Keesokan paginya, gadis itu benar benar gelisah. Ia bahkan tidak berani untuk sekedar melihat kondisi adiknya. Ia duduk diam di ruang tamu. Hanya diam. Bahkan, saat sahabatnya datang, ia hanya diam hingga membuat mereka bingung.
"Kak Fara?" Fara menoleh, ia mendapati teman teman Boboiboy telah datang.
Fara berlari ke atas, ia berdiri di depan pintu kamar adiknya. Ia sama sekali tidak berani membukanya.
"Buka saja," ucap Toph menyemangati.
Fara mengangguk, ia meraih gagang pintu, kemudian membukanya perlahan. Kini, gadis itu bisa melihat, sosok adiknya yang terbaring dan memejamkan kedua matanya.
Fara melangkah perlahan, kemudian berlutut di samping kasur sang adik, ia mengecek denyut nadinya. Gadis itu semakin takut. Denyut nadinya sudah tidak ada. Ia beralih ke dada adiknya, mendekatkan telinganya, berusaha mencari suara detak jantungnya, namun nihil. Tidak ada juga.
"Boboiboy, bangun," ucapnya lirih.
"Bangun! Jangan tinggalkan kakak! Bangun," Fara mengguncangkan tubuh adiknya beberapa kali, nihil, tak ada reaksi. Ia terduduk lemas.
Sementara teman teman Boboiboy yang baru saja tiba langsung terkejut melihat Fara menangis. Setelah mengucapkan turut berduka, mereka pamit pulang untuk bersiap ke acara pemakaman.
Fara duduk memunggungi jasad sang adik. Jari jarinya sibuk memencet ponselnya, memutar semua videonya bersama sang adik. Rekaman berisi canda tawa mereka membuat Fara kembali menangis untuk kesekian kalinya.
"K kakak," sebuah suara tiba tiba mengejutkannya. Ia menghapus air matanya dan melihat sekelilingnya, sepi, tidak ada siapapun.
"S siapa?" Tanyanya.
"Kakak," suara itu berasal dari tempat tidur milik sang adik. Fara terpaku.
"Fara," panggilan Kaizo yang baru saja tiba mengejutkan Fara."Tadi aku sudah memanggilmu, tapi tidak ada sahutan, jadi aku langsung masuk," ucapnya menjelaskan.
"Tidak apa," sahut Fara. Kaizo berdeham.
"Aku turut berduka atas kepergian Boboiboy," Ucapnya pelan.
"Kak Fara," suara khas Boboiboy kembali terdengar, kali ini suara khas itu terdengar lirih.
"Kau dengar itu? Kaizo?" Ucap Fara. Kaizo mengangguk. Suara khas Boboiboy terdengar kembali. Kaizo mendekati tubuh yang sudah tak bernyawa dan di selimuti dengan kain putih dari kepala hingga kaki.
"Kak Fara," suaranya terdengar jelas. Kaizo memberi kode kepada Fara untuk membuka kain putih yang menyelimuti seluruh tubuh adiknya. Awalnya, gadis itu terlihat ragu, namun hatinya berkata kalau keajaiban benar benar datang.
Fara membuka kain yang menutupi tubuh adiknya. Ia terpaku, sosok yang 2 jam lalu tidak terdengar suara detak jantung dan denyut nadinya, kini tersenyum manis, perlahan, kedua matanya terbuka, ia menatap dua orang yang saat ini sedang terkejut menatapnya.
"B bagaimana bisa?" Ucap Fara tak percaya. Ia bahkan menampar dirinya sendiri cukup keras untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi.
"Kakak... jangan sakiti diri sendiri. Ini aku, adik kakak yang comel," Boboiboy menahan tangan kakaknya yang hampir saja mencubit tangannya sendiri.
Gadis itu tersenyum, bersamaan dengan air mata yang kembali turun tanpa seizinnya."Kakak kira... kau benar benar pergi," ucapnya sambil menggenggam lembut tangan sang adik.
"Kakak tau? Aku tadi bisa mendengar semua yang kakak ucapkan, aku bahkan bisa mendengar suara tangisan kakak, tapi... aku tak tau kakak dimana, karena aku berada di sebuah ruangan yang sangat gelap, aku pikir aku ini sudah waktunya aku pergi, tapi... seorang pria dengan pakaian serba putih dan tubuhnya bercahaya muncul di depanku," Ia memberi jeda.
"Ia berkata bahwa penyakitku sudah tidak ada, mereka sudah lenyap, dan aku sembuh. Ia kemudian menuntunku untuk memasuki cahaya putih, dan kakak tau setelah itu? Aku kembali ke tubuhku, aku berusaha memanggil kakak tadi, tapi kakak malah tidak datang," ucapnya mengakhiri cerita sambil cemberut.
"Iya iya maaf, tadi kakak kira siapa," ucapnya lalu memeluk tubuh sang adik."Selamat datang kembali, Boboiboy,".
Boboiboy memeluk lembut kakaknya, begitu pula sebaliknya. Senyum bahagia terukir di bibir ketiganya. Beberapa saat kemudian, terdengar suara bel berbunyi.
"Biar aku yang bukakan," sela Kaizo saat melihat Fara hendak berdiri dan membukakan pintu. Gadis itu tersenyum, dalam hati, ia mulai memaafkan pria dengan tulus.
"Kakak," panggil sang adik lembut. Fara menoleh, "Iya?".
Cup
Boboiboy mencium lembut kedua pipi sang kakak sembari tersenyum. Senyum tulus khasnya.
"Terimakasih, karena sudah merawatku selama ini, aku janji, suatu hari nanti aku akan membalas semua yang kakak pernah berikan padaku," ucapnya.
Fara mengangguk."Jujur, kakak sangat senang dulu saat melihat kau dilahirkan, kakak senang, memiliki adik yang penurut sepertimu,"
"Boboiboy!" Suara gaduh terdengar dari lorong, keduanya menoleh ke arah pintu yang memang di biarkan terbuka. Fara dikejutkan dengan munculnya teman teman Boboiboy yang langsung serempak masuk kedalam kamar.
"Boboiboy, kau oke?"
"Boboiboy, katanya kau sudah..."
"Syukurlah sahabat baik aku ni tak jadi pergi, huhu...,"
Beberapa pertanyaan dan hela nafas lega mereka ucapkan. Boboiboy, anak itu memang banyak disukai oleh warga pulau rintis. Selain di sukai karena sifatnya yang ramah, ia juga di sukai karena sering membantu orang lain, tanpa memandang siapa orang yang ia bantu.
Fara tersenyum, lalu menyudahi mereka yang masih melontarkan banyak pertanyaan kepada Boboiboy. Gadis itu memandang kesekeliling kamar adiknya, beberapa koran yang di tempel di sana merupakan aksinya selama ini. Lalu di meja belajarnya, terdapat foto mereka semasa kecil.
Fara kembali menguatkan tekadnya, yaitu selalu membuat adiknya tersenyum bahagia, melindunginya dari semua musuh, bahkan mempertaruhkan nyawanya, ia siap.
END
Yup... halo lagi... gimana cerita ini menurut kalian? Seru tak? Aku mau buat next cerita karena yang ini sudah tamat. Nantikan ceritaku selanjutnya yah readers... See you next time.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Sister
RandomMemiliki tujuh adik kembar dengan sifat yang berbeda beda, memilih untuk mengurus mereka sendiri karena tak ingin merepotkan saudaranya, gadis bernama fara, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ia merawat ke tujuh adiknya. bagaimana kisah mereka...