9 : Antara Kenyamanan

74 12 2
                                    

    Setelah perkataan kak Yando tadi aku mulai berfikir keras. Apakah aku benar-benar di sebut penikung gebetan teman ku? Sebenarnya tak pernah terlintas di otakku akan hal itu, aku bahkan sangat membencinya. Bagiku dia orang yang sok cool dan sok oke. Ahh sudahlah, lebih baik aku menonton serial drama Korea, dari pada memikirkan drama yang sedang terjadi.

     "Anjirrr sedih banget dahh nih Drama. Siapa sih yang buat? Tega banget yang buat drama, pemeran utamanya sad bener" kata ku pada diri sendiri sambil menangis namun semua nya berhenti saat ada panggilan masuk di hp ku. Dan ternyata...

"Ahh Yudistira dasar pengganggu" kata ku saat melihat nama yang tertera di hp ku.

"Hallo dreyy, bales kali chat gue, susah banget apa bales chat doang"

"Aduhh maaf lagi nonton drakor tadi"

Yaudah lain kali ingat waktu kalau nonton, ya masa orang ganteng kayak gue Lo anggurin mubazir Lo"

"Pede banget anjirr dasar kunyuk"

.....

    Kuputus panggilan telepon dari Yudistira, dan aku membaringkan tubuhku di atas kasur. Ku tatap langit-langit kamar ku yang di penuhi hiasan bintang menyala didukung asbes yang di gambar awan seolah-olah tampak seperti langit di siang maupun malam hari.

     Entah mengapa aku sangat menyukai langit. Mungkin menurutku ia mampu menopang bulan, bintang, mentari, dan pelangi, namun saat ia mampu menampilkan mereka bukan ia yang di puji melainkan bulan, bintang, mentari, dan pelangi. Padahal semua tau dari ke empat itu hanyalah sementara namun langit tetap ada walaupun tak tampak Dimata yang lain. Begitulah filosofi ku mengenai langit.

    Tak sadar aku memejamkan mata ku dan tertidur.

***

    Nada alarm membangun kan aku dari tidurku. Kuraih ponsel dan kulihat jam, ternyata masih tertera pukul 5.00 WIB. Aku tengah mencoba untuk mengembalikan seluruh Jiwa yang aku rasa belum sepenuhnya terkumpul.

    Setelah merasa cukup ringan, aku bergegas ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama hanya 15 menit aku di dalam, aku mengunakan setelan untuk lari pagi dengan sepatu sport berwarna biru celana training hitam dan baju kaos berwarna biru polos.

    Dengan bersemangat ku buka room chat antara aku dan yudistira untuk menanyakan keberadaan nya. Namun ternyata dia sudah ada di teras rumah ku dan berteriak memanggil nama ku. Aku lihat lewat balkon dan berkata.

    "Wihhh tumben cepat, sabar ya Samyang" kata ku padanya dari atas.

     "Sayang-sayang pala lo sayang, lama Lo dreyy ngapain sih make up? Udah ga usah make up udah dekill dari Sono nya ga bisa di ubah lagi" celetuknya dengan nada mengejek.

    "Wahhh si kunyuk masih pagi gosah ngajak ribut ae, tunggu ya gue turun aku hantam kau" kata ku keras menggunakan logat Medan ku.

    Dan saat aku turun mama sedang menyiapkan sarapan, dan kulihat papa sedang asik dengan koran nya, aku hanya berpamitan seperti biasa kepada mereka untuk lari pagi, dan mereka sudah tau dan dengan siapa aku aku pergi, karena memang kebiasaan weekend ku seperti ini berasama nya Yudistira.

     "Lama ah ayuk cepat" keselnya pada ku.

     "Iya-iya sabaran kali, Yud"

      "Sabar-sabar Wak sabar udah pindah, nih ambil susu coklat Lo"katanya melempar susu coklat itu ke arah ku, untung saja aku dapat menangkap nya, kalau tidak akan jatuh kebawah kan mubazir.

Datang Hilang Kembali (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang