4 : Langkah Kaki

96 13 7
                                    

Selesai Perkumpulan tadi aku langsung nyamperin Mutia di basecamp organisasi yang ia ikuti, dan ternyata penyeleksiannya sangat ketat dan orang yang non organisasi dilarang masuk.

Sembari menunggu dia yang sangat lama aku memutuskan untuk ke kantin dan membeli makanan agar perutku juga tidak lelah menunggunya.

"Dreyy gila-gila gue di terima nih jadi anggota Pasbingsa" kata mutia sambil lari-lari kegirangan. Pasbingsaa atau Paskibra Bina Bangsa adalah sebutan organisasi paskibra atau pembaris disekolahku.

"Bisa santuy kagak? ngos-ngosan gue ngeliat lo, kagak malu apa diliatin orang" kata ku dengan nada tinggi dan tak tanggung-tanggug tangan ini menjitak kepalanya.

"Eddahhh drey sakit peak!" Gerutunya kesal.

"Upsss sorry namanya maap, udah ahh hayuk pulang laper gue" kataku sembari jalan bersama Mutia melintasi koridor sekolah ku ini.

Di koridor itu hanya suara kami yang terdengar karena candaan kami yang menurut kami itu sangat lucu, dan suara-suara anak organisasi lainnya. Dan tiba-tiba....

brughhhhhh

"Heyy bisa selow ga sih jalan nya gausah buru-buru apa gak bisa kan jadi berantakan buku gue, mana lecet nih tangan gue! Lo punya mata ga sih?" Ucap seorang cewek yang baru keluar dari ruangan yang tertulis OSIS.

"Maaf, maaf kak ga sengaja temen saya" kata Mutia sambil membantu diriku berdiri.

''Gue gak mau tau ya temen lo itu yang harus minta maaf"

"Minta maaf gih drey biar kelar"

"Salah gue apa coba! Udah dia yang salah, plisss deh gausah lebay dia cuma senior" kata ku lantang menatap mata senior yang keluar dari ruang yang tertulis OSIS itu.

"Apaaan sih bocah, ngelawan banget gatau apa gue siapa"

"Siapa sih ha? Tuhan, guru,orang tua gue, yang buat gue harus takut gitu?"

"Ihh ngeselin banget sih lu dasar bocah" katanya dengan tangan yang melayang mendarat menuju pipi ku, namun terhenti akibat ada tangan yang menghalanginya.

"Anjir, kaget gue ih" Seru Mitia yang terkejut.

"Apa-apaan sih sal? Lo itu senior, dimana martabat kesenioran yang lo agung-angung kan pas mencalonkan diri kemarin-kemarin?" sentak seorang pria yang menurut ku sangat sempurna, tinggi badannya, kulit putihnya, dada bidangnya, hidungnya, alis mata yang tebal,mata nya yang berwarna coklat serta kumis tipis menghiasi.

"sumpah ini kah manusia? Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dusta kan". Decak kagum ku dalam hati.

Pria itu adalah pacarannya kak Salsa nama panjangnya Salsa Anggraini Santiona seorang senior OSIS yang menurutku seperti Mak lampir.

"Ga maksud gue kak, abis sih bocah ngeselin banget"

"Harus gitu? Gila banget ya, sama-sama cewe sanggup banget mukul cewe! Ternyata gini ya sikap asli Lo yang gue sendiri pacar Lo gatau akan hal itu. Ternyata bener ya yang temen-temen gue bilang tentang Lo! Lo itu cewe kasar, hmm kalau gitu kita putus!"

"Kak Habsy tega gitu, cuma gara-gara tuh cewe"

"Apaan sih drama banget! Maaf nih ya kak, saya permisi. Males ngeliat drama murahan gini. Selamat siang! Ayuk ah Mut" kata ku, dan meninggalkan mereka yang menurut ku lebay.

"Dreyyy tunggu kali, yaelahh pakek ninggalin lagi. ehh makasih ya kak udah nolongin temen saya dari tuh nenek lampir" kata Mutia sambil berlari mengejarku

***

Dengan perasaan kesel ga tau kenapa aku keluar dan berjalan cepat meninggalkan koridor sekolah.

