Kata cinta tidak akan berarti tanpa setia.
Setelah isak tangis Naswa memelan, pelukan yang tadinya mengerat kini mulai mengendur. Membiarkan jarak terbentang antara dua wanita beda usia tersebut. Wanita paruh baya itu masih tidak percaya atas apa yang didengarnya tadi.
“Kenapa kamu menyembunyikan semua, Nas?”
Keheningan menjadi jawaban. Suasana tegang menyelimuti ruangan bercat putih itu. Ketiga orang tersebut sibuk dengan pikiran dan terkaan masing-masing. Namun, sebuah jawaban yng keluar dari mulut Naswa membuat keheningan terpecah.
“Naswa hanya ingin kelangsungan hubungan Kak Ratna dan Rehan tidak retak karena kesalahan ini. Awalnya aku pikir kesalahan itu bisa tertutup seperti sedia kala. Namun, ternyata masalah kian melebar bahkan kemarin lelaki itu ingin menyentuhku lagi.”
Tubuh Naswa bergetar menahan isak tangis yang ada. Kali ini, ia tidak bisa menyembunyikan luka dengan wajah yang tetap mendongak. Kali ini, ia mencurahkan semua luka dengan air mata. Air mata yang membuat dada wanita paruh baya itu pun menjadi sesak.
Ibu Naswa mulai menyadari satu hal, perhatian dan kasih sayangnya tidak terbagi sama rata untuk kedua anaknya. Terutama untuk Naswa, wanita paruh baya itu menganggap putrinya selalu baik-baik saja. Nyatanya ada luka yang bahkan sedikit pun ia tidak mengerti.
Ulasan kejadian masa lalu kembali datang menghadang. Memberikan gambaran tentang sikap baik Rehan yang selalu ditampakkan. Berlanjut dengan senyuman Naswa yang jarang ditampilkan. Satu pertanyaan yang kini mulai mengiris hati Ibu Naswa, apa sebagai seorang ibu ia kurang perhatian terhadap anaknya?
“Ma—maafkan Naswa, Pak, Bu.”
Lagi dan lagi tubuh Naswa direngkuh dalam dekapan hangat. Meskipun hal itu tidak bisa mengurangi luka putrinya, tetapi Ibu Naswa ingin menenangkan isak tangis tersebut. Bapak Naswa menatap dua orang yang tengah berpelukan dengan tatapan luka. Sebagai ayah ia merasa gagal untuk melindungi putri bungsunya.
Hari itu Naswa memilih untuk beristirahat sejenak. Mengistirahatkan hati juga badan yang tengah ditempa gulana. Ia hanya perlu memejamkan mata dan berharap rasa sakitnya mulai pergi tanpa diminta.
***
Di sebuah kafe dengan nuansa warna coklat susu, Aji tengah terdiam dan menyesap kopinya. Semalaman suntuk ia tidak bisa tidur karena memikirkan permasalahan dengan Rea. Beruntung hari ini, gadis itu mengajak bertemu di kafe ini.
Lima belas menit menunggu seorang dengan rambut sebahu telah ada di ambang pintu. Seperti biasa pakaian gadis itu sederhana, tetapi belum sepenuhnya tertutup. Aji pun tidak mengerti kenapa bisa mamanya menjodohkan dengan gadis yang seperti ini.
“Hai.” Aji berusaha tersenyum dengan sapaan Rea.
“Langsung saja, ya! Aku tidak ingin basa basi lagi!"
“Memangnya ada apa?” Aji bertanya sembari menatap Rea yang tidak lagi menunjukkan senyumnya.
“Kita batalkan perjodohan ini!”
Kalimat itu meluncur secara teratur. Aji tidak terkejut, tetapi sebagian hatinya juga bergolak. Bagaimana mungkin pernikahan akan dibatalkan jika semua undangan sudah tersebar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Gadis Lagi (Completed) [TERBIT]
SpiritualApa yang bisa dibanggakan untuk calon imammu jika mahkota yang harusnya terjaga telah tercuri? Hal itulah yang dirasakan Naswa. Setelah kejadian tujuh tahun lalu, luka semakin menganga. Wanita itu tidak lagi ingin merasakan cinta. Bahkan ada rasa tr...