Seminggu setelah kejadian itu, Boboiboy dan yang lainnya hidup dengan damai. Namun, akhir akhir ini, Boboiboy sering pingsan secara tiba tiba. Saat Fara ingin membawanya ke dokter, ia selalu menolak.
Fara menangkap Boboiboy yang tiba tiba pingsan saat menuruni anak tangga terakhir. Tubuh adiknya mendadak demam, padahal sebelumnya dia baik baik saja.
"Kamu kenapa jadi demam begini, Boboiboy?" Fara mengelus lembut kepala sang adik sambil mengompresnya. Selang beberapa menit kemudian, Boboiboy mulai membuka mata, ia merasakan tubuhnya lemas, bahkan untuk bangun saja, ia tak mampu.
"K... kak Fara," panggilnya lemas. Ia menatap kakaknya dengan mata yang hanya terbuka setengah."Iya Boboiboy," Fara menggenggam lembut tangan adiknya.
"A aku... b baik baik saja, j jangan risau kak," ucapnya sambil tersenyum-lebih tepatnya memaksakan senyum. Fara menatap adiknya gemas."Hei, kondisimu seperti ini, kakak mana yang tak khawatir dengan kondisi kau? Kita ke rumah sakit yah?" Bujuk Fara.
"Tapi... aku tak kuat berjalan,"ucap Boboiboy lirih. Fara memandang sedih, air mata sudah membendung di pelupuk matanya, namun ia berusaha keras menahannya."H hei, kakak," Boboiboy mengulurkan tangan, menghapus air mata kakaknya yang berhasil lolos.
"J jangan menangis, aku baik baik saja, aku.. hanya butuh i istirahat?" Lanjutnya. Fara terisak, ia paling tidak kuat melihat adiknya tersiksa. Ia memeluk tubuh adiknya.
Fara kembali menidurkan Boboiboy, ia menghapus air mata yang mulai turun tanpa seijinnya."Kakak akan tetap memeriksakan kau ke dokter, kalau kau tak kuat berjalan, kakak akan panggil dokter kemari," ucap Fara yang di balas anggukan pasrah sang adik.
Fara menelpon dokter, meminta beliau datang dan memeriksa kondisi sang adik. Panik menyerang dirinya, ia benar benar tidak siap kalau harus kehilangan Boboiboy, adik yang menggemaskan dengan segala tingkahnya, penurut, penyayang, pantang menyerah, semua ada di dalam diri Boboiboy.
Tak lama kemudian, dokter datang dan langsung memeriksa kondisi Boboiboy yang sedang tertidur di kamarnya. Wajah adiknya terlihat sangat tenang.
"Apakah, akhir akhir ini adik anda sering pingsan? Demam? Dan batuk darah?" Tanya sang Dokter ketika mereka mengobrol di ruang tamu. Fara memang sengaja meminta Dokter memberitahu hasilnya di ruang tamu agar tidak menganggu tidur adiknya.
"Adik saya, memang sering pingsan, beberapa kali saya memergoki dia batuk darah, apa... yang terjadi dengan adik saya dok?" Fara menatap cemas.
"Adik anda... terkena kanker" ucap dokter tersebut.
Fara terkejut."Kanker? Dokter jangan bercanda! Adik saya sehat sedari kemarin!?" Ucapnya panik.
"Saya tidak berbohong, saya berkata jujur," balas sang dokter.
Bruk
Suara seseorang terjatuh mengejutkan mereka, keduanya lantas menoleh ke sumber suara, mereka bisa melihat sosok Boboiboy yang terjatuh saat berusaha menuruni anak tangga terakhir, namun, karena tubuhnya lemas, ia terjatuh.
"Boboiboy!?" Fara berseru panik dan segera menggendong tubuh adiknya dan menidurkannya di sofa.
"Baiklah, kemungkinan terakhir ia bisa hidup, itu sangat kecil, kalaupun usai operasi ia bisa kembali hidup, itu keajaiban yang sungguh luar biasa, baiklah saya pamit dulu, permisi," Fara mengantar dokter sampai ke depan pintu.
Usai mobil sang dokter menghilang di belokan jalan, Fara menutup pintu dan menangis. Ibu dan ayahnya tidak memiliki riwayat penyakit kanker, tapi.. kenapa adiknya mengidap penyakit kanker?
Dengan lemas, ia menghampiri sang adik, menunggunya untuk bangun. Sembari menunggu, ia melihat lihat album foto yang berisi banyak kenangan. Dimana sewaktu Boboiboy baru di lahirkan, yang sudah bisa merangkak, berbicara, hingga sewaktu ia sudah sekolah di Tadika.
Fara tersenyum, adiknya dari dulu memang tidak berubah, sangat menggemaskan. Apalgi pecahannya yang lain, Halilintar, Taufan, Gempa, Daun, Blaze, Ice dan Solar? Mereka sangat menggemaskan dengan semua tingkah mereka.
Air mata yang turun semakin deras ketika ia membayangkan betapa bosannya ia di rumah tanpa tingkah konyol sang adik. Selang beberapa menit kemudian, Boboiboy membuka kedua matanya. Ia dapat melihat sang kakak yang memunggunginya.
Dapat ia lihat bahwa pundak kakaknya bergetar, ia tau bahwa sang kakak sedang menangis. Ia kemudian bangun dari tidurnya, berusaha berjalan tanpa suara kemudian memeluk kakaknya lembut.
Fara terkejut. Pelukan hangat dan menenangkan. Fara berbalik, melihat adiknya sedang tersenyum manis padanya, seolah dirinya sedang baik baik saja.
"Kakak... jangan menangis," Boboiboy menghapus lembut air mata Fara, kemudian memeluknya lembut.
"B boboiboy... j jangan tinggalkan kakak," ucapnya di sela tangisnya.
"Aku tidak akan pergi, aku akan bersama kakak, janji," balasnya dengan suara lembut khasnya.
Fara berusaha untuk tenang."Kau nak makan ape Boboiboy? Hm?" Ia mengelus lembut puncak kepala adiknya. Boboiboy tersenyum,"Apa saja, masakan kakak lezat sangat,".
Kini mereka sedang menyantap makanan favorite Boboiboy, yaitu nasi goreng spesial buatan Fara. Fara tersenyum melihat Boboiboy makan.
Malam tiba, dan di malam itu, Fara gelisah, sangat gelisah. Ia tidak tau kenapa dirinya tiba tiba begitu takut.
"Kakak, ayo kita lakukan rutinitas kita!" Ajak Boboiboy bersemangat. Semangatnya tidak hilang, walaupun tubuhnya lemas seperti tidak bertenaga, ia dengan ceria keluar kamar dan menghampiri kakaknya yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu.
"Ayo,"balas Fara sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Mereka keluar rumah, kemudian merebahkan diri di atas rumput hijau sambil memandangi langit yang penuh bintang dan bulan, itulah rutinitas mereka di malam hari. Setelah makan malam, mereka akan menghabiskan waktu di luar rumah untuk bercanda tawa sambil memandangi langit penuh bintang.
Namun, kali ini hening. Tidak ada canda tawa di antara mereka. Fara yang biasanya mampu menghibur adiknya hingga keduanya tertawa bersamaan, kini memilih diam.
"Kak," panggil Boboiboy. Ia menyadari, bahwa mungkin, besok ia sudah tidak ada di samping Fara, menemani kakaknya lagi, kalaupun masih ada, itu adalah keajaiban.
"Iya?" Fara menoleh, menatap adik kecilnya yang menggemaskan.
"Terimakasih ya," ucapnya sambil tersenyum manis.
"Terimakasih? Untuk apa?" Fara semakin takut kehilangan sosok yang kini sedang tersenyum manis.
"Terimakasih, karena sudah menjagaku selama ini, merawatku, menghiburku di saat aku sedih, menguatkanku, dan... maaf kalau aku mungkin pernah membuat kakak sakit hati,".
Fara menggeleng keras."Nggak, jangan bilang terimakasih, kalau kau bilang begitu, artinya kau-" Fara menggantugkan kalimatnya, tak kuat melanjutkan.
Boboiboy mengangguk, membenarkan ucapan Fara."Aku merasa... bahwa hidupku akan segera berakhir, maka dari itu, sebelum terlambat, aku mengucapkan terimakasih," senyumnya mengembang.
Fara kembali menangis, Boboiboy menarik sang kakak ke dalam pelukannya."Kak, boleh aku minta satu hal?" Ucapnya sambil mengusap punggung sang kakak.
"A apa itu?" Tanya Fara. Boboiboy tersenyum."Kalau aku benar benar sudah pergi, kakak jangan sedih lagi ya, tetap ceria, kalau kakak merindukanku, datang saja ke kamarku, aku ada disana," senyumnya mengembang.
Fara mengangguk."A aku akan berusaha, Boboiboy, terimakasih, terimakasih sudah menjadi adik yang terbaik, terimakasih sudah menjadi adik yang penurut, kakak tidak akan pernah melupakanmu,".
Malam semakin larut, gadis itu semakin ketakutan. Ia bahkan bolak-balik mengintip kamar sang adik. Ketakutannya semakin besar. Ia hanya berharap, bahwa keajaiban datang dan mengatakan bahwa adiknya sembuh.
TBC
Halo... Bagaimana kabar kalian? Semoga baik, sebenarnya ceritanya sudah selesai, aku sengaja menambahkan bonus. Salam sayang
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Sister
RandomMemiliki tujuh adik kembar dengan sifat yang berbeda beda, memilih untuk mengurus mereka sendiri karena tak ingin merepotkan saudaranya, gadis bernama fara, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ia merawat ke tujuh adiknya. bagaimana kisah mereka...