Gabriella menatap Alvaro tajam. "Ngapain lo di sini?"
Bukannya menjawab, Alvaro malah berjalan mendekati Gabriella yang tengah duduk bersandar di sandaran brankar. Cowok itu berdiri tepat di samping Gabriella.
Gabriella menatap Alvaro bingung. "Mau ngapain lo?""Nggak tau," jawab Alvaro dingin. Cowok itu kemudian menunduk melihat kaki Gabriella yang sudah di perban. Alvaro menyentuh luka Gabriella kemudian memencet lukanya.
"AKH.. LO GILA?!" Pekik Gabriella kesakitan. Cewek itu menatap Alvaro tajam. "Nggak usah pegang luka gu- AKH.." Gabriella kembali berteriak ketika Alvaro memencet lukanya untuk kedua kalinya. Sungguh rasanya begitu nikmat. Nikmat sampai rasanya Gabriella ingin mati.
"Sakit?" Tanya Alvaro dingin.
Gabriella memukul lengan Alvaro kesal. "Sakit lah bego!"
"Gue suka pencet luka orang," ucap Alvaro santai. Sedetik kemudian, cowok itu kembali luka Gabriella untuk ketiga kalinya.
"AL!"
Alvaro menatap Gabriella tajam. "Nggak usah teriak. Bisa kan?"
"Gue nggak bakal teriak kalo lo nggak pencet luka gue!" Balas Gabriella tidak terima. Ia berteriak juga karena cowok itu.
"Luka kecil doang harus sampe di perban?" Tanya Alvaro datar.
"Kaki gue juga terkilir kalo lo lupa," balas Gabriella kesal.
"Oh."
'Oh doang? Gila! Harusnya lo minta maaf bego! Gabriella menatap Alvaro kesal. "Lo nggak mau minta maaf?"
Alvaro mengangkat salah satu alisnya, menatap Gabriella bingung. "Buat?"
"Astaga.. lo itu makhluk apaan Sih? Gue nggak habis pikir ada makhluk sejenis lo di bumi ini," ucap Gabriella kesal. Cewek itu memilih berbaring di atas brankar daripada harus berbicara dengan makhluk aneh seperti Alvaro. Sedetik kemudian, ia merasa luka kakinya kembali di pencet oleh cowok itu.
"ALVARO! Hiks.."
Alvaro tidak menghiraukan teriakan Gabriella. Cowok itu memilih keluar dari UKS. Ia tidak kuat mendengar teriakan Gabriella yang mampu memecahkan gendang telinga. Ya, lebih baik keluar daripada telinganya rusak.
Di sisi lain, Gabriella tengah menangis karena Alvaro membuat lukanya semakin sakit. Cewek itu menghapus kasar air mata yang mengalir di pipinya. "Gue nggak boleh nangis," ia kembali duduk untuk melihat kondisi kakinya yang terluka.
"Hiks.. sakit.." Gabriella menangis lagi setelah melihat lukanya kembali mengeluarkan darah hingga menembus perbannya. Sungguh, sakitnya tiga kali lipat dari sebelumnya. Sedetik kemudian, suara dingin Alvaro kembali terdengar.
"Gue tau lo pura-pura sakit."
Setan!
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH MY KETOS
Teen FictionBLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten Basket di sekolahnya hanya karena sebuah hukuman konyol yang Alvaro buat untuk menghukumnya. Satu mi...