Jangan lupa vote ya...Insiden benda keramat yang menyebabkan Ian menjadi manusia ter-kepo membuat Orlee ingin menebas batang leher si mantan.
Sedari tadi Ian terus bertanya karena Jonah enggan menjelaskan seperti apa bentuk benda keramat yang dia maksud.
Terkutuklah si mantan.
"Om ganteng, kok nggak jawab pertanyaan Ian sih? Lagian mama juga dari tadi di tanya cuma diam doang," kesal Ian. Namun tangannya sibuk membuka bungkus kinderjoy entah untuk keberapa banyak yang sudah ia makan.
"Benda keramat itu bukan untuk anak kecil bahas. Mendingan kamu habiskan itu kinderjoy," elak Orlee.
"Mama nggak asik. Iya nggak, om,"
Orlee melototi Jonah, memberikan isyarat agar menjelaskan pada Ian. Supaya bocah itu tidak terus bertanya.
Namun Orlee kemudian geram. Karena Jonah hanya mengangkat bahu acuh dan dengan santainya duduk di samping Ian.
"Hei, mau kinderjoy yang banyak nggak? Om bakalan beliin kamu, asalkan hari ini kamu mau tinggal seharian dengan Mita dan mama kamu bakalan ikut dengan om," bisik Jonah.
Mendengar kata kinderjoy, seketika Ian melirik Orlee dan beralih menatap Jonah bergantian.
"Ini seriusan, om?" bisik Ian mulai tergoda.
Sementara Orlee menatap curiga pada dua lelaki dengan usia yang berbeda itu.
"Kamu bisa pegang kata-kata, om. Deal," Jonah mengulurkan tangan.
Sekali lagi Ian melirik Orlee dengan penuh ragu, namun bayangan kinderjoy seolah menari-nari di atas kepalanya.
Huaaa, kinderjoy. Maafin, Ian, ma batinnya.
"Deal," Ian menyambut tangan Jonah.
Lelaki bermarga Christian itu tersenyum lebar. Nah, jaman sekarang harus pandai mencari sekutu, agar si target bisa di modusin.
Selain caranya gampang, tenaga juga tidak akan terkuras. Licik, memang iya. Tapi, dengar, dunia tidak seindah yang kalian bayangkan.
Seseorang yang di tuduh melakukan kejahatan saja, belum tentu dia itu pelakunya. Kadang kala, fakta tidak sesuai dengan apa yang terucap oleh lidah atau pun terlihat oleh mata.
Lidah itu tidak bertulang, namun tajam. silet saja kalah tajamnya dari lidah jika fitnah sudah terucap.
Begitu juga mata, kadang harus mengalah oleh hati yang takut. Ketika kamu melihat sebuah kebenaran, tapi kamu malah mendapatkan ancamab untuk tutup mulut bahkan juga kamu di berikan sesuatu untuk menutupi kebenaran. Karena takut akan ancaman, maka mata harus rela mengalah dari hati.
Salah atau benar? Tergantung cara kita menyikapinya.
Apa lagi orang-orang sekarang kelihatan saja baik, tapi dalam hati, jauh lebih jahat dari para pelaku kriminalitas.
Namun kasus Jonah berbeda. Demi mendapatkan kembali nona perawan ting-ting miliknya, ia harus melakukan berbagai cara. Ya termasuk bersekutu dengan bocah pencinta kinderjoy satu ini.
Dia rela isi dompetnya keluar agar bisa berduaan dengan nona perawan ting-ting miliknya. Jangankan isi dompet. Segala jenis kartu yang ia punya, juga isi brangkas serta buku tabungan pun Jonah rela keluarkan.
Intinya, Jonah melakukan ini bukan untuk kejahatan. Tapi untuk kebaikan hubungan dirinya, Orlee dan benih-benih Christian junior yang tidak akan lama lagi bertumbuh dalam perut rata Orlee.
"Apa kalian bisik-bisik? Awas ya kalau bikin rusuh! Gue gundulin satu persatu!" ancam Orlee.
"Nggak ada apa-apa 'kan, om," Ian menyikut Jonah.
Jonah mengangguk-angguk tanda membenarkan ucapan Ian.
"Ian, jangan ikutan berbohong. Lo juga, jangan ajarin anak gue yang nggak-nggak!" Orlee beralih pada Jonah.
"Kamu bawannya, curiga melulu. Kami kan cuma ngobrol. Urusan lelaki, lo seharusnya tau," elak Jonah.
"Jangan mengelak. Gue tahu, lo dan otak licik lo itu. Kalau lo mau, bikin anak sendiri sana. Nggak usah ngeracuni pikiran anak gue," ucap Orlee.
"Nona perawan ting-ting miliknya Jonah. Pemilik rahim untuk calon anak aku kelak lagi nggak bersahabat. Lagi nggak mau nampung benih aku. Padahal kan rahimnya bakalan suka rela jika benih aku tumbuh di sana," jelas Jonah santai.
Orlee siap maju dan menjambak rambut Jonah. Jonah dengan mulutnya memang kompak. Kompak bikin naik darah.
Tenang Orlee. Tarik napas, hembuskan batin Orlee. Kalau di turuti, yang ada Orlee bisa mati tidak bahagia. Jonah dan ucapannya sukses membuat Orlee marah.
"Om, kak Mita udah datang," tunjuk Ian. Menginterupsi perdebatan si mantan dan nona perawan ting-ting.
"Oke. Rencana di mulai. Besok bakalan om kirim kinderjoynya," bisik Jonah kemudian berdiri. Berjalan ke arah Orlee yang menoleh pada Mita.
Tangan Jonah meraih pinggang Orlee dan membawa gadis itu keluar dari toko bunga. Walaupun berbagai protes yang Orlee layangkan tetap saja Jonah menyeretnya untuk memasuki mobil.
"Mita, titip Ian ya. Ntar aku bawa oleh-oleh untuk kalian," teriak Jonah pada Mita yang hanya melongo, setelah mendorong Orlee masuk ke dalam mobilnya.
"Lo gila ya. Gue bukan hewan peliharaan yang bisa lo seret semau lo," bentak Orlee saat Jonah sudah masuk ke dalam mobil. Yang di mana usahanya untuk kabur dari mobil Jonah malah berakhir sia-sia.
"Astaga, calon istri. Mulutnya jangan ngomong gitu. Nggak baik." ucap Jonah sambil memasang sabuk pengaman Orlee.
Namun nona perawan ting-ting miliknya itu malah menolak dan menepis tangannya dengan keras.
"Buka pintunya! Gue mau keluar!"
"Jangan keluar. Bawa lo itu susah. Udah ngalahin mau bawa presiden jalan-jalan." ujar Jonah.
"Bodo. Buka, nggak? Kalau nggak gue pecahin kaca mobil kamu!" ancam Orlee.
"Mau pakai apa kamu pecahin kaca mobil aku? Pakai tangan? Kasian tahu tangan mulus kamu nanti malah cacat. Atau mau pakai kepala? Ntar bocor, susah di tambal,"
Orlee mendengus kasar. Memang kepalanya ini ban dalam apa, pakai di tambal kalau bocor.
"Nggak usah banyak bacot. Cepat buka pintunya. Gue masih punya banyak kerjaan yang harus di selesaikan."
"Jangan cemas, jangan takut dan jangan gelisah. Kerjaan kamu bakalan beres saat kita balik lagi ke sini nanti," kata Jonah santai.
"Nggak peduli pokoknya..."
Perkataan Orlee berhenti ketika Jonah mendekat dan meraih tali pengaman serta memasangnya dengan rapi.
"Nah, kalau diam gini cantiknya berkali lipat. Astaga, bikin khilaf tahu nggak!" guman Jonah tetap di depan wajah Orlee.
Orlee mendorong dada Jonah. Mengakibatkan tubuh lelaki itu ikut menjauh dan kembali duduk pada kursinya.
"Kok malah jalan?!" teriak Orlee ketika Jonah menyalakan mesin dan mobil bergerak menjauhi toko bunganya.
"Kan aku yang jalanin," ujar Jonah.
Orlee memukul lengan Jonah keras. "Balik pokoknya!"
"Kamu tenang dan duduk diam aja di situ. Aku nggak bakalan nyakitin kamu, malah aku bakalan buat kamu enak nanti," ucap Jonah santai.
"Mau pulang,"
"Nggak boleh,"
"Dasar gila!" maki Orlee kesal. "Mau lo bawa gue ke mana?"
"Ena-ena ke hotel yang banyak bintangnya!"
"JO-NAH..."
Dan pada akhirnya tangan mulus Orlee mencekik leher si mantan.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/205818408-288-k345264.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love For Orlee 🔚
General FictionCicilia Orlee, gadis berusia dua puluh sembilan tahun, pemilik toko bunga sangat menyukai anak kecil, terutama pada Ian, keponakannya. Namun, di usianya yang sudah cukup matang Orlee masih setia menyendiri. Bukan tanpa alasan, Orlee masih trauma unt...