menggantung rendah di langit, memancarkan cahaya keemasan yang hangat di atas lapangan sepak bola. Suara sorak-sorai dan tawa renyah terdengar memenuhi udara, sementara bola terus berputar di antara kaki-kaki lincah yang berlarian di atas rumput hijau.
Arkan, Fahri, Rifal, dan teman-teman mereka sedang serius berlatih. Keringat membasahi dahi mereka, namun semangat yang terpancar dari setiap gerakan menunjukkan betapa mereka menikmati setiap detik di atas lapangan. Arkan, dengan postur tubuh tegap dan rambut hitam yang tertiup angin, terlihat fokus dan penuh kendali. Gerakannya lincah, seolah bola itu adalah bagian dari dirinya yang tak terpisahkan. Setiap tendangannya penuh perhitungan, sementara matanya tak pernah lepas mengawasi pergerakan rekan-rekannya.
Di pinggir lapangan berdiri seseorang yang mengamati dengan seksama setiap gerakan para pemain. Sosok karismatik dan penuh wibawa, dengan tinggi badan sekitar 180 cm dan postur tubuh yang tegap, Coach Bima-pelatih mereka- selalu terlihat rapi dan berpenampilan sporty, mencerminkan dedikasinya pada dunia olahraga. Rambutnya yang hitam dipotong pendek dengan sisiran ke samping, memberikan kesan tegas dan disiplin.
Wajahnya yang tegas dengan rahang yang kokoh, dihiasi dengan sepasang mata tajam yang selalu fokus mengawasi setiap detail di lapangan. Meski usianya sudah menginjak pertengahan 40-an, ia masih tampak bugar dan penuh energi. Kulitnya berwarna sawo matang, menunjukkan bahwa ia banyak menghabiskan waktu di bawah terik matahari, baik saat latihan maupun saat bertanding.
Coach Bima mengenakan kaos polo berwarna gelap yang dipadukan dengan celana training panjang. Sepatu olahraga yang selalu terlihat bersih menjadi pelengkap penampilannya. Di pergelangan tangan kirinya, selalu tersemat sebuah jam tangan digital, yang seiring ia lirik untuk memastikan waktu latihan berjalan sesuai jadwal.
"Bagus, Arkan, lanjutkan dan pertahankan!" serunya, suaranya menggema di antara riuhnya suasana lapangan.
Coach Bima dikenal sebagai pelatih yang keras dan disiplin, namun di balik sikap tegasnya, ia memiliki hati yang peduli terhadap perkembangan setiap anak asuhnya. Suaranya yang dalam dan serak terdengar tegas saat memberikan instruksi dan evaluasi.
Fahri, di sisi lain lapangan, dengan tenang dan penuh percaya diri mengambil alih bola dari lawan. Tubuhnya yang kokoh membuatnya sulit ditembus oleh lawan. "Bagus, Fahri! Terus fokus di area pertahanan. Jangan kasih celah sedikitpun!" Suara Coach Bima terdengar lagi.
Fahri mengoper bola ke Rifal yang berada di posisi lebih strategis. Rifal dengan cepat menangkap umpan tersebut, mengolahnya dengan kecepatan yang luar biasa. "Ayo teruskan, Rifal. Buka ruang untuk tembakkan, jangan terlalu lama menggiring!" Coach Bima mengarahkan. Dalam sekejap, Rifal berhasil melewati dua pemain lawan, membawa bola mendekati gawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkan & Bandung
Teen Fiction"Ayo bertaruh, Ay" "Bertaruh soal apa?" "Setelah ini, aku yakin Bandung akan jadi kota yang paling menyenangkan buat kamu." "Kenapa?" "Karena ada aku. Coba aja kamu cari ke kota lain, pasti kamu ngga bakalan nemuin aku di tempat lain. Karena aku, a...