Jangan lupa votenya ya...Pagi-pagi, Orlee sudah rapi dengan gaya kasual. Jeans dan kaos kebesaran berwarna hitam kesukaannya. Tanpa dandanan berlebihan, bahkan gadis itu tampil dengan begitu menarik.
Baru pukul setengah tujuh pagi, Orlee memutuskan untuk pergi keluar. Orlee ingin ke tempat yang ramai, yang pastinya jauh dari Jonah dan Bee.
Berada dalam satu rumah yang sama dengan kedua orang itu, membuat Orlee sulit bernapas. Entah apa yang terjadi pada dirinya, padahal hari sebelumnya saat berada di dekat Jonah dan Bee, ia sangat biasa saja.
Apa mungkin karena ia melihat Jonah yang memeluk Bee yang menangis semalam. Karena itu? Orlee menggeleng cepat. Selama sembilan tahun, Orlee sudah berhasil mengabaikan Jonah. Jadi tidak ada alasan baginya hanya karena pertemuan mereka kembali dan perubahan sikap Jonah membuatnya lemah.
Tidak. Itu tidak boleh terjadi.
Yang penting hari ini, Orlee ingin keluar seorang diri dan berbaur di tengah keramaian.
Orlee turun ke lantai bawah. Hanya ada, Sara dan Bee di ruang makan. Kakak iparnya itu menegur Orlee.
"Lee, mau ke mana pagi-pagi gini?" tanya Sara, namun tangannya sibuk mengolesi selai ke atas roti. Sementara Bee, dengan tenang menyesap minuman dalam cangkirnya.
"Aku mau keluar bentar, kak," jawab Orlee.
"Kenapa pagi sekali? Ini baru setengah tujuh loh," Sara penasaran.
"Nyari udara segar, kak. Sumpek di rumah terus," ujar Orlee. Ia tahu jika Sara mengerti ke mana arah pembicaraannya, namun Orlee seolah tidak ingin tahu. Ia bahkan mengabaikan wajah sayu dan mata bengkak Bee.
"Siang dikit aja perginya, biar kita sama-sama. Ajak yang lain juga," ucap Sara.
"Aku pengen sendiri dulu, kak," tolak Orlee halus.
Sara menghela napas, "karena Juan semalam 'kan?"
Orlee hanya tersenyum kecil, "aku pergi dulu kak." pamitnya. Terlalu malas untuk menanggapi ucapan Sara.
Setelahnya, Orlee keluar. Ia memilih menggunakan sepeda. Tujuan Orlee untuk pertama adalah taman kota. Jarak taman kota dan rumah kakaknya hanya sepuluh menit menggunakan sepeda, setelah dari taman ia akan ke toko buku sewaan.
Sepuluh menit yang Orlee nantikan, akhirnya tiba juga. Senyum seketika menghiasi bibirnya saat melihat taman ramai hari ini.
Minggu pagi, biasanya banyak kegiatan di taman kota. Ada yang lari pagi dan sekadar untuk bersantai. Ada juga kelopak ibu melakukan senam pagi dan banyak anak bermain dan bersepeda santai.
Orlee memakirkan seperdanya di dekat pohon cemara yang cukup rindang. Di situ ada juga kursi yang khusus di sediakan untuk para pengunjung taman bersantai.
Ia duduk, membuka tasnya lalu mengeluarkan ponsel serta earphone. Ia membuka playlist musik dan menyalakan lagu dari daftar favorit. Lagu-lagu itu adalah kesukaannya.
Orlee menyelipkan earphone pada kedua telinganya. Musik mulai mengalun dan menghantarkan nada suara ke gendang telinga Orlee.
Ia tersenyum. Memejamkan mata sambil menghirup udara segar pagi hari. Sinar matahari menerpa wajahnya, rasa hangatnya menciptakan ketenangan hati.
Riuh teriakan anak-anak membuat Orlee membuka matanya. Haah, baru ia sadari kalau sinar matahari di pertengahan november tampak lebih menyilaukan.
Tampaknya sinar matahari dengan suasana hati Orlee sangat tidak sinkron. Namun untuk sesaat Orlee ingin melupakan permasalahannya.
Orlee mulai mengotak atik ponselnya. Sampai matanya tertuju pada aplikasi instagram. Ia sangat jarang membuka instagram pribadinya. Di sana tidak banyak yang Orlee upload, hanya ada beberapa foto novel dan foto bunga dari toko miliknya. Sementara untuk foto pribadi, tidak ada satu pun di sana. Orlee tidak terlalu suka mengupload fotonya sendiri.
Mata Orlee tertuju pada satu notifikasi di instagramnya. Tangan Orlee bergerak membuka instagramnya. Dan notifikasi itu dari... Jonah. Orlee melihat fotonya yang di upload oleh Jonah, dan lelaki itu menandai akunnya.
Jonah_C jangan terpaku pada sakitnya kenagan itu, tapi fokuslah pada masa depan. dan aku yakin masa depanku akan lebih berwarna bersamamu @orlee_
lihat 147 komentar
6 jam yang lalu
Sesaat Orlee terpaku, namun secepatnya ia tersadar, ia tidak boleh goyah pada Jonah dan kata-katanya.
Segera Orlee keluar dari akun instagram miliknya. Saat itu juga sebuah suara menyapanya.
"Orlee,"
Orlee mendongak dan menemukan Dean berdiri tidak jauh darinya. Lelaki itu tampaknya sedang berolahraga. Keringat membuat rambut Dean basah dan di tambah dengan sinar matahari membuat tampilan Dean tampak begitu memukau. Bahkan Orlee bisa melihat tatapan memuja dari beberapa gadis di dekatnya.
"Dean, kok lo ada di sini?" tanya Orlee.
"Gue ada pertemuan bisnis di sini besok pagi. Lo sendiri kenapa ada di sini?" Dean balik bertanya.
"Biasa, jadwal rutin ziarah ke makam orangtua gue," jawab Orlee. Ia tersenyum dan mempersilakan agar Dean ikutan duduk.
"Oh, kirain. Habisnya, gue lihat dari tadi. Kayak lo, sempat nggak yakin tadi, takut salah orang. Karena seingat gue lo nggak ada di sini." jelas Dean.
"Haha, masa lo nggak bisa ngenalin gue sih. Jahat banget sih," canda Orlee.
"Wkwk, bukan gitu. Kalau salah orang kan gue sendiri yang malu. Habisnya, masa orang cantik duduk pagi-pagi di taman. Sendiri lagi." Dean balas bercanda.
"Lo bisa aja," ujar Orlee. Sambil tertawa kecil.
"Sorean dikit, jalan yok." ajak Dean.
"Gue rencananya mau ke toko buku," usul Orlee.
"Ya udah, kita pergi sama-sama aja nanti."
"Oke. Kabari gue ya." Orlee kemudian pamit pada Dean. Ia harus segera pulang. Lambungnya perih tanda maagnya kambuh.
.
.
."Ada hubungan apa kamu sama lelaki tadi?"
Orlee mendongak, suara Jonah terdengar saat ia meletakkan sepeda kembali ke tempatnya.
"Bukan urusan kamu," Orlee memilih meninggalkan Jonah. Namun lelaki itu menahan lengannya. "Kamu ngikutin aku?"
"Kamu pergi nggak sarapan dulu. Aku cemas, takut maag kamu kambuh," tutur Jonah.
"Kalau kamu udah tau, nggak usah tahan aku. Karena sekarang aku butuh makan." desis Orlee.
"Ya udah, sini aku temani." Jonah menarik Orlee masuk ke rumah Juan dan menuju meja ruang makan.
"Nggak usah, aku bisa sendiri!" tolak Orlee.
"Aku maksa kali ini. Takut maag kamu semakin parah, jadi jangan berdebat dulu ya," Jonah berkata dengan nada lembut.
"Kamu bisa berhenti 'kan?"
Jonah menatap Orlee, cukup lama seolah mencoba mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Orlee.
"Maaf, aku nggak bisa."
"Please,"
"Kasi aku alasan? Kenapa aku harus berhenti?" tuntut Jonah.
Orlee terdiam. Mau alasan bagaimana pun, Jonah pasti akan menolak untuk berhenti. Cara biasa pasti tidak akan berhasil.
"Karena aku dan Dean adalah sepasang kekasih." ucap Orlee. Bohong.
Seketika tangan Jonah langsung menjauh meninggalkan lengan Orlee. Ekspresi lelaki itu sangat susah untuk di tebak, namun Orlee dapat melihat rahang Jonah yang mengetat, berusaha meredam sesuatu dalam dirinya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love For Orlee 🔚
General FictionCicilia Orlee, gadis berusia dua puluh sembilan tahun, pemilik toko bunga sangat menyukai anak kecil, terutama pada Ian, keponakannya. Namun, di usianya yang sudah cukup matang Orlee masih setia menyendiri. Bukan tanpa alasan, Orlee masih trauma unt...