Ilman memandang senang ikan-ikan yang berlompatan mendekati nya. Tangannya asik menyebarkan butir-butir kecil berwarna warni yang merupakan pakan ikan.
Udara sehabis shubuh masih terasa sangat sejuk. Apalagi di taman belakang rumah Ilman yang asri itu banyak ditumbuhi pohon buah-buahan, semakin menambah segar suasana."Hmm...bunda perhatikan daritadi kamu kok kelihatan senyum-senyum sendiri Man?" Tanpa disadari oleh Ilman bundanya sudah berada di samping nya.
"Ah nggak Bun..." Elak Ilman malu-malu.
Tapi sebenarnya bundanya tidak sepenuhnya salah. Daritadi Ilman memang masih mengingat kejadian semalam. Mengantar Mita di tengah hujan hingga sampai di depan rumah nya.
Sebenarnya bukan tanpa sengaja Ilman juga pulang malam. Biasanya Ilman keluar dari kantor sekitar pukul 5 sore. Ia bukan workaholic yang lebih senang menghabiskan waktu nya di tempat kerja.
Bagi Ilman ada dalam bagian waktu itu adalah semua nya untuk ibadah termasuk bekerja. Maka selain di kantor Ilman juga membagi waktu nya untuk birul walidain, berbakti pada orang tua nya, ia juga punya aktivitas sebagai takmir masjid, mengurusi beberapa panti asuhan dan tentu menyediakan waktu untuk mencari ilmu dengan mengikuti kajian rutin.
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" ( Quran Surah Al Mu'minun 115)Ketika sudah turun dari ruangan nya, ia melihat Mita masih khusyuk di depan laptop nya. Ilman sangat yakin gadis itu masih bergulat dengan proposal yang sudah 2 kali ia tolak . Kantor sudah mulai lengang, hanya ada beberapa cleaning service dan pegawai yang masih tetap duduk di ruangannya.
Akhirnya Ilman malah balik lagi ke ruangan nya menunggu Mita pulang. Apalagi di luar sudah terlihat awan gelap menyelimuti tanda hujan deras akan segera mengguyur bumi.
Jadi itu semua sengaja dilakukan Ilman"Heh..kok malah ngelamun" bunda menepuk bahu Ilman.
"Mm... jangan-jangan anak bunda satu ini lagi jatuh cinta ya" tebak bunda Ilman.
Ilman malah tersenyum. Bunda nya ini selalu bisa menebak isi hati anak-anaknya.
"Kata bunda, cinta yang sebenarnya bisa kita rasakan ketika kita sudah halal menikah" kata Ilman sambil memegang tangan Bundanya.
"Benar sih, tapi ketika hati kita menjadi begetar, condong melihat seseorang seolah yakin dia adalah jodoh itu lah awal cinta"jawab bunda Ilman yang diusianya ke 60 masih tetap kelihatan cantik dan bugar.
"Terus bagaimana kita yakin itu jodoh kita Bun" tanya Ilman lagi.
"Mm..tentu karena kita minta petunjuk dari Allah, istikharah. Istikharah adalah memantapkan hati kita atas sebuah pilihan. Kita menjadi nyaman, bahagia bila bisa melihatnya sehat, bahkan terkadang tanpa alasan, jika kita bisa melihatnya saja kita sudah merasa nyaman dan bahagia itu sudah cukup sebagai pertanda" jelas bunda panjang lebar.
"Bunda seperti nya sudah expert deh" canda Ilman.
"Hmm..bunda kok merasakan hawa-hawa orang jatuh cinta nih...gih cepet kenalin sama bunda.." bunda balik menggoda Ilman.
Ilman terkekeh kecil.
"Belum pede Bun" timpal Ilman."Hei anak bunda kenapa Ndak pede, keren begini.." bunda membulatkan matanya menatap Ilman dari atas sampai bawah.
"Belum yakin, orang nya mau apa Ndak Bun"
"Ditanya dong Man, umur Ilman kan sudah 28 tahun, memang sudah waktunya punya pendamping, ga usah pakai pendekatan lama-lama, takut zina. Kalau Ilman sudah yakin minta ke orang tua nya, kaya ayahmu dulu"
Ilman sudah hafal bagaimana kisah cinta antara ayah dan bundanya yang hanya bertemu dua kali langsung menikah, tanpa proses pacaran dan juga bukan karena dijodohkan. Karena bunda juga merupakan pegawai ayah Ilman waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuterima Khitbahmu (TAMAT)
Chick-LitBila memang kesendirian bisa membuat ku dan keluarga ku bahagia, kenapa tidak? jika Allah memberiku Rizki seorang pendamping sebagai penyempurna agama ku, aku juga menginginkan nya. Tapi pengalaman pahit memberi ku sebuah pelajaran hidup bahwa jang...