Misteri penyebab kebakaran

95 7 0
                                    

Sebulan berlalu semenjak Fara mengambil kembali jam milik adik-adiknya. Mereka kembali ke aktivitas biasa, Fara hanya bisa tersenyum ketika adik-adiknya membantu orang lain tanpa mengeluh walaupun ia tau adiknya itu kelelahan.

"Ish, kenapa kamu bisa demam nih," Fara kini meletakkan kain yang sudah di celupkan air hangat ke dahi Blaze. Blazesendiri sedang tertidur dengan raut wajah gelisah.

"Hm, rrgh," Blaze terus mengigau hingga membuat Fara khawatir. Kini, ia sedang mengurus Blaze yang tidak masuk sekolah karena demamnya tidak hilang sejak semalam.

"Kak, kak Fara, jangan pergi, Kak Hali, jangan tinggalkan aku, Kakk!" Api terbangun dengan wajah panik dan nafas tak beraturan.

Fara yang mendengar terikan Api langsung menghampiri."Api, tenang, kakak disini, kau jangan takut,". Fara segera memeluk adiknya dengan erat.

"Kak, jangan pergi, jangan tinggalkan Api!" Api terisak di pelukan Fara. Api baru saja bermimpi jika Fara dan saudaranya yang lain meninggalkannya begitu saja.

"Ssh, mana mungkin kakak akan meninggalkan adik kakak yang imut ini? Tenanglah, kakak di sini," Fara mengelus rambut Api yang masih sesegukan.

Fara mengusap punggung Api, berusaha menenangkan adiknya yang masih terisak.

"Sudahlah Api, kakak janji tidak akan meninggalkanmu," Fara berusaha melepas pelukan Api, tapi Api malah mempererat pelukannya.

"Tak, kalau Api lepas pelukan Api, nanti, nanti kakak akan pergi meninggalkan Api, Api tak mau kakak pergi!" Fara menghela nafas pelan. Ia kembali mengusap pelan puncak kepala Api.

Fara bersenandung, ia menyenandungkan lagu kesukaan Api, berharap bisa membantu meredakan tangisan Api.

"Api, adikku sayang, jangan pernah menangis, jangan pernah takut akan apapun. Kakak tau, kau itu kuat. Kau bisa menghadapinya," ucapan Fara berhasil membuat Api melonggarkan pelukannya. Fara segera melepas pelukan Api, ia mengangkat dagu Api dengan jari telunjuknya.

Pandangan mereka bertemu. Fara terpaku ketika melihat mata adiknya. Api menyimpan banyak luka yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun. Api masih terisak.

"Kau ada masalah sayang? Ceritakanlah masalahmu, ingat, jika ada masalah, ceritalah kepada orang terdekatmu, jangan di pendam sendiri atau kau akan depresi nantinya," Api kembali menangis kencang. Ia menghambur ke pelukan Fara.

"Api, Api capek kak! Api capek di mintai tolong oleh mereka. Api lelah. Mereka dengan seenak hati menyuruh Api mengerjakan ini dan itu, di sekolah, Api juga di suruh-suruh oleh teman-teman Api," Fara mematung.

Ia tak menyangka, di balik sikap Api yang ceria, ternyata adiknya ini menyimpan banyak rasa sakit. Ia tak menyangka, bila di sekolah Api di perbudak begini.

"Kenapa Api tidak melawan?" Tanya Fara.

"Api pernah membela diri, tapi, Api di benci karena tidak sengaja melukai teman Api," Air mata Fara menetes. Ternyata, adiknya juga mengalami hal yang sama sepertinya dulu. Di jauhi dan di benci banyak orang.

"Api, kakak juga pernah di perlakukan seperti Api," Ucapan Fara membuat Api melepas pelukannya dan menatap Fara. Ia bisa melihat bekas air mata di pipi Fara.

"K-kenapa kakak menangis?" Fara menggeleng. Ia kemudian menghapus air mata yang mengalir di pipi adiknya.

"Dulu, kakak juga sama sepertimu, Api. Kakak di jauhi, kakak di benci. Hanya karena kakak berbeda, mereka menjauhi kakak. Setiap berangkat ke sekolah, pasti kakak selalu di hina. Mereka akan mendatangi kakak jika ada yang mereka butuhkan," Jelas Fara.

Tangisan Api berhenti. Api kemudian tersenyum. Ia berusaha menghibur Fara yang sekarang menangis, saat mengingat masa lalunya.

"Api, maukah Api berjanji satu hal kepada kakak?" Api mengangguk.

My Best SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang