Gabriella berjalan tertatih menuju kelasnya yang berada di dekat koridor. Cewek itu sesekali memejamkan mata menahan kekesalannya terhadap sikap Alvaro yang seenak jidat memberikan hukuman, menyuruhnya untuk tinggal di rumahnya. Memangnya dia siapa?
Beberapa murid yang berada di sana menatap Gabriella dengan berbagai macam tatapan. Tapi Gabriella sama sekali tidak peduli dan terus berjalan hingga sampai di dalam kelas.
"Astaga El.. lo nggak papa kan? Kak Al nggak ngapa-ngapain lo kan? Ada Yang sakit? Lo di pukul sama kak Al? Atau lo-"
"Mendingan lo diem deh Rev," ucap Gabriella memotong ucapan Reva. Cewek itu berjalan menuju bangkunya yang berada di barisan depan dan duduk di sana. Gabriella menenggelamkan wajahnya di kedua lengannya. Kepalanya tiba-tiba saja terasa pusing.
"Jawab dulu, lo kenapa?" Tanya Reva yang sudah duduk di depan Gabriella.
Gabriella menggelengkan kepalanya. "Gue nggak papa."
"Bohong. Lo mendingan jujur sama kita. Lo di apain sama Kak Al?" Tanya Mila yang baru saja duduk di samping Reva. Cewek itu yakin jika Gabriella tengah berbohong dan menutupi sesuatu dari mereka.
Gabriella mendongakkan kepalanya menatap ketiga sahabatnya bergantian. "Gue bingung harus ngomong apa. Gue kesel. Kepala gue pusing," ucap Gabriella lemah.
Keysha yang duduk bersebelahan dengan Gabriella mengelus punggung Gabriella berharap sahabatnya bisa lebih tenang. "Nggak papa. Lo bisa cerita pelan-pelan El."
Gabriella mengangguk. "Tadi gue di tarik ke gudang sama Alvaro. Gue pikir urusan gue sama dia udah selesai karena gue udah minta maaf. Tapi ternyata gue salah."
"Maksudnya? Gue masih belum ngerti," Tanya Mila.
"Alvaro bilang, masalah gue sama dia selesai kalo gue udah dapet hukuman dari dia." Gabriella menjeda ucapannya. "Dan kalian tau hukuman apa yang dia kasih ke gue?"
Ketiga sahabat Gabriella menggelengkan kepalanya. "Nggak."
"Dia suruh gue buat tinggal di rumahnya selama satu bulan. Gila kan?"
Ketiga sahabat Gabriella mengangguk paham. Sedetik kemudian mereka semua langsung membelalakkan matanya terkejut setelah menyadari ucapan Gabriella.
"APA?!"
Gabriella menatap ketiga sahabatnya kesal. "Nggak usah teriak juga. Kepala gue pusing."
Keysha menepuk pundak sahabatnya, Gabriella. "Ke kantin yuk."
Mila melirik jam yang ada di tangannya. "Jam istirahat pertama bakal bunyi semenit lagi."
"Nggak papa. Kan lagi semenit do-"
Kring kring kring
Ucapan Reva terpotong oleh suara bel yang tiba-tiba saja berbunyi. Tanpa pikir panjang, mereka berempat langsung bergegas menuju kantin yang tidak jauh dari kelas mereka.
Saat berada di koridor, Gabriella tiba-tiba saja menghentikan langkahnya membuat ketiga sahabatnya juga ikut berhenti melangkah.
"Lo kenapa El?" Tanya Mila heran.Gabriella tidak menjawab. Cewek itu berjongkok sambil terus memijat pangkal hidungnya yang terasa pusing. Entah kenapa, Gabriella merasa kepalanya seperti di tusuk-tusuk oleh ribuan jarum. Sangat sakit.
"Lo sakit ya El?" Tanya Reva khawatir.
Gabriella menggelengkan kepalanya. "Nggak kok. Gue nggak papa." Gabriella kembali berdiri dan menatap ketiga sahabatnya bergiliran. "Mungkin Karena gue laper."
Ketiga sahabat Gabriella mengangguk paham kemudian kembali berjalan di samping Gabriella. Sesekali mereka mendengar ringisan kecil yang keluar dari mulut Gabriella.
Gabriella memijat pangkal hidungnya. "Shh.."
"Lo bener-bener nggak kenapa-napa kan? Kepala lo pusing?"
Gabriella menggelengkan kepalanya lagi. "Gue nggak papa Rev."
Reva mengangguk ragu. "Syukur deh."
Setelah sampai di dalam kantin, mereka bertiga berjalan menuju stand minuman.
Gabriella sesekali memejamkan mata menahan sakit di kepalanya. Cewek itu berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal, Gabriella merasa dirinya sebentar lagi akan pingsan.Setelah selesai membeli minuman, Gabriella bergegas pergi meninggalkan sahabatnya yang masih memesan makanan. Cewek itu berniat untuk kembali ke kelasnya, hanya sekedar beristirahat. Berharap, sakit di kepalanya akan berkurang.
Ketika melewati lapangan outdoor sekolah, Gabriella tidak sengaja melihat Alvaro dan keempat sahabatnya tengah bermain basket di sana. Pandangan Gabriella tidak pernah lepas dari Alvaro yang menggunakan headband di kepalanya. Cowok itu terlihat semakin tampan.
Gabriella memejamkan matanya ketika sakit di kepalanya kembali menyerang. Cewek itu kembali berjalan mengabaikan rasa sakit di pergelangan kakinya dan juga rasa pusing di kepalanya.
Hingga tiba-tiba...
"Akh.."
Sebuah bola basket tepat mengenai lengan Gabriella. Untung saja lemparannya tidak keras. Bisa-bisa cewek itu langsung pingsan di pinggir lapangan.
Gabriella menghela napasnya berusaha sabar. Teehitung sudah tiga kali ia berurusan dengan bola basket. Cewek itu mengambil bola yang menggelinding tepat di samping tubuhnya.
Di sisi lain, keempat sahabat Alvaro menatap Gabriella panik. Sedangkan Alvaro? Cowok itu tidak bereaksi sama sekali."Al! Bola yang lo lempar kena Gabriella!" Teriak Alen heboh.
Alvaro berdecak kesal. "Bodo amat."
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH MY KETOS
Teen FictionBLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten Basket di sekolahnya hanya karena sebuah hukuman konyol yang Alvaro buat untuk menghukumnya. Satu mi...