Ny Kim kini sudah diperbolehkan oleh dokter untuk pulang setelah keadaannya berangsur membaik setelah dirawat beberapa minggu di rumah sakit.
Jennie memapah Ny Kim ke kamarnya merebahkan tubuh ringkih yang kini terlihat sedikit pucat dan kurus di atas kasur empuk milik keluarga Kim.
"Terimakasih Jennie-ya" ucapnya dengan senyum tipis.
Jennie membalasnya dengan senyum manisnya. Jennie membawa tangan kurus tersebut ke dalam gengamannya ditatapnya mata sayu tua dihadapannya. Senyum terukir di bibirnya jauh dilubuk hatinya merasa kasihan dengan sosok perempuan dihadapannya perempuan yang sudah dianggap ibu sendiri baginya.
'Jisoo lihatlah ibumu, baigama dia sangat merindukanmu hingga seperti ini. Pulanglah Jisoo pulanglah kami semua merindukanmu' batin Jennie menjerit
"Bibi segeralah sembuh" ucap Jennie masih mengengam tangan tua tersebut.
Ny Kim hanya tersenyum tipis menangapi ucapan Jenni. Tangannya terulur mengelus kepala Jennie dengan sayang .
"Andai Jisoo masih disini" ucapnya lirih dan terlihat ada setitih air mata disudut matanya.
Jennie yang melihat segera menyekanya dan menatap mata sayu tersebut dengan dalam.
"Kami sudah menemukan Jisoo bibi dan sebentar lagi dia akan pulang" kata Jennie tanpa mengalihkan tatapan matanya.
Wanita dihadapannya hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Wanita muda di depannya selu saja berbicara bahwa dia sudah berhasil menemukan anaknya.
"Bibi sudah tidak bisa mencarinya lebih jauh lagi dan sekarang bibi hanya bisa memohon kepada Tuhan untuk membawanya pulang" katanya lirih
Jennie menggelengkan kepalanya. "Aku dan Jongin akan mencarinya ke seluruh dunia ini bibi, jadi bibi tenanglah kami akan membawanya pulang bertemu dengan bibi" katanya.
Ny Kim tidak bisa berkata apa-apa lagi direngkuhnya tubuh ramping Jennie ke dalam pelukannya. Air matanya mengalir begitu saja, mulutnya bungkam tidak bisa berkata apa-apa lagi begitu besar kebaikan yang gadis ini berikan kepadanya dia tidak tau akan membalasnya seperti apa.
"Terimakasih Jennie-ya terimakasih" bisiknya dengan sesengukan
Jennie menggeleng. "Jennie sudah menganggap bibi seperti ibu Jennie sendiri dan Jisoo sebagai kakak perempuan Jennie" katanya dan semakin mempererat pelukannya.
Entah sejak kapan Jennie juga sudah mengeluarkan air matanya dan mereka berpelukan dengan suara isakan yang beradu.
Jongin yang hendak mengantar bubur untuk ny Kim mematung di depan pintu melihat dua perempuan yang sedang berpelukan dengan bahu bergetar. Dirinya hanya bisa menyaksikan dari depan pintu. Hatinya sedikit nyeri saat melihat wanita menangis apalagi wanita yang dia cintai inggin sekali ia berlari menyusul Jisoo dan membawanya pulang agar kehidupan kembali terasa dikeluarga ini, namun Jongin saja tidak mengetahui dimana Jisoo berada.
Isakan tangis terdengar di kesunyian taman yang sepi. Ditatapnya seorang perempuan dengan bahu bergetar dan suara isakan yang memenuhi indra pendengarannya.
Bangku taman bergerak memberi tahu bahwa ada orang baru yang ikut bergabung duduk di sampingnya.
Jisoo masih setia menumpahkan air matanya tak menghiraukan seseorang yang sendari tadi menatapnya. Suho menyentuh bahu bergetar tersebut dengan hati-hati membawanya ke dalam pelukannya.
"Sstttt tenanglah Jisoo" bisiknya dengan mengelus kepala Jisoo yang berada dipelukannya.
Jisoo segera mendongak dan melepas pelukan tersebut memberi jarak antara dirinya dengan laki-laki di hadapannya.
Suho menatap Jisoo. Berusaha mendekatinya namun segera mendapat penolakan dari Jisoo.
"Jangan mendekat" seru Jisoo dengan tangan yang menghadang Suho untuk mendekat
Suho mengalah dan tak mendekati Jisoo tatapan matanya menatap dalam manik hitam milik Jisoo.
"Maaf" satu kata berhasil Suho ucapkan dengan lirih
Jisoo menatapnya nyalang. "Kenapa?" Tanyanya dengan sedikit membentak dan terdengar nada kekecewaan disana.
Suho hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap manik hitam Jisoo lagi.
Merasa tak mendapat jawaban dari lelaki didepannya Jisoo kembali membuka suaranya. "Kenapa kau menuduh appa ku sebagai pelaku pembunuhan ayahmu? Apa itu semua benar kenyataannya?" tanya Jisoo memburu.
Suho masih menundukkan kepalanya dan hanya mampu bergumam kata maaf kepada Jisoo.
"Jelaskan kepadaku, apa benar appa ku yang membunuh ayahmu" kata Jisoo dengan mata yang tak lepas dari sosok di depannya.
Suho mengangkat kepalanya menatap manik hitam jisoo yang berair dengan berani ia kembali merengkuh Jisoo ke dalam dekapannya dengan erat tak ada penolakan yang Jisoo berikan hanya tangisan yang semakin kencang.
Suho masih berusaha menenangkan Jisoo. "Maafkan aku Jisoo maaf" bisiknya
"waktu itu aku mendapatkan informasi yang salah tentang kematian ayahku" lanjut Suho
Jisoo hanya mendengarkan semua kejelasan yang Suho katakan. "lalu apa hubungannya dengan appa ku? Apa benar appa ku pelakunya? " tanya Jisoo lirih
Suho menarik nafas sebelum menceritakan semuanya kepada Jisoo. Masih dengan posisi yang sama Suho menjelaskan semuanya dari awal hingga akhir.
"Aku melakukan investigasi tentang kematian ayahku dan orang suruhanku memberi dokumen hasil investigasinya bahwa di situ terdapat satu nama yaitu Kim Dongyuk, appamu. Waktu kejadian pamanmu datang menemui ayahku dan membawa dokumen kerjasama antara dua perusahaan yaitu milik ayahku dan appamu. Namun ayahku menolak karena perusahaan appamu yang tengah menjadi incaran polisi karena bisnis ilegalnya"
Suho menjeda perkataannya dan membuat Jisoo mendongakkan kepalanya menatapnya dengan penasaran.
"Karena appamu diincar oleh pihak berwajib atas bisnis ilegalnya. Oleh sebab itu ayahku menolaknya dan pamanmu memaksa ayahku untuk tanda tangan karena ayahku menolak akhirnya ayahku terjatuh dari tangga dan kepalanya membentur pot bunga dan yang melakukannya adalah Kim Jaebum, pamanmu" Suho mengeratkan pelukannya pada Jisoo dan mengecup puncak kepalanya berulangkali.
Jisoo kembali terisak dirinya tidak menyangka selama ini kedua orang tuanya pergi meninggalkan dan melakukan bisnis ilegal? ada rasa kecewa terhadap kedua orang tuanya yang begitu dia banggakan dan sayangi.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menuduh appa mu, semua hanya salah faham" ucap Suho penuh sesal.
Jisoo menggelengkan kepalanya dalam dekapan Suho. Dilepasnya rengkuhan Suho dan ditatapnya manik hitam lelaki tersebut.
"Maafkan pamanku aku tidak tau akan hal ini. Sebesar apapun dosanya padamu dan ayahmu tolong maafkan dia hiks.. Hiks.." kata Jisoo memohon dengan sesengukan
Suho kembali membawa Jisoo ke rengkuhannya "Aku sudah berusaha melupakan semuanya, dia juga sudah tiada"
Suho melepas pelukannya beralih mengengam tangan Jisoo dan menatap mata Jisoo dalam.
"Jisoo kumohon maafkan aku, pulanglah bersamaku. Ibumu sedang sakit." ucap Suho mencoba membujuk Jisoo agar mau pulang ke rumahnya.
Jisoo hanya diam mendengar ucapan Suho. Jauh di dalam hati kecilnya menjeritkan nama sang ibu yang selama ini dia rindukan namun rasa tersebut selalu ia hiraukan karena dirinya yang takut dengan perpisahan kedua orang tuanya.
"Jisoo kumohon pulanglah bersamaku" Ulang Suho karena tak mendapat jawaban dari Jisoo.
Jisoo mengangguk lemah dengan mata sembab. Senyum terpancar dari wajah Suho, ditariknya Jisoo kepelukannya dan dihujani kecupan-kecupan di puncak kepalanya.
'aku akan mengembalikannya pada keluarganya tapi tidak dengan hatinya park chanyeol' kata Suho dalam hati
Tbc_
Happy new year 2020🎉
Jangan lupa tinggalkan jejak~
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MAZE✔
FanfictionTidak sengaja bertemu, saling tidak menyadari tentang perasaan masing-masing, hingga bertemu masalah yang membuat mereka harus terpisah. ⚠️️JisooSuho area Judul awal RICH MAN ganti judul ke LOVE MAZE Rank #1-exoblackpink (27-10-2020)