Wanita yang mempunyai satu anak itu kini menghampiri sang anak yang sedang berbaring dengan kain kompres dikeningnya, tubuhnya mengigil dengan bibir pucat yang bergetar. Isna menumpahkan air matanya sambil mengusap sayang helaian rambut sang anak.
Kata pengasuh Faiz anak itu terdiagnosa tifus dan sudah diperiksa oleh dokter keluarga namun Faiz gak mau dirawat dirumah sakit alhasil harus diinfus dirumah. Bi Iva--pengasuh Faiz gak tau lagi harus menghubungi kondisi Faiz kesiapa karna jujur dia takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan kepada Faiz.
Iva juga gak mau ganggu waktu kerja Ridho yang katanya lagi ada masalah kecil diperusahaan cabangnya disana. Satu-satu nya yang Iva percaya adalah ibunya Faiz sendiri, karna Ridho juga belum memutuskan untuk mencari pengganti.
"Tadi Faiz udah makan bi? Udah dikasih obat kan?" Tanya Isna dengan suara yang serak khas habis nangis.
Iva mengangguk, "udah bu, tapi Faiz makannya dikit kalo gak dibantu sama air dia gak bakal mau makan" kata Iva.
"Makasih ya bi mau jaga Faiz selama saya gak ada" tatapan Isna teralih kepada Faiz yang masih memejamkan mata dengan nafas yang teratur, "maafin mama ya sayang karna gak bisa lagi terus jagain kamu. Tapi kamu harus tau mama sayang banget sama kamu, kamu alasan mama untuk bangkit sayang"
Anak itu terusik dalam tidurnya, matanya mulai mengerjap disaat terasa tetesan air jatuh mengenai kelopak matanya. Faiz terbangun.
Isna buru-buu menghapus air matanya dan menggantikan dengan senyum lembut seorang ibu.
Faiz nampak menyernyit, masih memproses apa yang baru saja dia lihat.
"Mama ganggu tidur kamu ya sayang?"
Mata sayu itu seketika berbinar, bias kebahagiaan nampak jelas dari sorot matanya. Faiz memeluk Isna dengan erat, menyalurkan kerinduan yang selama ini ia pendam. Jujur walau dia yang memilih menjauh dari sang ibu namun ternyata hatinya masih ingin tinggal bersama mamanya.
Isna beri kecupan bertubi-tubi pada pucuk kepala Faiz dengan air matanya yang tak pernah berhenti mengalir.
"Faiz kangen mama. Maafin Faiz karna waktu itu gak nurut sama mama. Faiz mau tinggal sama mama Faiz gak mau sendirian dirumah ini ma, papa selalu pulang kalo Faiz udah tidur, dan berangkat kerja pas Faiz masih tidur. Papa gak ada waktu buat Faiz, papa selalu sibuk kerja" rengek anak itu sesekali terisak. Isan jadi merasa sangat bersalah karna sudah membiarkan anaknya tinggal bersama papanya yang memang gila kerja.
Bahkan diujung ranjang sana Nichol pun tak sengaja menitikan air matanya. Dia jadi berfikir untuk lebih memberikan perhatian kepada Gildan.
"Mama juga minta maaf ya sayang, sekarang kamu gak akan lagi sendirian, ada mama disini. Mama akan terus sama kamu apapun yang terjadi" kedua ibu dan anak itu akhirnya saling mendekap erat dengan tangis haru bahagia.
"Oh iya sayang, kenalin ini bos mama. Namanya Om Nichol" Nichol yang merasa terpanggil tersenyum hangat kepada Faiz yang tengah menatapnya bingung.
"Haii... nama kamu siapa?" Tanya Nichol yang sudah berjalan mendekati Faiz.
Faiz menyambut uluran tangan Nichol meski dengan kernyitan didahinya, "a-aku Faiz om"
"Cepet sembuh ya Faiz" Nichol mengusak kepala anak itu. Dan seketika hati Faiz menghangat. Sudah lama dia tak merasakan sentuhan-sentuhan hangat dari orang tuanya.
"Mama nginep disinikan? Sama Om Nichol juga kan?" Tanya Faiz tiba-tiba dengan ceria.
Isna hampir tersedak salivanya sendiri mendengar pertanyaan dari anaknya.
Faiz masih menunggu dengan penuh harap jawaban yang akan Nichol beri.
