Pertarungan

84 8 0
                                    

Setelah berhari-hari menempuh perjalanan jauh, akhirnya, mereka menemukan planet yang di maksud oleh Kaizo, planet Quartik. Hideki langsung mengarahkan pesawatnya ke arah planet tersebut.

Mereka mendarat di sebuah hutan. Ochobot langsung memeriksa daerah sekitar."Kak, kita sudah mendarat tepat di pulau Quartik, kita hanya perlu mencari tempat mereka menyembunyikan Halilintar saja,"

Fara mengangguk paham. Mereka mulai bergerak pelan, Hideki mengubah ukuran pesawatnya menjadi mini, hingga ia mudah membawanya.

"Berhati-hatilah, di sini banyak makhluk berbahaya," pesan Fara.

Fara memimpin di depan. Untuk sejauh ini, mereka tidak di serang oleh makhluk apapun.

"Hali, kau dengar tak, Hali!" Fara berusaha menghubungi Halilintar menggunakan jam yang sudah di berikan oleh Ochobot untuknya. Namun sayang, Halilintar tak dapat di hubungi.

Fara menghela nafas, ia kembali melanjutkan perjalanan.

"Hoam, bisakah kita beristirahat Fara? Sudah mau malam nih," ucap Aang.

Fara mendongak, menatap langit yang sudah menggelap."Baiklah, mari kita membangun tenda, kita beristirahat di sini,".

Mereka lalu membagi tugas, sebagian membangun tenda, sebagian mencari kayu bakar. Termasuk Fara dan Taufan yang kebagian tugas mencari kayu.

"Kak, dah dapat cukup banyak nih, ayo ke tenda?" Namun ajakan Taufan tak ia gubris. Ia justru asik memandangi rembulan yang malam itu bersinar cukup terang.

"Kak?" Taufan menepuk pelan pundak Fara."Ayo ke tenda?" Fara mengangguk, ia membawa kayu yang sudah ia kumpulkan dan melangkah bersama Taufan menuju tenda.

Mereka mulai membuat api unggun dan mulai membakar ikan."Nah, untuk kau Taufan," ucap Fara.

"Terimakasih kak," Setelah mendapatkan bagiannya masing-masing, mereka mulai makan bersama. Usai makan, mereka memilih tidur, namun tidak dengan Fara, gadis itu hanya diam, memandangi api unggun di hadapannya.

Topi milik Halilintar masih ia peluk. Ia mencoba menghubungi Halilintar melalui jam tangan miliknya. Namun, hasilnya nihil. Halilintar masih tak dapat di hubungi.

"Kak? Kau belum tidur?" Fara menggeleng. Gempa menghampiri kakaknya, lalu duduk di sebelahnya.

"Walaupun sifat Kak Hali pemarah, pendiam dan dingin kepada kami, kami tetap menyayanginya," ucap Gempa.

"Kakak tau? Dulu, sebelum kakak datang, kami tidak seakrab sekarang kak. Kak Fara berhasil mengubah sifat kak Hali. Taufan, hm, dia dulu lebih sering tersenyum dan menunjukkan tawa palsunya saat di sekolah, jika di rumah, ia menjadi lebih pemurung. Sifat Daun pula dulu tidak seperti ini, ia mirip dengan kak Hali,"

Fara hanya diam, ia tahu itu. Sebab, saat pertama ia datang, semuanya memasang wajah datar."Kak, ayo istirahat, kakak perlu menyiapkan energi kakak untuk besok,"

Fara mengangguk. Ia memeluk sebentar adiknya Gempa, kemudian melangkah masuk ke tendanya. Di dalam tenda sendiri, Toph sudah tertidur nyenyak. Fara tersenyum, ia kemudian merebahkan dirinya, mencoba mencari posisi ternyamannya.
***
"Hoam, ini masih pagi Fara, apa kau yakin?" Tanya Aang sambil menguap.

"Yakin," Fara segera menggendong tasnya. Fara mulai memimpin jalan.

Disisi lain, sosok itu mulai bosan hanya melihat proses penyerapan kekuatan Halilintar. Ia memutuskan untuk mengirimkan lokasinya kepada kakak Halilintar.

Fara melihat jam tangannya yang sudah di lengkapi dengan sinar hologram. Jam tangannya berkedip-kedip tanda ada yang ingin berkomunikasi dengannya. Ia memencet salah satu tombol.

My Best SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang