7 Little Brother

428 22 0
                                    

Seorang gadis baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia melihat waktu dengan jam tangan berwarna biru yang melingkar manis di tangan kanannya. Ia tersenyum, tak sabar rasanya ia ingin bertemu dengan ketujuh adiknya.

'Pemberhentian berikutnya pulau rintis, jangan sampai barang anda tertinggal' Pesan masinis kereta.

Fara segera menggendong ranselnya, menenteng tas lain yang berisikan ponsel dan peratan lainnya. Kereta berhenti tepat pukul empat pagi. Suasana tidak terlalu ramai.  Fara sudah tau kemana harus melangkah.

Selang beberapa menit kemudian, ia tiba di depan sebuah rumah peninggalan kedua orangtuanya. Rumah bertingkat dua dengan cat rumah yang berwarna biru dan putih, di samping rumahnya, terdapat sebuah rumah yang tak jauh berbeda dengan cat berwarna cream.

Fara menekan bel rumahnya. Perlahan, pintu terbuka, memperlihatkan sosok anak berusia kurang lebih 10 tahun. Sosok ini memiliki wajah imut dan pipi chuby membuat Fara sangat ingin mencubit pipinya.

"Iya? Eh, kakak ini siapa?" Tanya sosok ini. Ia mengenakan kaos berwarna putih dengan jaket berwarna putih yang di gulung hingga siku, memakai celana panjang berwarna jingga, serta kacamata otomatis berwarna jingga dan topi yang miring berwarna putih.

"Aku kakak kau lah. Kita belum pernah bertemu sebelumnya, kita hanya pernah bertemu sewaktu kalian bayi, nih, ada foto kita. Dan, kau ini Solar kan?" Terang Fara panjang lebar.

Solar mengetuk pelan tombol yang ada di ujung kacamatanya, kemudian menatap foto yang di berikan oleh Fara kepadanya. Kemudian ia mengangguk.

"Jadi, kakak ini kakak Solar lah. Uwa... sudah lama Solar ingin berjuma dengan kakak!" Seru Solar langsung memeluk Fara begitu erat.

"Selamat datang, kakak!" Sambut Solar. Ia kemudian menarik tangan Fara untuk masuk ke dalam rumah. Solar membawa Fara ke sebuah kamar yang di dalamnya bernuansa biru.

"Wua... cantik sekali kamar ini!" Seru Fara sembari duduk di atas kasurnya. Solar tersenyum lalu duduk di samping Fara.

"Nah, kak, kakak tau tak, sewaktu kami mendapat kabar bahwa ayah dan ibu meninggal karena kecelakaan, kami sangat sedih, terutama Halilintar, ia menjadi lebih dingin," ucap Solar sambil bersandari di pundak kakaknya.

Fara menghela nafas, ia memeluk adiknya, membiarkan air mata Solar membasahi baju miliknya.

"Sudahlah, Kakak dulu juga begitu, namun kakak berusaha menerimanya. Sekarang, kan ada kakak yang akan di sini bersamamu, kau jangan sedih lagi ya," hibur Fara sambil menghapus air mata Solar.

Solar mengangguk."Eh, katanya kalian 7 bersaudara kan? Di mana kakak-kakakmu?" Tanya Fara.

"Eh, Kak Gempa sedang membeli sarapan, Kak Hali sedang mencuci piring untuk sarapan, Sedangkan Kak Taufan, Kak Blaze dan Kak Daun sedang bermain di halaman belakang," jelas Solar.

Fara mengangguk. Kemudian ia memeluk Solar begitu erat, entah kenapa sejak pertemuan tadi, ia menjadi sangat menyayangi Solar. Ia mengelus lembut kepala Solar.

"Solar, ayo makan, eh," sosok Halilintar yang di maksud oleh Solar muncul. Fara mengamatinya. Sosok Halilintar ini menggunakan baju panjang hingga siku berwarna merah, jaket dengan tudung tanpa lengan berwarna hitam dengan garis aksen berwarna merah, serta topi berwarna hitam dengan aksen merah.

Ia kini menatap Fara dengan tatapan tak suka."Solar, siapa dia? Kenapa kau memeluknya?" Tanya Halilintar.

"Kak Hali, dia kakak kita lah. Namanya Fara. Mulai detik ini, ia akan tinggal di sini bersama kita, dan akan mengurus kita. Aku senang bisa bertemu kak Fara," jelas Solar sambil kembali memeluk Fara.

My Best SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang