Setengah berlari Mita memasuki pelataran kantor nya. Diliriknya jam yang tertulis di pojok atas layar ponselnya, pukul 7 lewat. Mita sedikit lega berarti ia belum melewati jam masuk kantor yang pukul 8 pagi.
Mit, besok kamu disuruh ngadep langsung ke pimpinan yang baru
Begitu bunyi pesan Nana lewat WA.
Dua hari yang lalu seharusnya acara pergantian pimpinan cabang yang baru dilakukan, tapi saat itu Mita harus mengantar Dimas yang lagi sakit ke dokter. Jadi Mita tidak bisa menghadiri seremonial acara perkenalan dengan pimpinan yang baru.
Dan kemarin katanya dilakukan rapat dengan semua divisi dan staf, lagi-lagi Mita tidak bisa menghadiri nya karena harus menemui pak Pram untuk sedikit merevisi proposal proyek yang telah dikerjakannya. Tentu saja semua atas sepengetahuan pak Danar, kepala divisi konstruksi bagian kerja Mita.Pelataran kantor mulai ramai. Beberapa kendaraan dari para pegawai mulai banyak yang masuk ke area parkir kantor. Beberapa pegawai juga terlihat berjalan santai sambil mengobrol karena mungkin waktu jam masuk masih sekitar satu jam lagi.
"Braak..."
Tiba-tiba saja Mita sedikit terhuyung. Tapi untungnya sebuah tangan menahannya mencengkeram lengannya hingga ia tidak jadi terjatuh. Setelah agak tegak, refleks Mita menepis tangan yang mencengkram nya, apalagi setelah sadar tangan itu milik seorang lelaki.
Karena tergesa-gesa Mita kurang berhati-hati hingga di tempat parkiran persis di depan pintu kantor nya Mita menabrak seseorang. Ini juga karena kebiasaan Mita kalau berjalan sambil menunduk.Dipandang nya beberapa kertas proposal yang berserakan di lantai.
"Ehh...maaf" kata Mita tanpa memandang orang yang ia tabrak. Mita langsung berjongkok untuk memunguti kertas-kertas yang sangat penting baginya itu.
Pikiran Mita, lelaki yang ditabraknya tadi akan menjawab permintaan maaf nya dan membantu nya memunguti kertas-kertas nya yang berserakan layaknya drama Korea yang dulu pernah ia gandrungi semasa SMA😂. Apalagi tadi lelaki itu sempat memegang lengannya. Tapi ternyata tidak.
Terdengar langkah sepatu yang mulai melangkahkan menjauhi nya.Sebuah sepatu sangat elegan, hitam mengkilap, kokoh dan terlihat pasti sepatu berkelas dan bermerk itu mengeluarkan suara teratur ketika berjalan menjauhi Mita yang masih sibuk memunguti kertas-kertas proposal nya.
"Hmm...sangat tidak sopan" gerutu Mita dalam hati.
Siapa pun dia, pasti dia kurang meresapi pelajaran PPKN, untuk menolong orang lain yang sedang kesusahan. Meskipun Mita bersalah karena kurang hati-hati berjalan tapi setidaknya lelaki itu juga harusnya meminta maaf untuk sekedar basa-basi.
"Ya Allah...sabaaar" rapal Mita dalam hati agar hatinya tetap tenang dan agar hari ini dia bisa melalui pekerjaan nya dengan nyaman.
🌿🌿🌿🌿🌿
Ilman membuka laptopnya. Ia akan membuka file laporan masing-masing divisi di kantor ini. Sebagai pimpinan yang baru, ia harus mengetahui semua seluk beluk kinerja di kantor itu.
Setelah sekian menit, pikiran nya ternyata masih berkelana, tidak bisa diajak konsentrasi melihat laporan.
Disandarkan punggungnya ke kursi empuk, bewarna hitam yang bisa diputar itu tempat ia kini duduk."Ehh ...maaf"
Gadis itu mengatakan maaf tapi sama sekali tidak mau melihat wajah nya, wajah orang yang ditabraknya. Dia malah sibuk memunguti kertas-kertas nya entah kertas apa itu.
Ilman sempat memegang lengan gadis itu karena refleks saja, gadis itu hampir jatuh karena tabrakan yang lumayan keras dengannya. Ia hanya spontan menahan agar gadis itu tidak terjatuh.Ilman hanya diam, karena untuk sekian menit ia terpaku memandang gadis cantik, berhijab lebar warna hijau lengkap dengan gamis panjang nya. Matanya indah, meski tanpa riasan gadis itu tampak sangat simple, cantik alami.
Ya Allah, Ilman merasa bersalah karena dengan seksama mengagumi kecantikan gadis yang ada didepannya itu. Karena nya dengan tergesa-gesa ia pun pergi menjauh meninggalkan gadis itu yang masih sibuk memunguti kertas-kertas nya tanpa sepatah kata pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu (TAMAT)
Chick-LitBila memang kesendirian bisa membuat ku dan keluarga ku bahagia, kenapa tidak? jika Allah memberiku Rizki seorang pendamping sebagai penyempurna agama ku, aku juga menginginkan nya. Tapi pengalaman pahit memberi ku sebuah pelajaran hidup bahwa jang...