"Drey lo gapapa kan? Sumpah demi apa tuh kakak kelas Hero banget deh."

"Hero pala lo hero, yang iya bisa jadi bahan pembahasan disekolah gara-gara tuh kejadian tadi! Kesel gue tau ga sih."

"Yaudah sih drey kan ada gue yang selalu ada untuk lo."

"Baper gue nih, tanggung jawab lo." Tawa kami pun memecahkan kesunyian parkiran sekolah yang lumayan sepi dikarenakan ini sudah cukup sore.

"Dreyy lo pulang naik apa? Gue luan ya? Soalnya gue di jemput sama pahlawan super gue."

"Gue dijemput kok. Sama si Yudi, sahabat plus ojek gue"

"Anjir, lo ngatain temen lo ojek? Parah lo ah" Cecar Mutia padaku.

"Udah sana cabut, ntar bokap lo nungguin di depan gerbang"

Menunggu adalah hal yang paling menyebalkan bagiku, karena itu sangat mebosankan, ku keluarkan uang ku untuk membeli minuman dikantin khusus OSIS yang memang khusus terbuka untuk umum oleh sebab itu jam bukannya juga cukup lama.

Oh ya, Yudistira adalah temen kecilku yang terikat dalam status hubungan persahabatan. kami berteman sejak umur 6 tahun, namanya Yudistira Syaputra gredion, dan kini kurang lebih 10 tahun sudah hubungan persahabatan kami, dia sosok lelaki yang kupercayai setelah ayah dan kakak lelakiku. keluarga kami juga terbilang sangat dekat bukan karena kami sudah berteman cukup lama tetapi ayah ku dan ayah nya adalah rekan kerja, ibunya dan ibuku juga sahabat semasa di bangku SMA dulu.

Disela-sela waktu menunggu aku hanya memain kan ponsel ku buka tutup beranda, membuka sosmed, main game, dan ya ini hal yang sangat membosankan. Perasaan ku mulai tak enak sebab sudah terlalu lama aku disini dan parkiran pun sudah cukup sepi sekarang.

Aku mulai membuka roomchat antara aku dan Yudistira untuk memarahinya karena telat menjemputku.

Audrey:
Eh Lo di mana sih, lama banget jemput gue! Niat jemput ga sih?

Yudistira:
Sabar kali drey macet nih, jam orang pulang kerja nih,ga sabaran banget sih Lo.

Audrey:
Yaelah,plisss cepatan dikit serem banget disini.

Yudistira:
Iya-iya sabar, gue selalu ada untuk Lo, gue akan selalu ngelindungin Lo,jadi jangan takut ya 😇.

Audrey:
Njir, gausah mulai deh nge-alaynya

Yudistira:
Auahh, yaudah tunggu bentaran
(Read)

Aku hanya membaca pesan yang Yudistira kirimkan. Perasaanku sudah tak tenang dengan kesunyian di sekolah ini.

Jantung ku berdegup kencang. Suara langkah kaki terdengar di telingaku bukan takut akan munculnya hantu atau setan seperti yang di Film-film. Aku hanya takut, bagaimana jika itu adalah penculik?? Konyol sekali pemikiran ku ini seperti bocah umur 5 tahun. Ketika aku menatap kebelakang......

------------------------------------

Langkah kaki

Aku,
Menjejakkan kakiku tanpa ragu
Berjalan dengan pilu
Menengahi rasa yang membekas biru

Ku tapakkan kakiku,
Pada jalan yang membisu kelabu
Bagaikan hembusan angin
Yang terbang tanpa ingin

Ku dengar suaranya
Kian terangan di telinga
Ingin rasanya ku katupkan
Namun tak sanggup aku lakukan

Langkah itu,
Kian terdengar tanpa ragu,

Langkah yang tak kukenal,
Langkah yang tak ku mengerti,
Langkah yang tak ku tahu arahnya,
Dan bagaimana nanti akhirnya.....

Datang Hilang Kembali (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang