"Bin!"
Dengan napas yang memburu serta tubuh dan wajahnya yang memanas, berat hati Lia mendorong pelan tubuh Soobin yang beberapa lama telah menguasai dirinya itu, agar menyudahinya. Setelah terbebas dari rengkuhan Soobin, dia langsung menghirup udara banyak-banyak karena hampir saja dia kehabisan oksigen karena cowok bermarga Choi itu tak terkendali dan menyeruk hampir seluruh udara dalam dirinya. Melahap habis bibirnya.
(Mon maap kelamahan di pendam jadi gini ya bin🤕)
Melihat Lia terengah, Soobin segera menangkup kedua pipi gadisnya itu dan menatap cemas. Dia baru sadar kalau dia sudah berlebihan pada Lia. Sampai tidak memberikan kesempatan Lia buat bernapas. "Li, lo ga apa-apa? Maafin gue please, gue ga maksud."
Lia hanya menggelengkan kepala, lalu setelahnya melirik kearah sudut ruangan dimana disana ada sebuah kamera yang terpasang. Lia mendesah frustasi, kenapa mereka berdua berani ngelakuin hal kaya tadi, terlebih mereka sampai ngelupain kalau di rumah ini banyak kamera terpasang dimana-mana. Sebenernya apa yang terjadi sama mereka berdua? Apa cinta bisa membuat kita melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dulu #ciaaaaaa😌
Mati kita! -Lia
"Kamera, bin?" lirih Lia pada Soobin di depannya.
"Hah?" Soobin mengernyit.
Lia menatap Soobin heran, "kok hah sih? Kamera Soobin, kamera! Liat disana!" bisik Lia geregetan.
Sedetik kemudian, Soobin langsung sadar dengan apa yang telah terjadi. Soobin kemudian natap Lia penuh penyesalan dan panik.
"Ya ampun, Lia. Ma—maafin gue."
Soobin langsung ngacak rambutnya frustasi terus mondar-mandir ga jelas. Dia beneran lupa sama hal yang satu itu, lupa kalau semua pergerakan mereka bakal terekam jelas, mungkin karena perasaannya ke Lia yang selama ini tertahan semuanya terluapkan tadi. Jadi jatohnya kaya napsu🌚 (padahalmah iya)
Tiba-tiba Soobin turunin Lia yang masih duduk di atas pantry dan langsung narik Lia keluar dari dapur. Mereka berdua lari gerasak-gerusuk ke kolam renang belakang supaya mereka agak sedikit aman dari mata-mata jahat itu.
"Lia, please. Maafin gue... Gue beneran lupa kalau di dapur ada kamera...," Soobin langsung diam sesaat, sesuatu tiba-tiba terlintas di otaknya, dia lalu gelengin kepala, mengkoreksi ucapannya tadi, "bukan bukan, lebih tepatnya gue lupa sama segalanya!"
Lia juga diam, dia ga tau harus ngomong apa sekarang. Masalahnya mereka berdua beneran ciuman tadi, dan pasti semuanya bakal jadi rumit melebihi rumitnya tutorial memasak telor pake panas matahari. Skandal besar pasti bakal nimpa mereka dan imbasnya pasti ke grup. Padahal txt sama itzy baru aja debut. Mereka harus ngomong apa sama agensi coba?
Belum lagi reaksi kornet yang omongannya tajem banget setajem pisau daging. Belum lagi nanti berpengaruh buruk ke agensi dan senior-senior mereka.
"Gimana dong, Bin?" lirih Lia frustasi. Matanya udah memerah, dia pengen nangis saat ini juga.
Ngeliat itu, Soobin buru-buru megang bahu Lia seraya menatap Lia tulus. Ngasih kekuatan cewek kesayangannya itu melalui pancaran matanya.
"Li, gue janji gue bakal tanggung jawab. Gue bakal mikirin cara buat atasi semuanya, please jangan nangis dulu ya.... Gue ga mau lo kepikiran. Ini semua salah gue, harusnya gue ga ngelakuin itu tadi, maaf banget, Lia."
Lia ngusap kedua matanya yang udah mulai ngeluarin cairan bening. Dia juga natap Soobin tulus. Mau gimana pun, disini dia juga salah. Dia juga ga berusaha buat hentiin tindakan Soobin di awal.
"Engga, Bin. Gue juga salah, lo jangan nyalahin diri lo sendiri kaya gini. Kita tanggung jawab sama-sama ya, kita berdua kudu ngomong sama pd-nim dan jelasin semuanya. Berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
¹⁰⁰ ᵈᵃʸˢ ʷⁱᵗʰ ʰᵒᵐᵉᵐᵃᵗᵉ √
FanfictionGimana jadinya kalau TXT dan ITZY jadi teman serumah? Yap, dua grup rookie itu ikut dalam acara reality show di salah satu chanel tv nasional korea yang lagi populer-populernya disana. Judulnya '100 DAYS WITH HOMEMATE' *bahasa non baku / kasar *50%...