1. Mengenang 💜

16.8K 658 9
                                    

Mita membolak-balik proposal pekerjaan nya yang hampir satu jam ini ia pegang. Beberapa rangkuman ia buat di buku catatan yang selalu dibawanya kemanapun.
Sesekali diliriknya Dimas, adiknya yang masih seru menonton DVD Pororo yang diputar nya. Sesekali adiknya berdiri sambil berputar menirukan gaya tokoh kartun yang ada di cerita. Sesekali Dimas tertawa sambil bertepuk tangan sangat senang.
Seperti nya ia sangat menikmatinya. Melihat adiknya itu hidup terasa indah, tak ada beban, tak ada tipu daya semua nya terasa sempurna bagi Dimas adiknya itu.

"Mita.. Sabtu malam Minggu gini kok tetep kerjaan aja yang dipegang nak" ibu masuk sambil membawa sepiring pisang goreng yang masih mengeluarkan asap menandakan baru saja diangkat dari penggorengan.

Mita cuma tersenyum.
"Trus harusnya Mita enaknya ngapain Bu"

"Mm...ngapain ya... ngumpul sama teman mungkin, ngobrol santai mungkin" jawab ibu sambil duduk di sebelah Mita.

"Eh awas Dimas...itu masih panas" seru ibu kala melihat Dimas kepanasan memegang pisang goreng.

"Auw.. iya panas..Dimas mau...mau" Rajuk Dimas sambil mengulum jari-jarinya ke dalam mulut agar berkurang rasa panasnya.

"Sabar ya Dimas, 2 menit lagi ya" kata Mita agar Dimas mengerti.

"Itu kan buat anak ABG Bu... hangout namanya" Mita melanjutkan tema obrolan yang dilontarkan ibunya tadi.

"Kalau Mita mah sudah expired Bu..." Jawab Mita sambil terkekeh.

Ibu juga ikut terkekeh. Dipandangnya lekat putri sulungnya yang sangat lemah lembut itu. Perempuan paruh baya yang wajahnya mulai dipenuhi kerutan itu tahu, dibalik riang yang dipertontonkan Mita, tersembunyi luka yang mungkin masih tertinggal dalam hati nya.

"Kamu masih menyimpan luka nak?" Tanya ibu hati-hati.

Sejenak Mita terdiam. Dihentikannya tangannya yang sedang asyik menulis dengan penanya.

Mita menggeleng.
"Ndak Bu... semua itu sudah takdir Allah. Mungkin memang mas Fariz bukan yang terbaik buat Mita"

"Maafkan ibu ya nak..karena adikmu juga. "

"Bu...jangan lanjutkan" tegur Mita sambil menggelengkan kepalanya.

"Demi Allah Bu. .Jangan berkata sesuatu yang membuat kita menjadi kufur nikmat Bu... "Dan bersyukurlah kepada Allah,jika benar-benar kepada Nya kamu menyembah "(QS Al-Baqarah 172)

"Astaghfirullah...iya nak kamu benar, ibu rasa lukamu itu akan sembuh bila kamu menemukan seseorang yang mampu membuatmu melupakannya. ibu doakan semoga Mita segera bertemu dengan seseorang yang menerima kita semua apa adanya" mata ibu tampak sendu, dipeluknya putri nya itu.

"Mita ke kamar dulu ya Bu...Dimas, ga boleh tidur kemalaman ya" kata Mita diiringi anggukan dari Dimas

Mita merebahkan badannya diatas ranjang besi dengan sedikit hiasan ukir di bagian atasnya. Dipandang nya langit-langit kamarnya yang bewarna putih bersih.

Setiap kali ibu tanpa sengaja membahas masalah itu, hati Mita kembali koyak. Seperti hendak mengorek luka lama yang belum sempurna sembuh. Karena itu ia lebih memilih menghentikan pembicaraan bila kembali membahas tentang hal itu.

4 tahun lamanya Mita mencoba bergelut menyembuhkan luka, melupakan semua nya. Tapi nyatanya dia belum bisa seratus persen melupakan peristiwa itu. Meski di depan ibu ataupun orang lain Mita bersikap seperti baik-baik saja, bahagia tanpa masalah, tapi Mita belum mampu sepenuhnya lepas dari bayangan 4tahun lalu. Apalagi setiap ia melihat Dimas, adik lelaki semata wayang nya, kenangan itu seperti kembali diputar ulang.

Flashback

4 tahun yang lalu

"Maaf kami terpaksa membatalkan pinangan kami" kata ayah Fariz tegas di depan ayah dan ibu Mita.

Kuterima Khitbahmu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang