Part 7 **

8.9K 504 1
                                    

Jangan lupa vote ya...

"Ma, kinderjoy Ian mana? Kok di tas udah nggak ada?" tanya Ian seraya jongkok di sebelah Orlee yang sedang menyemprotkan air pada bunga di dalam pot berukuran sedang.

"Dari tadi kamu makan terus itu kinderjoy, semuanya udah masuk ke perut kamu. Jadi ngapain ditanyakan lagi," Orlee mendengus kesal. Pasalnya semenjak mereka buka toko bunganya jam tujuh tadi dan sekarang terhitung sudah satu jam lamanya, mulut Ian terus melahap kinderjoy miliknya yang tersedia dalam tas persediaan dari Irish.

"Hehe, iya ya. Ian lupa ma, eh maksudnya Ian nggak sadar kalau kinderjoynya udah masuk ke sini semua," cengir Ian sambil mengusap perutnya.

"Itu karena kebanyakan makan kinderjoy, jadi otak kamu suka lemot," gerutu Orlee.

"Ish, mama jahat. Kita nggak friend lagi kalau gitu," kesal Ian.

"Ya udah, pulang sana ke tempat mami kamu. Kan kita udah nggak friend," ujar Orlee. Ia menirukan nada ucapan Ian dengan di sengaja.

"Ihh, mama cantik kok malah ngambek sih. Ian kan cuma bercanda. Ntar cantiknya ilang loh kalau ngambek," celoteh Ian. "Ya udah, Ian minta uang aja buat beli kinderjoy di mini market sebelah." ujarnya seraya mengulurkan tangan minta uang pada Orlee.

"Giliran minta uang kamu mulutnya manis. Coba aja pas kamu di kasi banyak uang jajan sama papi kamu, pasti kamu nggak ingat sama mama," omel Orlee.

"Mama udah kerja, pasti bisa cari uang. Terus Ian kan masih kecil, belum bisa kerja. Yang jelasnya Ian belum bisa hasilin uang sendiri. Nanti aja deh, tunggu udah besar, terus dapat kerja, Ian kasi mama duit," celoteh Ian lagi.

Ini anak mulutnya licin amat, sudah mengalahkan licinnya belut sawah batin Orlee kesal.

"Mulutnya licin ya," sindir Orlee. "Mama lagi gak punya uang."

"Ahh, mama bercanda atau gimana nih? Masa nggak punya uang. Itu tadi dalam dompet mama, Ian liat tebel. Pasti banyak uangnya. Atau kalau nggak kasi Ian satu kartu yang untuk di gesek-gesek kayak punya papi,"

Astaga ini anak ya. Tahu benar yang namanya rayu merayu kalau sudah menyangkut mata uang. Minta di lelepin di kolam piranha emang.

"Nggak ada,"

"Mama pelit. Cuma buat beli kinderjoy kok, hehehe tambah es krim satu kotak sama keripik ketang juga," rayu Ian.

"Kamu mau makan apa rakus?" tanya Orlee kesal.

"Dua-duanya, ma. Kan sebelas dua belas," Ian tersenyum manis, berharap Orlee bakalan luluh.

"Minta sana, sama papi kamu," saran Orlee.

"Papi lagi keluar kota, ma. Mana bisa kasi Ian,"

"Suruh kirim ke rekening mama, kalau mau kirim yang banyak," ucap Orlee.

"Itu modusnya mama. Ian udah hapal tau," sungut Ian.

"Kirim nomor rekening lo, biar gue transfer uangnya," sebuah suara menginterupsi pembicaraan Orlee dan Ian.

Orlee menoleh dan mendapati Jonah yang sudah berdiri di depan pintu tokonya. Ini gara-gara anak kinderjoy satu, Orlee sampai tidak sadar jika ada yang datang. Berdebat dengan Ian emang kadang suka lupa diri. Iya, lupa diri karena saking bernapsu ingin mencekik batang leher Ian yang membuat kesal setengah hidup.

Ini juga si mantan satu, iya satu-satunya mantan Orlee yang songgong minta ampun.

Berjalan mendekati Orlee dengan senyuman mengerikan di matanya.

"Om ganteng.  Om penyelamatku!" teriak Ian sok puitis. "Bener om mau transfer ke rekening mama? Nggak usah aja om, kasi aja uang tunai, buat beli kinderjoy."

Astaga, kelakuan ini bocah. Minta di sliding kayaknya. Orlee sampai menepuk dahinya kalap.

Seperti moto hidup Ian, "tiada hari tanpa kinderjoy". Bocah itu bakalan melakukan segala cara untuk mendapatkan kinderjoynya.

"Ian!" ancam Orlee lewat matanya.

"Kan mama tadi nggak mau kasi uang buat beli kinderjoy, nah berhubung om ganteng mau transfer ke rekening mama, jadi Ian minta sedikit. Berupa uang tunai!"

Orlee melotot pada Ian dan melotot pada Jonah juga ketika lelaki itu memberikan Ian uang.

Bocah itu berteriak kegirangan. Tanpa babibu, ia berlari keluar toko dan menuju mini market sebelah.

"Maksud lo barusan apa? Mau nyogok anak gue?" tanya Orlee ketus.

"Pikiran lo kok bawaannya negatif melulu. Nona perawan ting-ting miliknya Jonah, itu tadi gue kasi suka rela. Biar Ian senang bisa beli kinderjoy. Lagian, Ian bukan anak lo, dia itu keponakan lo" jawab Jonah.

"Nggak usah ikut campur hidup gue, bisa 'kan? Pergi jauh, kalau perlu nggak usah muncul di hadapan gue!"

"Kalau gue nggak muncul, kasian lo. Nggak lagi jadi nona perawan ting-ting miliknya Jonah, tapi jadi janda ting-ting yang nggak tahu siapa pemiliknya,"

Orlee memutar bola matanya malas. "Mendingan gue jadi janda ting-ting,"

"Tapi nggak mungkin juga. Kan lo belum pernah nikah. Nggak jadi janda, jadi nona perawan ting-ting aja!"

"Bodo." balas Orlee. Ia melanjutkan kegiatannya kembali ketika sebuah lengan memeluknya dari belakang.

"Kangen ama kamu, Lee," ucap si mantan sambil meletakkan dagunya pada bahu Orlee.

Tentu saja Orlee menolak, berusaha menghindari Jonah dengan cara mendorong tubuh lelaki itu menjauh.

Namun percuma, tubuh Jonah sulit di dorong. Semakin Orlee menghindar semakin pula Jonah mempererat pelukannya.

"Dasar gila. Lepasin!!" Orlee meronta. Namun Jonah tidak mengalah. Semakin ketat memeluk tubuh Orlee.

"Sembilan tahun. Lama ternyata. Nggak sangka kamu ada begitu dekat denganku. Dulu nggak kepikiran mau gantiin papa pegang cabang disini, agak kurang minat. Tapi sekarang aku nggak nyesal, akhirnya bisa jumpa di sini." ujar Jonah. Mengabaikan rontaan dari nona perawan ting-ting miliknya.

Malah curhat batin Orlee.

"Bukan urusan gue kali!" Orlee mencubit tangan Jonah yang membelit perutnya.

"Tapi herannya, dalam waktu selama itu kenapa kita nggak pernah ketemu. Ya walaupun aku datang di sini baru tiga tahun lalu, tapi tetap aja ini terasa aneh. Iya nggak sih?" Jonah menempelkan pipinya pada pipi Orlee. "Harumnya kepunyaan Jonah, pakai apaan sih?"

"Ihhh, jijik tahu. Jauh-jauh sana!" bentak Orlee.

"Hehe, baru juga peluk kamu. Kangen tahu," ujar Jonah. "Tubuh kamu makin kecil. Makan apa selama ini? Tapi senang karena di bagian tertentu nggak ikutan mengecil."

"Maksud lo apa?!" bentak Orlee. Ia meronta sambil melayangkan sikunya ke rusuk si mantan. lagian ini si mantan pakai panggilan aku-kamu pula. Jatuhnya terdengar jadi aneh. Orlee tidak terbiasa juga.

"Sayang, jangan gerak-gerak. Nanti little Jonah ngamuk!"

Ucapan Jonah sontak membuat mata Orlee membola. Dasar mantan mesum, urat malunya sudah putus. Mungkin beberapa urat saraf di otak Jonah memang sudah putus semua.

Orlee heran. Kenapa? Karena tingkah Jonah berbanding balik ketika sembilan tahun lalu.

Baru saja Orlee ingin membentak Jonah, ketika suara Ian terdengar.

"Om, little jonah itu apa? Kok dia mau ngamuk saat mama gerak-gerak?" bocah itu bertanya dengan wajah penasaran sementara di kiri dan kanan tangannya di penuhi oleh dua kantong.

Jonah melepaskan pelukannya. Hal itu membuat Orlee bernapas lega. Segera ia menjauh dari Jonah, mencari jarak teraman.

"Itu benda keramat penerus masa depan," jawab Jonah santai.

"Hooo, Ian punya nggak om benda keramat penerus masa depan?" tanya Ian balik.

"Ada,"

"Mana? Mana?" tanya Ian antusias.

Terkutuklah Christian Jonah.

bersambung

A Love For Orlee 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang