Kondisi Lia semakin menurun. Ia tidak henti-hentinya meminta agar hari cepat berlalu dan besok ia akan melihat dokter dan perawat kesayangannya mengikat janji.
"Bu?"
"Ada apa sayang?"
Sang ibu yg melihat anaknya semakin tidak berdaya tidak berhenti menangis sambil terus menggenggam tangan sang anak.
"Besok masih lama ya? Lia sudah tidak tahan lagi"
"Tahan sayang, Lia pasti kuat. Lia pasti sembuh. Lia kan sudah berjanji pada dokter Hwang dan juga perawat Kim."
"Iya, tapi Lia juga sudah lelah Bu."
"Lia anak yg kuat sayang"
Ibu Lia memeluknya erat sambil terus berdoa didalam hati agar sang anak bisa terus bertahan.
☘☘☘☘☘☘☘
Didalam mobil si manis hanya diam sambil memilin jemarinya. Hyunjin yg menyadari jika kekasihnya itu tengah gelisah pun perlahan mengambil tangan si manis lalu digenggamnya.
"Ada apa sayang?"
"Aku masih memikirkan janji kita pada Lia pagi tadi hyunjin"
"Kita ikuti saja kemauannya."
"Apa pihak rumah sakit akan mengizinkan kita?"
"Kamu lupa dengan kak Chan? Semuanya akan ku urus. Yg terpenting sekarang kita melakukan semuanya untuk Lia. Untuk membahagiakan nya."
Hyunjin mengusap sayang rambut halus milik kekasihnya itu. Berusaha agar si manis sedikit lebih tenang.
"Oh iya, bagaimana perkembangan kak Chan dak kak Woojin?"
"Baik, kak Woojin itu mencintai kak Chan. Tidak mungkin kak Woojin akan meninggalkan kak Chan"
"Kalau aku?"
"Hah?"
"Iya, kalau aku bagaimana? Kamu akan meninggalkanku atau tidak?"
Wajah si manis memerah membuat hyunjin semakin gemas dengan kekasihnya itu.
"Tentu saja tidak. Tapi-"
"Tapi apa?"
"Tapi jika tuhan bilang kita tidak bisa bersama, aku tidak bisa apa-apa"
Hyunjin menatap mata si manis dalam lalu ia tersenyum sambil mencubit gemas pipi Seungmin.
"Jika tuhan memisahkan kita, maka Tuhan tega membuatku terluka. Aku akan terus berdoa kepada Tuhan agar kita bisa dipersatukan."
Hyunjin mengambil tangan Seungmin lalu menciumnya.
"Cincin ini, adalah tanda keseriusanku Kim. Jangan pernah ragu untuk melangkah bersamaku. Aku akan terus mencintaimu sampai maut memisahkan kita"
☘☘☘☘☘☘☘
Woojin sedang duduk gelisah dihadapan kedua orang tua Chan. Sedangkan Chan hanya tersenyum seperti orang bodoh ketika melihat Woojin menatapnya meminta bantuan.
"Jadi Kim Woojin, apa kalian sudah lama berpacaran?"
"Ah itu kami baru saja berpacaran tuan bang"