0.007

1.5K 60 16
                                    

Malam ini Nichol terduduk dikursi kantornya. Masih berkutat dengan berkas-berkas yang harus ia tanda tangani malam ini juga. Sampai ia tak ingat kapan terakhir kali ia mengisi perutnya.

Tiba-tiba layar ponselnya menyala. Menandakan bahwa ada sebuah panggilan masuk dari ponselnya. Nichol melirik sekilas kelayar ponsel, lalu menghela nafas dan menggesek icon hijau dipojok kiri.

"Hmmm..."

"Gak inget pulang Nic?" Sungut seseorang disebrang sana.

Nichol memijat pelipisnya kasar, "iya bentar lagi pulang kok"

"Aku gak ngarepin kamu pulang. Kalo Gildan gak rewel ngerengekin nama kamu juga aku males nelfon kamu. Pulang sekarang!" Memang nadanya tak tinggi namun terdengar sarkas dan lebih menyeramkan.

"Da... ta-

"Pulang atau gak pulang sama sekali?!" Putus Manda dengan penekanan disetiap kata.

"I-iya aku pulang" Nichol mengalah juga. Memang dia akan selalu kalah jika berargumen dengan Manda.

Satu minggu yang lalu ia baru saja izin kerja karena acara slametan jagoannya yang sudah bisa berjalan dengan lancar. Karena itu juga pekerjaannya jadi menumpuk dan tak bisa ia tinggal lagi. Terlebih karena Fandi -- sahabat plus sahabatnya itu tak bisa lagi bekerja diperusahaan yang dikepalainya ini.

"Kenapa harus keluar si Fan, disaat gue lagi butuh banget jasa lo" ucap Nichol saat Fandi mengutarakan niatnya.

"Sorry Nic. Gue mau pindah ke Semarang ikut istri disana. Dan gue gak tau kapan gue akan balik lagi ke Jakarta"

Nichol tak bisa egois dengan menahan Fandi agar tetap tinggal. Mungkin saja ada sesuatu yang penting yang harus segera diselesaikan. Jadi, keputusan Nichol mengangguk lemas. Dalam hati sama sekali tak rrla sahabat sekaligus Sekretarisnya itu angkat kaki dari perusahaan ini.

.
.
.
.
.
.

Nichol membuka pintu kamarnya setelah masuk apartemenya. Sepi. Tak ada suara yang menyahuti salamnya. Dikamarnya pun tak ada siapapun, Nichol berjalan keluar kamar. Pasti Manda berada dikamar Gildan.

Papa muda itu berhenti dikamar bertuliskan 'My Baby Gildan' Manda sendiri yang membuatkan tulisan itu dan menempelkannya disamping kamarnya dengan Manda. Nichol membukanya, namun pintu terkunci. Diketuknya pintu itu namun tak ada sahutan.

"Da... Da, kamu didalemkan? Buka pintunya dong, aku mau masuk"

Tak ada jawaban.

"Manda~" akhirnya Nichol kembali kekamarnya setelah panggilannya tak direspon sama Manda.

Padahal didalam kamar, Manda mendengar. Dia belum sepenuhnya tidur. Manda sengaja mengunci pintunya dan memilih tidur dikamar Gildan. Karna Manda tak ingin menemui Nichol saat kondisi hatinya sedang emosi, terlebih itu disebabkan karna Papahnya Gildan.

Manda kesal. Kesal karna Nichol pulang terlambat tapi sama sekali gak kasih kabar. Manda sudah memasak makanan kesukaannya dan akhirnya gak dimakan. Dan entah kenapa Gildan rewel terus dari tadi padahal gak ada sebab apa-apa. Karna itu juga Manda jadi tidur dikamar anaknya karna tak bisa meninggalkan Gildan sendirian disaat lagi rewel kaya gini.

Manda membuka kunci pintu kamar Gildan, tenggorokannya terasa kering. Ia membutuhkan air mineral saat ini.

Namun langkahnya terhenti saat sebuah suara mengintrupsinya.

"Da..." Manda menghentikan langkahnya. Berbalik menghadap seseorang yang berdiri disana.

"Kamu, belum tidur?"

Sweeters (Mannic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang