Sudah hampir seminggu Mita ada di kota Bandung untuk mengurus proyek kantor nya. Agak kesepian juga Mita ada di kota itu, karena ia berharap Nana sebagai satu tim nya ternyata tidak bisa ikut karena harus mengurus proyek lainnya. Kalau ada Nana biasanya hari-hari tidak membosankan karena candaannya yang sering membuat Mita tertawa. Mita berangkat bersama tiga orang lainnya dari divisi konstruksi.Rencana schedule ia berada di tempat ini sekitar dua Minggu, tapi jika ia bisa menyelesaikannya lebih cepat maka ia bisa lebih awal juga untuk pulang ke Surabaya. Rasanya seperti menghitung hari.
"Ini nanti arah tiangnya kesini pak" Mita memberikan instruksi pada kepala pelaksana proyek.
"Sepertinya dua hari lagi pembuatan pondasi sudah selesai, Bu Mita bisa balik ke Surabaya" terang pak Amir, kepala pelaksana proyek
"Alhamdulillah, saya juga ingin segera pulang" jawab Mita jujur.
"Pak Sabri tadi sudah kirim pesan ke saya, minta maaf tidak bisa mendampingi Bu Mita karena harus berada di Belanda. Saya cuma disuruh menyiapkan tiket untuk kepulangan ibu dan tim" kata pak Amir
"Iya terimakasih pak, disini menyenangkan tapi tetap kangen pulang" kata Mita sambil tersenyum.
"Kangen sama suami dan anak-anak ya Bu" tebak pak Amir
"Saya belum menikah pak, apalagi punya anak" jawab Mita tersenyum.
"Oh..maaf saya kira.." kata pak Amir sungkan
"Tak apa pak ga perlu sungkan" jawab Mita sopan.
Memang terkadang agak tak nyaman bila dikira sudah punya suami apalagi anak. Sebenarnya safar,pergi keluar kota untuk urusan kerja sendiri tanpa mahram membuat Mita kurang nyaman, meskipun dalam satu tim yang menemaninya ada perempuan juga.
🌿🌿🌿🌿🌿
Mita ditunggu di kafe hotel di bawah buat makan malam
Begitu bunyi pesan lewat WA dari mbak Anya, tim kerja nya di proyek ini. Diliriknya jam di ponselnya,pukul 7 malam lebih. Sebenarnya Mita enggan keluar kamar lagi, setelah sholat isya' ingin nya segera tidur. Tapi ia baru ingat dari tadi siang belum sempat makan, ia tidak ingin sakit yang sempat dirasakan beberapa waktu yang lalu karena telat makan terulang lagi.
Segera dipakainya gamis merah marun nya menutup baju bagian dalam yang sebenarnya juga sudah panjang. Diraihnya pula hijab bewarna hitam panjang yang tergeletak di sebelah nya. Dirapikannya sebentar dan langsung keluar kamar, seperti biasa Mita tidak pernah memakai make up apapun.
"Sini..." Terlihat mbak Anya melambaikan tangan nya. Duduk dalam satu meja tapi agak jauh ada pak Oni, rekan kerja satu tim sekaligus suami mbak Anya dan mas Taufik.
"Wah kok sudah ready begini makanan nya, banyak banget mbak...mbak Anya ulang tahun?" Tanya Mita setelah duduk tepat disebelah mbak Anya.
"Mm..bukan ulang tahun..."mbak Anya belum selesai menjawab.
"Tapi syukuran, proyek disini sukses dan lancar" dari arah belakang Mita mendengar suara yang khas, yang sudah hampir seminggu ini tidak ia dengar.
"Pak Ilman..." Batin Mita.Ilman langsung duduk di sebelah mas Taufik.
"Ayo dimakan dan dihabiskan" kata Ilman mempersilahkan."Alhamdulillah...makan besar ini" seru mas Taufik sambil langsung mulai memenuhi piring kosong nya dengan aneka lauk yang cukup banyak dihidangkan di meja.
Untuk sesaat Mita hanya diam memperhatikan pak Ilman dan ketiga rekan kerjanya asik memilih aneka lauk yang telah tersedia.
"Ngapain juga orang ini jauh-jauh kesini ya" gumam Mita dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu (TAMAT)
Chick-LitBila memang kesendirian bisa membuat ku dan keluarga ku bahagia, kenapa tidak? jika Allah memberiku Rizki seorang pendamping sebagai penyempurna agama ku, aku juga menginginkan nya. Tapi pengalaman pahit memberi ku sebuah pelajaran hidup bahwa jang...