16. Rumah Sakit

19 2 1
                                    

🌹🌹🌹

"Apa kabar hari ini?" tanya Ramdhan basa-basi. Ia beranikan diri menatap wajah perempuan cantik di depannya itu. Terlihat senyum kecil yang sedikit dipaksakan. Ada beban tak terlihat di bahunya. 

"Alhamdulillah. Aku seneng sih, eyang udah dibolehin pulang," jawab Ayu datar.  Bingung harus berkata apa di depan lelaki yang belakangan ini terus berputar-putar dalam otaknya setelah banyak kejadian kemarin. Ramdhan hanya tersenyum menanggapi jawaban Ayu. 

"Yakin seneng? Terus kenapa wajahnya enggak bahagia gitu? Aku enggak mau bilang kamu sedih lho, ya?" tanya Ramdhan berusaha mencairkan suasana. Ayu mengalihkan pandangannya, lantas ia mengubah ekspresinya menjadi lebih baik. 

"Enggak apa-apa kok, lagi capek aja mungkin. Di kantor juga ada banyak kerjaan yang menunggu, harus cepat dikerjain biar enggak makin numpuk. Pengen cepet bisa pulang aja sih," jawab Ayu berusaha jujur. Lalu mereka sama-sama diam. 

"Hari ini aku balik ke Bandung," ungkap Ramdhan sambil menatap Ayu.

"Oh iya? Pesawat jam berapa?" balas Ayu. 

"Nanti jam 15.00 sih, semoga aja enggak delay," jawab Ramdhan berharap Ayu mau membalas tatapannya. 

"Safe flight, ya," ungkap Ayu sambil memberanikan diri membalas tatapan Ramdhan. Lalu pandangan mereka bertemu, sama-sama canggung, membuat Ayu salah tingkah.

"Thank's. Nanti dua minggu lagi aku pulang kok, aku minta ayah buat segera melamar kamu buat aku," ucap Ramdhan yang refleks membuat Ayu kembali menatapnya. 

"Hah, ngelamar?" ulang Ayu sedikit terkejut. Laki-laki bertinggi badan 179 centimeter itu mengangguk, mengiyakan. 

"Secepat itu? Maksudku, kita, hmm ... belum bahas sampai sejauh itu kan, Ram?" Untuk pertama kalinya Ayu memanggil lelaki itu dengan panggilan tersebut. 

"Bukannya sesuatu yang baik itu harus disegerakan?" tanya Ramdhan, ia melihat keraguan di mata Ayu. 

"Iya, tapi...." Kalimat Ayu menggantung di udara. Ramdhan masih menunggu kelanjutan kalimat perempuan itu. 

"Tapi apa?" tanya Ramdhan akhirnya. 

Sebenarnya ia sendiri pun belum benar-benar yakin akan keputusannya, namun ia harus bertindak cepat sebelum Ayu berubah pikiran. Ramdhan tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bersama Ayu. 

"Apa kamu yakin dengan keputusan kamu kemarin? Aku enggak mau kamu terpaksa atau merasa enggak enak dengan kondisi ini," tandas Ayu. Ramdhan terdiam, ia embuskan napas dalam lalu perlahan ia keluarkan lewat lubang hidungnya. 

"Jujur aku juga belum yakin apa hubungan ini akan terjadi dengan indah atau enggak, tapi aku yakin, kita bisa melalui semua proses ini kalau kita jalani sama-sama," jelas Ramdhan. 

"Aku tahu, kamu enggak menginginkan perjodohan ini, kamu hanya karena merasa bersalah sama eyang dan berharap bisa menebus kesalahan kamu dengan cara seperti ini, iya kan?" ungkap Ramdhan pelan. Ia tidak ingin merusak hubungan dengan Ayu yang baru saja akan dimulai dengan perkataan yang buruk. Dilihatnya gadis cantik itu hanya mengangguk pasrah. 

"Maaf ya, aku udah bawa kamu ke masalah yang sebenarnya aku buat sendiri. Enggak seharusnya aku tuh nglibatin kamu dalam masalah ini," ungkap Ayu. Ayu akan meluruskan masalah yang telah ia buat. 

"Lalu mau kamu apa sekarang?" tanya Ramdhan pias. 

"Aku enggak mau ngecewain eyang tapi aku juga enggak mau kamu terbeban dengan perjodohan ini, Ram," ucap Ayu akhirnya. Ramdhan terdiam dengan jawaban Ayu. 

"Emang kamu ngerasa kalau aku terbeban dengan semua ini?" tanya Ramdhan, ia rengkuh kedua bahu Ayu agar bisa menatapnya, mencoba mencari mata Ayu.

"Maksudnya?" Ayu bingung dengan pertanyaan Ramdhan. Ia berusaha memahami setiap ucapan Ramdhan, ia merasa otaknya tidak sedang bekerja dengan benar. 

"Aku mau nikahin kamu bukan dengan beban, tanpa kamu harus merasa bersalah dengan siapapun," jelas Ramdhan, membuat lidah Ayu begitu kelu, ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. 

"Aku akan belajar untuk mencintai kamu," ucap Ramdhan akhirnya. Ayu terdiam, namun ia merasa hatinya menghangat, seperti ada kupu-kupu terbang dan menggelitiki rongga perutnya, entah bagaimana rasanya. Indah, berdesir.

Untuk pertama kalinya ia merasakan rasa ini lagi setelah bertahun-tahun lalu hatinya selalu dingin dengan segala macam perhatian dari laki-laki. Kini sepasang insan itu sama-sama terdiam, keduanya sibuk dengan perasaan masing-masing. Mungkin sama-sama tidak percaya dengan apa yang tengah terjadi diantara keduanya. 

"Kamu jaga kesehatan ya, habis ini harus banyak istirahat. Kurus banget tuh," ucap Ramdhan setelah bermenit-menit kemudian. Ayu hanya mampu tersenyum malu. 

"Emang sekurus itu?" tanya Ayu getir. Ramdhan hanya mengangguk sambil nyengir.  Sejak eyang drop, Ayu tak lagi peduli dengan penampilannya. Dia benar-benar tidak ber-make up, rambut ia biarkan tergerai tanpa pernah ia catok seperti biasanya, hanya ia hias dengan pita atau bandana untuk merapikan rambutnya. 

"Thank's ya, Ram," ucap Ayu sambil menatap laki-laki yang masih berdiri di depannya, ia ingin menikmati wajah berlesung pipi itu lebih lama sebelum mereka kembali ke ruangan eyang. 

"Anything for you," balas Ramdhan.

💞💞💞

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay with me, DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang