Pagi-pagi sekali Nichol sudah pamit kekantor, katanya akan ada investor dari luar Negeri ingin bekerja sama dengan tim nya. Tentu Nichol sangat senang mendengarnya.
Maka dari itu dia harus mempersiapkan segalanya, karna sampai sekarang Nichol belum menemukan sekretaris yang pas seperti Fandi.
Dia sudah terlalu nyaman dan percaya dengan mantan sekretarisnya itu.
"Nic. Apa kamu gak cari pengganti Fandi aja? Kamu repot loh tanpa sekretaris" ucap sang istri yang sedang menyiapkan kotak bekal untuk Nichol bawa kekantor.
Nichol yang sedang memakan sarapannya menatap Manda, "udah dicari, tapi gak ada yang pas"
Manda diam, berfikir sejenak sampai akhirnya dia menjetikkan jari.
"Kamu inget gak sama Isna, temen SMA aku dulu yang dateng kepernikahan kita lagi hamil?" Ucap Manda antusias tapi dibalas gidikan bahu oleh Nichol.
"Aku gak terlalu kenal sama temen-temen kamu, Da"
Manda berdecak, "ya udah, nanti aku suruh dia dateng ke kentor kamu aja ya langsung. Semalem dia chat aku, katanya lagi butuh pekerjaan. Dia punya pengalaman jadi sekretaris juga kok diperusahaan industri"
Nichol mengusap rambut Manda dengan senyum teduhnya, "ya udah suruh langsung ngadep aku aja. Aku berangkat ya, Nda" katanya seraya mengecup pucuk kepala sang istri dengan lembut.
"Ade belum bangun ya?"
"Belum. Udah sana berangkat, kamu kalo ketemu ade yang ada gak jadi berangkat"
"Hehehe... kalo bisa aku mau bawa ade kekantor"
"Tapi aku gak tanggung jawab kalo ade rewel terus kamu kerepotan"
Nichol menunjukan deretan gigi putihnya yang rapih.
"I love you"
Ucapnya setelah mencuri kecupan singkat dipipi kanan istrinya dan setelahnya pergi meninggalkan Manda yang masih ngeblank karna perlakuan tiba-tiba dari Nichol.
♥♥♥
"Ini Gildan? Waahh... udah lancar ya jalannya" seseorang seumuran Manda baru saja masuk kedalam rumahnya.
Rumah Manda yang mendadak jadi kapal pecah karna kelakuan Gildan yang sukanya berantakin mainan.
Dia Isna. Teman Manda semasa SMA. Punya wajah cantik, senyum nya yang teduh dengan tatapan lembut, mampu membuat siapapun nyaman bersamanya. Ditambah sifatnya yang humble dengan siapapun. Maka dari itu hanya Isna yang sampai sekarang menjalin hubungan baik dengan Manda, karna wanita itu dapat mengerti Manda yang orangnya kadang tak banyak bicara.
"Ganteng banget ih! Kaya abang Faiz waktu masih kecil" Isna membawa Gildan kedalam gendongannya.
Bahkan Gildan saja tak protes digendong oleh Isna yang notabene orang asing yang baru Gildan liat. Biasanya anak itu akan rewel bahkan sampai meronta-ronta.
"Wah, kayanya Gildan nyaman sama kamu tuh, Na. Gak protes dia digendong gitu"
Isna terkekeh, "loh, emang nya dia suka rewel kalo digendong orang baru?"
"Bukan rewel lagi. Ngamuk-ngamuk dia mah!" Isna tertawa, dan Gildan tentunya tidak terima.
"Aku buatin minum dulu ya"
Manda melenggang masuk kedapur, setelah itu kembali dengan nampan berisi dua gelas jus mangga dan satu pisang kesukaan si ade.
"Diminum dulu, Na" kata Manda menyodorkan gelas berisi minuman yang ia bawa.
Isna mengangguk, lalu dia menurunkan Gildan dikursi kosong sebelahnya. Manda memberikan si ade buah kesukaannya, lebih tepatnya suka dia bejek-bejek sampe penyek.
Isna kembali terkekeh ketika melihat ade yang memang selalu menggemaskan. Dengan wajah belepotan pisang sampai berceceran kemana-mana.
"Oh iya, Na. Faiz udah sekolah ya?"
"Iya, Da. Sekolah di Bandung sama Papahnya"
Manda menyernyit, "maksudnya?"
Isna menunduk, mengeratkan genggamannya pada gelas yang ia pegang.
"Aku sama suamiku sudah cerai" ucapnya santai. Tentunya Manda terkejut mendengar fakta itu.
"Kenapa, Na. Bukannya hubungan kalian baik-baik aja, setahun yang lalu aku denger kamu baru aja liburan ke Jepang, kok---
Tenggorokan Manda tercekat, dia sangat tak menyangka pernikahan sahabatnya akan berakhir seperti ini.
"Udah 5 bulan yang lalu, Da. Ternyata suami ku punya istri sebelum menikah sama aku, aku juga baru tau ketika istri pertamanya dateng kerumah ku dan teriak-teriak manggil nama Ridho---suamiku eh, Mantan deng" Isna tertawa miris. Manda terdiam, fokus mendengarkan.
"Kamu bayangin deh, jam sepuluh malem datang gak ada sopan santunnya sama sekali, teriak-teriak didepan rumah orang. Sampai tetangga keluar semua grumungi rumah aku. Dan dia bilang aku pelakor. Dan jelas-jelas aku sama sekali gak tau kalau Ridho sudah punya istri sebelumnya"
"Aku kalut waktu denger langsung dari mulut Ridho kalau semua itu benar. Saat itu juga aku pergi dari rumah tanpa pamit sama Fai--hiks" satu isakan lolos dari bilah bibir Isna. Manda mendekatkan tubuhnya kearah sahabatnya itu. Merangkulnya dan memberikan usapan lembut dibahunya. Hanya itu yang dapat Manda berikan.
"Dan seminggu kemudian, aku gugat cerai dia, tapi dia minta hak asuh jatuh ditangannya. Aku sempet protes, tapi respon Faiz yang gak mau liat aku karna aku pergi gitu aja dari rumah buat aku ngalah"
"Aku nyesel karna gak bisa jadi Ibu yang baik buat Faiz... gak bisa jaga kepercayaan dia ke aku"
"Stt... enggak kok Na, kamu belum terlambat. Kamu masih bisa yakinin Faiz kok. Kamu masih ibunya, kamu berhak rebut hak asuhnya dari manta suami kamu"
"Aku juga sempet mikir gitu Da, karna cuma Faiz sekarang yang aku punya"
"Oh iya. Aku udah bilang ke suamiku kalau kamu butuh kerjaan, kata nya kamu langsung aja kekantor. Mungkin besok, karna sekarang dia lagi sibuk"
Isna mengangguk, dan memeluk Manda dengan erat, "makasih ya Da kamu masih mau jadi sahabat aku. Setidaknya aku gak sendiri sekarang"
"Kamu gak usah khawatir ya, ada aku yang akan bantu kamu. Gak perlu sungkan untuk minta bantuan sama aku, atau sama suami aku"
"Makasih Manda. Maaf aku selalu ngerepotin kamu"
Manda menggeleng, "enggak, Na. Gak sama sekali"
TBC
Maaf ya kalo pendek, yang penting aku update wkwk.
Makasih. Lup uuuu♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweeters (Mannic)
FanfictionMenceritakan kisah Jefri Nichol dan Amanda Rawles setelah menikah dan memiliki anak laki-laki yang lucu dan gantengnya nular dari Papanya. Sebelumnya saya minta maaf karna kehaluan saya yang terlalu jauh. Jika ada yang keberatan saya mohon maaf yang...