0.014

603 52 24
                                    

Sejak satu jam yang lalu, Nichol tak pernah lelah untuk memuji sang Sekretaris barunya. Matanya berbinar menceritakan betapa beruntungnya dia dapat bertemu dengan seorang seperti Isna.

Melihat itu Manda juga jadi merasa bahagia, karna beban sang suami selama ditinggal Fandi--Sekretaris lamanya itu---mulai berkurang. Meski pekerjaannya semakin bertambah namun tak serepot sebelum mendapatkan pengganti Fandi.

Manda menatap kedua manik kelam Nichol yang masih tampak berbinar. Posisinya sekarang mereka saling berhadapan didalam selimut yang sama.

Manda mengulur sebelah tangannya untuk mengusap lembut pipi sang suami dengan ibu jarinya.

Nichol juga menatap Manda dengan senyumnya yang akhir-akhir ini selalu berkembang sempurna.

Saat wajah mereka kian mendekat, sebuah dering ponsel memaksa keduanya untuk menciptakan jarak.

Manda meraih ponselnya yang berdering nyaring diatas nakas. Nama yang tertera dilayar ponsel membuat alisnya bertautan.

Begitu panggilan diterima, suara isakan Isna yang pertama kali Manda dengar.

"Na, are you okay?" Tanya Manda panik.

Nichol yang mendengar itu seketika bangkit menghampiri sang istri yang sudah mengigit bibir bawahnya, cemas.

"Da... barusan aku dapet telfon dari pengasuhnya Faiz, kalo Faiz sakit. Aku bingung Da, sedangkan Ridho baru aja berangkat ke Singapura karna urusan bisnisnya. Aku harus susul Faiz sekarang, Faiz butuh aku pasti. Mmm... aku boleh minta tolong?" Terdengar nada ragu dikalimat terakhirnya.

"Boleh, kamu butuh apa?"

"Bo...leh aku minta Nichol buat anter aku ke Bandung? Aku udah gak ada waktu untuk pesan tiket bis sekarang, Da. Faiz benar-benar butuh aku. Gimana? Da, boleh?"

Manda menatap sang suami yang masih terduduk sambil ikut menatapnya khawatir. Ada kecemasan lain didalam hatinya entah itu apa.

"Kenapa?" Nichol akhirnya bertanya karna melihat raut Manda yang sulit untuk ditebak.

Manda menjauhkan ponselnya dari telinga dan menutup spiker ponselnya dengan genggaman tangan.

"Kamu mau anter Isna ke Bandung? Anaknya sakit dan mantan suaminya baru aja ke Singapura. Cuma ada pengasuh yang menjaga anaknya"

Nichol mengangguk, kecemasan jelas terlihat diwajah suaminya.

"Bilangin Isna aku otw jemput dia"

Manda sweetdrop.

Gak tau kenapa dia merasa ada yang janggal disini. Gak biasanya Nichol terlihat begitu perduli dengan keadaan sekitar apalagi ini orang yang baru dia kenal.

"Da? Kamu masih disana?" Suara Isna menyadarkan lamunan Manda yang isinya prasangka buruk semua.

"Ah, iya. Suamiku segera kerumah kamu. Kamu siap-siap ya. Dan semoga Faiz cepet sembuh"

Terdengar suara haru bahagia disebrang sana. Setelah mengucapkan terima kasih sambungan telfon itu terputus.

Manda menghampiri Nichol yang sudah siap dengan kunci mobil ditangannya.

"Aku berangkat ya. Hati-hati dirumah jangan kemana-mana"

Manda memejamkan matanya saat Nichol mengecup singkat keningnya.

"Kamu yang hati-hati. Jangan ngebut, jangan ikut panik"

"Iya sayang, daah. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Malam itu, setelah mobil Nichol meninggalkan perkarangan rumah sebagian diri Manda seperti ikut menghilang. Sebagian dirinya yang seharusnya jadi posisi Nichol kini rasanya hampa. Rasanya ikut pergi tanpa pamit oleh sebagian dirinya yang lain.

Manda takut. Takut jika Nichol benar-benar pergi dari hidupnya. Bahkan sebelum Manda mengucapkan hadiah yang sangat istimewah darinya.

"Mikir apa sih aku, Nichol gak gitu orangnya. Pikir positif Da, Nichol cuma khawatir sebagai bos aja kok" gumamnya mencoba untuk tetap tenang.

Akhirnya malam itu Manda hanya sendiri dikamar. Tapi pikirannya sungguh tidak tenang. Jujur walau pun mencoba berkali-kali untuk membuang jauh-jauh semua pikiran negatifnya tetap saja hasilnya selalu mengarah kesana.

Mencoba untuk memejamkan mata namun yang ada dirinya semakin dibuat gelisah. Pilihannya Manda kekamar Gildan, melihat anaknya yang masih terlelap sambil memeluk boneka pisang kesayangannya dengan damai. Melihat itu hati Manda seketika menghangat. Hingga akhirnya ia berjalan menghampiri Gildan dan ikut terbaring disana.

"Mama sayang Gildan"




















TBC

Sweeters (Mannic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang