Mita saat ini sudah berada di depan ruangan Ilman. Ia mengikuti saran Nana untuk tidak ikut dalam tim proyek PT Cakrawala karena keberadaan Fariz.
"Masuk" terdengar suara menyuruhnya masuk setelah Mita mengetuk pintu.
"Mita.. ada apa?"tanya Ilman senang bisa bertemu dengan Mita, lebih tepatnya rindu.
"Mm..saya mau minta ijin untuk tidak ikut serta dalam tim proyek PT Cakrawala pak..." Kata Mita hati-hati.
"Oh kukira kamu kesini karena kangen..." Goda Ilman sambil tersenyum lebar.
Mita membulatkan matanya ke arah Ilman, orang serius malah lelaki di depannya itu menggoda nya."Boleh tahu alasannya..?"tanya Ilman, tak biasa nya Mita pilih-pilih proyek yang mau ditangani.
Mita memegang ujung hijabnya. Agak ragu ia mengatakan pada Ilman apa alasan nya. Rasanya tak mungkin ia akan. mengatakan yang sebenarnya.
"Mm..saya tidak nyaman saja" hanya jawaban itu yang bisa Mita buat.
Sejenak Ilman berpikir. Ia cukup paham sifat gadis yang diajaknya bertaaruf itu, sedikit tertutup dan tidak mudah mencurahkan isi hatinya. Ilman juga tidak ingin memaksa atau menekan Mita untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Baiklah, terserah Mita. Nanti aku bilang ke pak Danar" putus Ilman.
"Terimakasih pak" Mita tersenyum lega. Senyum yang Ilman rindukan.
"Saya permisi dulu pak..."
"Sebentar Mita..." Tahan Ilman.
"Fariz itu siapa? Maaf aku sangat ingin tahu"
Deg.. pak Ilman tahu Fariz.
Mita membalikkan badannya.
Wajah pak Ilman tampak biasa saja, datar." Aku Ndak sengaja melihat bingkisan bunga cantik di mejamu" terang Ilman.
Ooh...iya bingkisan bunga itu. Mita baru mengingat nya tentang kiriman bunga dari Fariz. Tapi bunga itu tak pernah disimpan oleh Mita. Malah jadi rebutan mbak Mary dan beberapa staf lainnya buat hiasan di rumah katanya.
"Mm..dia.. bukan siapa-siapa" jawab Mita kembali sekenanya.
Ilman menarik nafas dalam. Bisa ditebak, gadis itu pasti belum mau terbuka menceritakan semuanya pada nya.
" Berarti pengagum rahasia nya Mita ya .." kata Ilman sambil kembali berusaha tersenyum.
"Biasanya laki-laki kalau sudah berani kirim bunga begitu pasti sudah merasa dekat dan ingin menyatakan perasaannya"
Mita sekilas memandang Ilman. Cemburu kah dia? Tanya Mita dalam hati.
"Mita, bagaimana kalau kita..."
Tut..Tut...
Belum selesai Ilman bicara, telepon yang terhubung dengan sekretaris berbunyi. Membuyarkan kalimat yang ingin diucapkan Ilman.
Kesempatan itu digunakan Mita untuk bisa segera keluar dari ruangan Ilman dan terhindar dari pertanyaan yang masih sulit Mita jawab.
🌿🌿🌿🌿🌿
"Beberapa hari ini kamu kok kelihatan agak suntuk nak...banyak kerjaan?" tegur ibu ketika Mita malam itu sedang serius depan laptopnya di dalam kamar.
"Jangan terlalu keras bekerja nak...jaga kesehatan" lanjut ibu sambil meletakkan segelas susu hangat di meja Mita.
"Minum dulu, biar segar"
"Makasih Bu...Dimas sudah tidur Bu?" Tanya Mita sambil menyeruput susu hangat yang dibuatkan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu (TAMAT)
ChickLitBila memang kesendirian bisa membuat ku dan keluarga ku bahagia, kenapa tidak? jika Allah memberiku Rizki seorang pendamping sebagai penyempurna agama ku, aku juga menginginkan nya. Tapi pengalaman pahit memberi ku sebuah pelajaran hidup bahwa jang...