0.008

1.3K 69 7
                                    

Disinilah sekarang Nichol berada. Diruangan pribadinya dengan kecanggungan yang mendominasi. Kehadiran calon sekretarisnya membuat Nichol sangat kaku apalagi dengan latar belakang masa lalu bersamanya, yang bisa dikatakan masih belum kelar. Mungkin.

Padahal Nichol adalah tipe orang yang dengan mudah mencairkan suasana secanggung apapun kondisinya. Ia akan dengan mudah mendapat topik pembahasan. Dan terlebih dihadapannya adalah seorang calon sekretarisnya, bukankah seharusnya ia memulai interview?.

Mungkin iya, jika kakaknya tidak sibuk menceritakan keadaan calon sekretarisnya ini yang memprihatinkan, dengan wajah yang sangat ingin Nichol lempari dengan Pup dipopoknya Gildan yang harum semerbak hingga menggetarkan lambungnya, jika saja iya bisa.

Hanya saja cukup keberanian ekstra untuk melakukan hal itu.

"Dia baru aja diselingkuhi oleh suaminya Nic, dengan keadaan dia yang sedang mengandung dan anak pertamanya yang baru masuk sekolah itu? Coba deh kamu bayangin gimana hidupnya sekarang? Gimana sulitnya dia? Aku sebagai teman dekatnya sangat gak tega melihat keadaannya seperti ini. Jadiku harap kamu bisa menerimanya bekerja dikantormu. Dia sedang butuh biaya banyak Nic"

Nichol mengalihkan pandangannya kearah perut buncit yang sedang diusap lembut oleh Nindy disana.

Lalu kembali menatap wajah Nindy yang sedang tersenyum lembut kearahnya. Senyuman yang bahkan lebih terlihat mengerikan dari pada senyuman manis.

"Tapi kaa... bukannya aku gak mau menerima Zeya untuk kerja dikantorku. Aku hanya gak mau dia bekerja dengan kondisi kandungannya yang sudah membesar, bukannya akan membahayakan kandungannya?. Apalagi dia karyawanku dan aku bertanggung jawab atas itu"

"Tapi aku bisa gerak bebas kok. Atau kalo kamu keberatan untuk menerimaku jadi sekretaris pribadimu, paling enggak kamu nerimaku dibagian lain. Aku masih sanggup kok" sanggah wanita hamil yang dipanggil Zeya - oleh Nichol itu dengan wajah sumringah.

"Nic. Dia cuma butuh biaya buat persalinannya. Jadi tolonglah, kasih dia pekerjaan. Coba kamu bayangin kalo Manda ada diposisi Zeya. Oh iya, Kakak lupa Manda kan selalu dimanja sama kamu. Gak akan dia ngerasain sesulit apa Zeya yang memperjuangkan kandungannya sendiri dan kamu udah pasti gak akan pernah ninggalin dia kan? Tapi kita kan gak tau Nic gimana kedepannya nanti, gak selamanya hidup selalu ada diatas"

Nichol menatap sejurus kedalam mata kelam Kakaknya. Mengepalkan kuat kedua tangannya yang berada diatas meja sampai buku tangannya memutih. Hingga sampai Kakaknya berucap lagi Ia sudah memukul meja marmer dengan keras sampai kedua orang disana nyaris terjengkal.

"Masa lalumu gak usah dibawa saat ini. Aku tau kamu menolak Zeya bekerja dikantormu ini bukan karna alasan dia hamilkan? Tapi karna kamu takut gak bisa jaga kepercayaan Manda dan kamu takut akan terjebak kedalam kisah masa lalumu yang belum kelar itukan?. Kakak tau Nic wajah kamu kentara sekali masih memendam perasaan kepada Zeya--

BRUK!!

"Cukup kak! Aku gak tau apa yang ada dipikiran kakak atau yang kakak pikirkan saat ini. Aku diam selama ini bukan karna aku gak perduli dengan sikap kakak yang gak pernah menerima keputusan ku memilih Manda untuk menjadi Istriku. Aku cuma gak mau bersikap buruk dihadapan kakakku, karna Mama atau Papa gak pernah ngajarin sikap seperti itu dihadapanku kak. Tapi kenapa kak Nindy seolah-olah gak punya pekerjaan lain selain mengganggu hubunganku dengan Manda?!" Nichol berdiri dengan menuding Kakaknya. Nafas yang tersenggal menahan gejolak amarah yang selama ini ia tahan.

Nichol hanya bingung dengan sikap Kakaknya yang selalu menatap remeh Manda. Yang tak pernah suka dengan kehadiran Manda, terlebih saat tau Manda sedang mengandung. Beda dengan anggota keluarganya yang lain yang merayakan kehamilan Manda dan memberikan ucapan selamat kepada Manda dan dirinya. Nindy justru malah memaki Manda dan membuat kerusuhan disana.

Sweeters (Mannic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang