Part 15 **

6.7K 355 2
                                    


Jonah tidak berbohong. Soal keberangkatan untuk ikut Orlee pergi ke Sanggau.

Pagi-pagi sekali, Jonah sudah memencet bel apartemennya. Lelaki itu tampak sudah rapi dan siap untuk berangkat.

Sementara Orlee, jangankan siap. Dirinya saja baru bangun tidur. Tidurnya tadi terusik karena dering nada dari ponselnya dan bunyi bel yang meraung seolah si pemencet bel tidak sabaran untuk di bukakan.

"Kamu belum siap?" tanya Jonah lembut. Sudut bibirnya terangkat melihat penampilan acak-acakan Orlee yang baru bangun tidur. Rambut kusut, muka pucat dengan mata yang masih terlihat mengantuk. Dan mata Jonah tertuju pada bibir mungil Orlee yang berwarna pink. Walaupun muka Orlee terlihat pucat, namun bibirnya terlihat berwarna alami.

Astaga, ini nona perawan ting-ting miliknya, emang minta di sosor. Jangan sampai khilaf batin Jonah.

"Kamu rabun? Jelas penampilanku sangat jauh dari kata siap! Lagian, ngapain kamu harus ikut ke Sanggau. Kamu nggak perlu ikut, karena aku bisa pergi sendiri," cerocos Orlee kesal.

"Kasian kamu. Masa tiap tahun perginya sendirian. Sesekali kan harus di temani. Aku janji setelah ini, kamu bakalan nggak sendirian lagi kalau mau berkunjung ke makam orangtua kamu!" ucap Jonah tak mau kalah.

Orlee berkacak pinggang, "bisa nggak kamu nggak usah peduli sama hidup aku. Kamu urus saja hidupmu. Tanya sama diri sendiri, udah benar belum hidupmu? Nah, kalau belum jangan sok-sokan mau urus hidup orang lain."

Kening Jonah berkerut sesaat, kemudian lelaki itu tersenyum. "Nggak masalah juga bagiku jika harus ngurus hidup aku dan hidup kamu bersamaan. Karena memang itu udah tugas aku."

"Konyol sekali. Di saat hidup kamu aja belum tertata dan kamu malah sibuk merecoki hidup orang lain."

"Ralat! Yang aku urus itu bukan orang lain, tapi hidupnya calon istri aku," ujar Jonah.

"Dasar gila!"

Jonah tertawa, "udah. Mandi sana? Atau kamu mau aku mandiin. Sini, aku rela lahir batin mandiin kamu."

"Astaga. Entah alien mana yang memonopoli otak lelaki ini!" teriak Orlee frustrasi. Kemudian berlalu meninggalkan Jonah yang tawanya semakin kencang di ambang pintu apartemennya.

.
.
.

Orlee dan Jonah sudah duduk di kursi penumpang. Sebentar lagi jam keberangkatan pesawat mereka. Namun bagi Orlee, setiap menit terasa berubah menjadi sangat lambat.

Itu dikarenakan si mantan yang duduk dengan santai di kursi sampingnya.

Dan satu hal lagi yang membuat Orlee kesal, yaitu si jidat lapangan yang muncul tiba-tiba layaknya makhluk gaib. Kini si jidat itu duduk di samping Jonah dengan sok anggun namun terlihat manja secara bersamaan.

"Cih, kenapa si jidat itu ada juga di sini?" bisik Orlee tanpa melihat ke arah Jonah dan Bee.

"Kenapa? lo nggak suka gue ikut? Nggak ada hukumnya juga kali. Gue itu ikut calon suami gue, jadi wajar!" Bee melotot garang ke arah Orlee.

"Kalau mau ikut, seharusnya kalian ambil jadwal keberangkatan lain. Nggak usah sama dengan jadwal keberangkatan gue!" balas Orlee. Dan menatap Bee garang. Seolah tidak mau mengalah pada si jidat lapangan.

"Ckckck, tiket dibayari Jonah aja, lo sok. Lo harusnya malu," ujar Bee.

"Yang minta dibayari siapa? Dianya aja yang mau. Helo, uang gue masih dari sekedar cukup hanya untuk membeli tiket pesawat," kata Orlee.

"Bagus kalau lo sadar. Jadi mulut lo harus di ja..."

"Bee, udah." Perkataan Bee di potong oleh Jonah.

A Love For Orlee 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang