Jangan lupa votenya yaOrlee memasuki apartemen Jonah. Saat ini ia sendirian karena tadi lelaki itu sempat mengirimkan pesan whatsapp bahwa tidak bisa pulang bersama.
Bukan masalah baginya, karena jarak toko bunga dan bangunan apartemen mereka hanya sekitaran sepuluh menit dengan menggunakan sepeda motor. Lagian ia juga sudah terbiasa pulang sendirian selama bertahun-tahun. Hanya saja setelah pertemuan pertama mereka beberapa bulan lalu, Jonah rutin mengantar ataupun menjemputnya dari toko, padahal Orlee tidak pernah meminta.
Ia berjalan menuju dapur setelah meletakkan tasnya pada sofa di ruang santai. Orlee dengan cepat memeriksa kulkas Jonah untuk melihat bahan apa yang akan ia masak.
Sepertinya sop sayur, tempe goreng tepung dan sambel enak disantap saat cuaca dingin seperti ini. Satu minggu belakangan ini memang sering turun hujan dan udara jauh terasa lebih sejuk.
Tangan Orlee dengan telaten memotong kol, wortel, dan kentang sambil mengoreng tempe yang sudah ia lumuri dengan tepung. Setelah selesai dan sayur telah di cuci, ia segera mengulek cabai.
Sepuluh menit berlalu, ia masih asik dengan kegiatannya sampai tidak sadar jika Jonah sudah berada tepat dibelakangnya dengan tangan lelaki itu mengular pada perutnya.
"Wangi banget. Masak apa sih?" kepala Jonah melongok sehingga sejajar dengan wajah Orlee untuk melihat apa yang sedang perempuan itu masak.
"Kamu bikin kaget," Orlee mencubit tangan lelaki itu sehingga meringgis kecil. "Masak sop sayur, tempe goreng ama sambel."
"Wah, pasti enak nih," puji Jonah. "Udah cocok banget, Lee jadi istri serta calon ibu dari aku."
Orlee mendengus. Ia berbalik menghadap Jonah, "kamu bau. Sana mandi." mendorong lelaki itu menjauh.
"Bau kayak gini kamu juga cinta, Lee," Jonah terkekeh kecil saat melihat wajah galak Orlee.
"Tinggi banget ya kadar kegeeran kamu," Orlee berkacak pinggang. "Udah sana mandi, makan malam bentar lagi siap."
"Kamu nggak ikutan mandi, biar sekalian aja. Mempersingkat waktu," ajak Jonah. Pada sudut bibirnya terukir senyuman.
"Belum sah, jangan ajak yang aneh-aneh!" desis Orlee.
Sejenak Jonah terdiam mendengar perkataan Orlee. Mencoba mencerna makna dari kalimat perempuan itu. Sontak saja senyumannya semakin lebar.
"Jadi kamu mau nikah sama aku, Lee?" tanya Jonah.
"Mana ada?" bantah Orlee.
"Itu tadi kamu ngode, aku tau kok. Nggak usah malu," Jonah bersikeras.
"Mandi atau makan sendirian!" ancam Orlee.
Muka Jonah langsung cemberut. Dengan segera ia berlalu dari dapur kemudian menuju kamarnya.
Sementara Orlee hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Jonah. Namun jantungnya serasa maraton mendadak karena kedekatan mereka barusan.
.
.
.
Usai mereka makan malam, yang dimana Jonah menandaskan semua sisa sop, tempe goreng serta sambel yang Orlee masak. Lelaki itu tadi begitu lahap makan masakan sederhana darinya. Orlee suka cara Jonah menikmati makanan walaupun jauh dari kata mewah. Ia menggunakan kamar mandi lelaki itu untuk membersihkan diri.Jonah menahannya, tidak membiarkan Orlee pulang padahal jarak apartemen mereka begitu dekat.
Ia keluar dari kamar Jonah dengan hanya memakai kaos lelaki itu yang kebesaran pada tubuhnya. Orlee mendapati Jonah yang sedang duduk di balkon sambil menikmati siaran bola di aplikasi youtube.
"Lee, duduk sini," Jonah melambaikan tangan, mengisyaratkan agar Orlee duduk disampingnya. Ia sadar Orlee mendekat karena mencium aroma sabun dan shampo punyanya.
Orlee ingin duduk di kursi ujung, namun Jonah segera menarik tangannya, sehingga ia jatuh terduduk disamping lelaki.
"Jangan jauhan. Kalau kamu hilang kan bisa berabe," ucap Jonah. Ia memeluk bahu Orlee dan kembali duduk dengan santai.
"Kursi samping 'kan masih kosong," ujar Orlee. "Jonah, geser sana."
"Nggak mau. Aku maunya dekat-dekat kamu, gimana dong," ucap Jonah.
"Kayak anak kecil kamu," dengus Orlee.
"Kalau bikin dekat terus sama kamu, jadi anak kecil juga aku rela, Lee," ujar Jonah.
Orlee menyikut tulang rusuk Jonah.
"Wadaw, sakit, Lee," Jonah sedikit menyingkir seraya mengusap rusuknya. "Di belai, Lee, bukannya disikut. Sama calon suami kok garang sih."
"Kamu ngomongnya suka bikin kesal tau," Orlee memicingkan mata.
"Kok gitu, aku kan niatnya agar romantis gitu," ujar Jonah.
"Romantis gundulmu," Orlee kembali mendengus.
Jonah tertawa, ia kembali mendekati Orlee dan memeluk perempuan itu dengan erat. Tidak peduli dengan fakta bahwa Orlee mencoba menghindar.
"Nona perawan ting-ting miliknya Jonah, pas banget sih tubuhnya dipeluk," ucap Jonah. Tubuh Orlee sampai tenggelam dalam pelukannya.
"Ihh, sesak, Jo," Orlee mencoba mendorong Jonah menjauh, namun yang ada malah pelukan lelaki itu semakin erat.
"Jadi anak baik sebentar aja nggak bikin lo rugi, Lee," ujar Jonah.
"Mau ngomong apaan, Jo. Ngomong aja," terka Orlee.
Jonah sedikit merenggangkan pelukan mereka, menatap Orlee sejenak kemudian kembali memeluk perempuan itu namun tidak terlalu erat dan mengatur posisi agar Orlee duduk dengan nyaman.
"Lee, nikah sama aku ya," bisik Jonah tanpa menguraikan pelukan mereka.
Orlee hanya bisa terdiam. Mungkin dirinya perempuan yang egois karena tidak bisa menghargai perjuangan Jonah yang jelas-jelas sudah ia lihat sendiri. Namun rasa takut dan traumanya masih sangat kentara ketika ditinggalkan di depan altar sembilan tahun lalu.
Bagaimana pun ia tidak lagi mudah meletakkan kepercayaan pada seorang lelaki setelah disakiti, apalagi yang sedang memperjuangkannya merupakan lelaki yang sama.
"Lee, kenapa kamu diam aja?" Jonah melonggarkan pelukannya dan menatap Orlee lekat. Seketika hati Jonah diliputi rasa kecewa kala melihat wajah Orlee yang tampak murung.
Akankah dirinya bakalan ditolak lagi oleh Orlee, yang sejatinya sudah ia sakiti. Menilik dari apa yang sudah ia lakukan, seratus persentase Orlee tidak akan mau kembali padanya.
"Maaf, Jo. Aku nggak bisa nikah sama kamu," jawab Orlee pada akhirnya. Ia segera melepaskan pelukan Jonah, beranjak berdiri. "Tolong ngertiin aku dan sekali lagi, maaf." ia memeluk Jonah dengan senyuman penuh penyesalan, lalu kemudian pergi keluar dari apartemen Jonah.
Bergegas Orlee masuk ke apartemennya, lalu jatuh terduduk dilantai. Tanpa terasa airmata sudah turun, seharusnya ia merasa lega, tapi kenyataan hatinya begitu sesak, "maaf." bisiknya disela isakannya.
Sementara itu Jonah, hanya bisa tersenyum di antara rasa sakitnya. Inilah hasil akhirnya, apa yang dulu ia perbuat kini berbalik padanya. Penyesalan itu selalu datang terlambat dan dirinya harus menerima keputusan perempuan yang dicintainya, walaupun dengan setengah hati.
"Aku bakalan tetap cinta kamu, Lee," bisiknya dengan lirih. Airmata mengalir dengan lancar pada pipinya. Ia kalah dan kini hanya bisa menangis dalam diam.
Tamat
akhirnya, satu cerita aku selesai. makasih buat kalian yang udah kasi partisipasi untuk Orlee dan Jonah. i purple u 🎊🎊🎊
btw, jangan lupa mampir di cerita aku yang lain ya 💜

KAMU SEDANG MEMBACA
A Love For Orlee 🔚
Ficção GeralCicilia Orlee, gadis berusia dua puluh sembilan tahun, pemilik toko bunga sangat menyukai anak kecil, terutama pada Ian, keponakannya. Namun, di usianya yang sudah cukup matang Orlee masih setia menyendiri. Bukan tanpa alasan, Orlee masih trauma unt...