"Iya, om Nichol nginep kok"
Saat itu juga Faiz memeluk erat tubuh Nichol yang dibalas dengan kekehan kecil dari bilah bibir Nichol.
Isna tersenyum kecil. Bagaimanapun keadaan seperti ini yang sangat dia inginkan sejak dulu. Keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Namun, dia harus sadar dengan kenyataan bahwa apa yang disaksikannya sekarang tidak seharusnya dia harapkan.
♥♥♥
"Nic, maaf ya aku banyak ngerepotin kamu" ucap Isna penuh rasa bersalah setelah memastikan Faiz kembali tidur diranjangnya.
Nichol yang sedang duduk diruang tivi itu hanya terkekeh pelan.
"Seharusnya malam ini kamu udah istirahat dirumah, karna aku jadi kesita deh waktu istirahat kamu" Isna murunduk, tak berani menatap Nichol karna bahaimana pun juga Nichol adalah bos nya. Seseorang yang seharusnya ia segani malah direpotkan dengan urusan pribadi seperti ini.
Tiba-tiba dia merasakan pundaknya yang ditepuk seseorang. Isna mendongak, wajah Nichol lah yang dia lihat malam itu.
Isna jadi berkali lipat lebih gugup dari sebelumnya, ditambah senyuman Nichol yang akhir-akhir ini membuat jantungnya berdebar berlebihan.
"Na, aku sama Manda kan pernah bilang. Gak usah sungkan untuk minta bantuan sama kita, kamu kan sahabatnya Manda dan anggap juga aku ini sebagai sahabatmu, Na" ucap Nichol dengan tulus.
"Makasih ya Nic, kamu sama Manda emang pasangan yang serasi, kalian sama-sama baik dan mau bantu aku apapun keadaannya. Makasih sekali lagi"
Dan entah dorongan dari mana Nichol membawa Isna kedalam dekapannya. Melihat wanita itu menangis membuat hatinya tergerak untuk menenangkan. Nichol paling lemah melihat seorang wanita yang tengah menangis.
"Jangan nangis ya, dan jangan pernah merasa sendiri. Kamu ada aku sama Manda, kamu gak sendiri" ucapnya disela usapan lembut pada bahu Isna.
Terlintas sebuah pertanyaan konyol dipikiran Isna saat itu. Bolehkan dia bersandar pada bos nya ini untuk sementara waktu?
Kenapa Nichol seolah membuatnya terjatuh meski pun kenyataannya dia tak bisa dimiliki. Kenapa Nichol seolah memberi harapan dengan kenyataan nya dia sudah terikat janji.
Teringat hal itu membuat Isna melepaskan rengkuhannya dari Nichol. Melihat sekilas cincin yang masih melingkar dijari manisnya membuat perasaan Isna semakin sesak, dia harus segera menepis semua harapan lebih kepada lelaki itu. Dia sudah punya istri dan anak yang masih butuh kasih sayangnya.
"Ah, maaf. Saya refleks tadi, kebiasaan nenangin Manda kalo lagi nangis" sahut Nichol merasa tindakannya berlebihan.
"Emm... aku siapin kamar tamu dulu ya buat kamu tidur"
"Gak usah, aku disofa aja"
"Eh? Jangan dong Nic, kamu kan udah aku repotin. Gak tegalah aku biarin kamu gak nyaman tidur disofa. Lagi pula aku gak enak juga sama Manda nanti"
Dan akhirnya Nichol mengangguk. Isna pun pamit untuk membereskan kamar tamu yang sepertinya sudah lama tak terpakai itu.
TBC
OKE GAIS MARI KITA BERPEGANG ERAAT. GONCANGAN SUDAH MULAI TERLIHAT GAIS.
NEXT CHAPTER?? VOMMENT DULU LAH WKWK
MAKASIH YAA ATAS RESPON KALIAN. JUJUR AKU SENEEEENG BANGET BACAIN KOMEN-KOMEN KALIAN.
MAAF KALO ADA TYPO YAA
SEKIAN. SAIA MAU TANYA-TANYA KE ISNA GIMANA PERASAANNYA DIPELUK ABANG HEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweeters (Mannic)
FanfictionMenceritakan kisah Jefri Nichol dan Amanda Rawles setelah menikah dan memiliki anak laki-laki yang lucu dan gantengnya nular dari Papanya. Sebelumnya saya minta maaf karna kehaluan saya yang terlalu jauh. Jika ada yang keberatan saya mohon maaf yang...