Rencana

69 5 1
                                    

"Kak Fara!"

Solar langsung memeluk Fara begitu ia melihat Fara memasuki rumah.

"Kak Fara, kenapa kakak pergi? Kakak pernah bilang akan selalu bersamaku kan? Kenapa kakak pergi? Kau membuat kami khawatir kak," ucap Api

"Kak, kau tak apa kah?" Air yang hendak melangkah mendekati Fara tertahan. Ia terkejut kerena Fara yang langsung memeluknya secara tiba-tiba.

"Maaf Air, maaf karena kakak tadi membuatmu takut," Fara mengusap sayang pundak Air. Air yang mengerti langsung memeluk Fara.

"Tak apa kak, lebih baik, aku melihat kakak yang galak dan tertawa, aku tidak suka jika melihatmu sedih kak," ucap Air.

"Taufan, bagaimana? Kau sudah temukan-"

Ucapan Daun terpotong ketika ia melihat Fara yang sedang memeluk Air.

"Kakak, kakak ini pergi kemana? Jangan suka membuat kami khawatir begini, aku, aku,"

Belum sempat Daun menyelesaikan ucapannya, Fara lebih dulu menarik Daun ke dalam pelukannya."Maaf, maaf jika membuatmu khawatir sayang, sekarang, kakak di sini, kaka tidak akan pergi lagi,"

"Hm, baiklah," balas Daun.

Fara menghela nafas lesu. Ia sendiri tidak tau kenapa ia bisa mewarisi kekuatan air dari kakek buyutnya. Bahkan, ia juga memiliki beberapa helai rambut yang berwarna putih, seperti ayah mereka. Dan entah kenapa, terkadang kekuatannya tidak dapat terkontrol.

"Fara, kau sudah kembali? Lain kali, jangan membuat adik-adikmu cemas seperti ini. Kasihn mereka," nasihat Aang.

"Iya iya, hm, aku tadi hanya ingin menyendiri, kau tahu, kehilangan salah satu keluarga sangatlah buruk. Sudah cukup aku kehilangan kedua orangtuaku, aku tidak ingin lagi kehilangan adikku,"

"Fara! Jika kau ingin mendapatkan adikmu kembali, setidaknya, jangan bertingkah bodoh seperti ini! Kau bisa memanggilku, jangan menghilang lagi, kasihan mereka!"

Fara hanya diam, menerima amukan dari sahabat-sahabatnya. Ia tau, yang ia lakukan ini salah. Bahkan, ia hampir saja melenyapkan Taufan bila Gempa tidak mencegahnya. Parahnya lagi, bila kedua adiknya tidak mencegahnya, mungkin, kejadian semasa ia kecil akan terulang lagi. Dimana satu desa di buat kacau olehnya.

"Baiklah, sekarang, kita siapkan rencana untuk menyelamatkan Hali dari sosok itu," ucap Hideki.

Mereka mulai berdiskusi, sementara, Taufan secara diam-diam meminta Kaizo untuk melacak lokasi Halilintar saat ini.

"Taufan, sedang apa kau?" Taufan yang sedang asik dengan jam tangan miliknya terkejut.

"Ah? Em, tak ada kak. Hanya, mencoba melacak kak Hali saja, hehe,"

Sayangnya, keberuntungan tak berpihak kepada Taufan. Sebuah email masuk dari jam tangannya dan memunculkan email tersebut melalui hologram.

"Kaizo? Eh? Untuk apa kau menghubungi dia Taufan!?" Tanya Fara setengah membentak.

"Eh, em, anu, Taufan nak minta tolong kak Kaizo melacak keberadaan Kak Hali saja," jawab Taufan gugup.

"Kenapa kau hubungi dia hah? Untuk apa kita memintanya melacak keberadaan Hali? Bisa saja ia akan mengambil kembali jam kuasa miliknya! Kau mau itu terjadi lagi?"

"Kak, jangan seperti itu, dia tidak-"

"Tidak apa? Menghianatiku? Merampas jam kalian? Aku sudah tidak ingin terhubung dengannya lagi, tapi kau masih menghubunginya?"

"Kak, kak Kaizo sebenarnya tidak-"

"Sebenarnya tidak apa? Hah! Tidak jahat? Kau ini! Kakak tidak ingin mendengar ataupun melihat, kau ataupun yang lainnya menghubungi dia lagi! Dan lagi, jangan sebut namanya lagi di hadapanku!"

My Best SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang