🌘🌘🌘Jadi selama tiga hari ini, Ayu pulang ke kontrakan Meza, sengaja enggak pulang ke rumah eyang. Dia masih marah atau lebih tepatnya kecewa dengan sikap eyang, walaupun ia sadar bahwa tindakannya ini salah, namun Ayu belum ingin bertemu dengan wanita yang telah merawatnya sejak bayi ini.
"Mau sampai kapan sih Yu lu gini'in eyang? Durhaka tahu." ucap Meza sambil berguling di ranjang kamarnya.
Tidak ada Reno selama tiga hari ini, Ayu bisa bebas mau berbuat apa saja di kontrakan Meza. Reno itu pacarnya Meza, cowok itu overprotektif banget sama pacarnya. Kebetulan saat ini ia tengah tugas di luar kota selama satu minggu. Ini benar-benar kesempatan bagi Ayu untuk menghabiskan waktunya di sini bersama Meza sahabatnya.
Sepulang kerja tadi Via juga ikut ke kontrakan Meza, tapi sekitar pukul 19.00 dia sudah pulang. Via termasuk anak rumahan, jarang pergi atau hang out diatas jam 22.00 malam, dan dia memang salah satu manusia yang konsisten dengan komitmen itu. Sebut saja Meza yang bisa hidup bebas diantara mereka berempat, namun sebenarnya dia adalah sahabat yang baik.
"Gue enggak mau eyang seenaknya kayak gitu ama gue. Main jodoh-jodohin. Emang gue Siti Nurbaya?" cerocos Ayu.
"Katakan eyang ngebet gue nikah tapi enggak gini juga kali, Za. Kasihlah gue nih kesempatan buat milih pasangan gue sendiri." lanjutnya.
"Iya, tapi kapan dong Yu? Eyang juga pasti lelah dong nungguin elu yang cuma diem tanpa usaha." balas Meza realistis.
Meza sangat paham bagaimana Ayu, setiap laki-laki yang berusaha mendekati pasti sudah dipandang minus olehnya. Ayu memang cewek yang selektif dalam memilih apapun, apalagi cowok. Bukan sembarang cowok yang masuk di kriteria dia. Dia maunya cowok yang smart, kaya dan ganteng. Cowok kayak gitu adanya cuma di drama Korea seperti yang biasa dia lihat.
Namun Meza melihat peluang pada diri Ramdhan walaupun ia sendiri juga minus informasi tentang siapa cowok ini. Tapi Meza dan tim sudah berusaha mengorek segala hal tentang Ramdhan. Mereka enggak mau sahabatnya jatuh pada orang yang salah.
Ramdhan sebenarnya termasuk orang populer di sekitar Bandung, ia memang salah satu pengusaha sukses di bidang desain grafis. Memiliki komunitas desain grafis dan menjadi founder di komunitas tersebut. Kemampuan speech Ramdhan lumayan, ia mampu menghipnotis para peserta workshop, apalagi ditambah dengan penampilan yang menarik.
Banyak artikel yang membahas tentang Ramdhan, namun sepertinya Ayu tidak tertarik sama sekali. Sepertinya akan menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Meza dan tim agar Ayu bisa berubah tentang cara pandang dia soal pasangan.
"Ya sabar sih, nikah kan enggak segampang ganti baju." jawab Ayu ngasal.
Malam mulai larut, namun mereka tak juga lekas tidur, masih ingin bicara banyak hal, merundung Ayu, sih lebih tepatnya.
"Ngapain Mas Bagus telepon jam segini," gumam Ayu sambil melirik jam di dinding kamar Meza. Hampir pukul 24.00. Jujur, perasaan Ayu tiba-tiba menjadi tidak enak.
Mas Bagus tahu Ayu menginap di tempat Meza, Mas Bagus paham adiknya butuh waktu untuk berdamai dengan keputusan eyang. Jadi Mas Bagus memberikan Ayu kesempatan untuk menenangkan hati dan pikirannya sebelum siap untuk kembali ke rumah.
"Gue enggak bakalan maafin gue Za kalau sampai terjadi apa-apa sama eyang." Berulang kali Ayu mengucapkan kalimat itu. Mas Bagus mengabarkan bahwa eyang drop dan dibawa ke rumah sakit.
Tanpa pikir panjang, Ayu langsung menyeret Meza untuk mengantarkan ke rumah sakit dimana eyang dirawat. Dengan baju seadanya, celana panjang dan tank top dilapisi cardigan panjang.
"Tenang Yu, banyak doa buat eyang." Meza berusaha menguatkan Ayu.
Setibanya di rumah sakit, Ayu melarikan tubuhnya ke ruang ICU, berada jauh di ujung lorong rumah sakit. Terlihat Mas Bagus dan Pak Rudi tengah berdiri dengan wajah pasrah. Ayu histeris melihat kondisi eyang di dalam sana, ada dokter dan beberapa perawat tengah menangani eyang.
"Eyang kenapa, Yah? Eyang kenapa?" Tubuh Ayu sudah lunglai, tergambar jelas ekspresi takut dan sesal di wajahnya. Pak Rudi mendekap tubuhnya, air mata sudah menggenang di sudut matanya.
"Ayu mau masuk, Ayu mau nemenin eyang, Yah." Ayu meronta. Namun ayahnya tidak mengizinkannya. Kondisi eyang kritis.
Eyang bukan cuma ibu bagi Ayu, eyang adalah segalanya. Eyang itu teman, sahabat, partner, dan guru bagi Ayu.
"Kita berdoa ya, semoga Allah memberikan yang terbaik dan kesembuhan buat eyang." ucap Pak Rudi menenangkan putrinya.
Sudah dua jam mereka berdiri di sana, di luar ruangan ICU. Melihat perkembangan eyang dari balik ruangan yang dipenuhi kaca tebal dengan tubuh yang sudah dipasangi infus, oksigen dan alat-alat lainnya. Mata Ayu mengabur, basah oleh air mata dengan wajah pucat dan lemah.
Hampir pukul 03.00 dini hari dokter menyatakan kondisi eyang cukup stabil, lalu Ayu merangsek masuk ke ruangan itu. Memeluk eyang dan menangis sejadi-jadinya menyesali segala perbuatannya.
"Yang, maafin Ayu. Ayu minta maaf, Yang. Ayo eyang bangun, Ayu disini nemenin eyang." bisik Ayu disela isak tangisnya. Eyang tetap diam tak bergeming, hanya terdengar suara napas eyang yang begitu lemah. Dokter mengatakan bahwa jantung eyang mengalami pembengkakan sehingga menyebabkan komplikasi seperti ini.
Hanya keheningan yang tercipta di ruangan itu, semua hanyut dengan perasaan masing-masing. Meza masih setia di sana, mendampingi Ayu sambil terus berkabar dengan para sahabat.
🏥🏥🏥
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with me, Dear
Romanzi rosa / ChickLitPerjodohan yang awalnya hanya menimbulkan banyak konflik dan perang batin antara mereka. Namun seiring berjalannya waktu ternyata mereka sebenarnya saling membutuhkan satu sama lain. "We need to talk." ucap Ayu sendu. "Kita akan menikah secepatnya."...