Alvaro berjalan mendekati tubuh Gabriella yang masih tidak sadarkan diri di bawah lantai, tepatnya di bawah meja makan. Alvaro tidak habis pikir. Bagaimana bisa cewek itu pingsan hanya karena seekor Cicak? Bertemu Cicak saja, Gabriella pingsan. Bagaimana jika cewek itu bertemu dengan Buaya?
"Bangun," Alvaro menepuk pelan pipi Gabriella setelah berada di samping tubuhnya. "Bangun El. Lo gak beneran pingsan kan hanya karena Cicak?:
Alvaro menghela napasnya kasar. Karena tidak mendapatkan respons sama sekali dari Gabriella, cowok itu memilih mengangkat tubuh Gabriella, meletakkan tangannya di bagian leher belakang dan juga paha bagian bawah, menggendongnya ala bridal style menuju ruang tengah. Alvaro membaringkan tubuh Gabriella terlentang di atas sofa.
Alvaro mengambil sesuatu di dalam laci yang berada tidak jauh dari sofa. Itu adalah minyak angin yang memiliki aroma terapi sangat menenangkan. Alvaro menumpahkan sedikit minyak angin itu di ujung jari telunjuknya, kemudian mengoleskan nya di hidung dan juga pelipis Gabriella. Setelah selesai, Alvaro meletakkan kembali minyak angin itu ketempat semula.
Alvaro menatap wajah Gabriella dari dekat. Satu kata yang pertama kali muncul di kepalanya ketika melihat wajah Gabriella,
Cantik.
Ya, Alvaro mengakui jika Gabriella memiliki wajah yang sempurna. Hidung mancung, kelopak mata indah, alis tebal, bulu mata lentik, kulit putih dan juga bibir tipis yang setiap hari tidak pernah berhenti mengoceh. Pantas jika seorang Gabriella Anatasya banyak di kagumi bahkan di sukai oleh teman-teman di sekolahnya. Tapi tidak dengan Alvaro. Cowok itu sama sekali tidak tertarik dengan Gabriella. Itu karena satu nama yang dari dulu hingga sekarang masih setia mengisi kekosongan hatinya,
Vava, cinta pertama seorang Alvaro Aldebaran.
Di bawah bentangan langit, berkabut tanpa taburan bintang dan cahaya bulan, seorang anak laki-laki berumur sembilan tahun tengah berada di sebuah taman kota yang terlihat sangat sepi. Ia berjongkok di bawah pohon sambil terus mengusap mulutnya yang mengeluarkan banyak darah sejak sepuluh menit yang lalu.
" Uhuk uhuk.. hiks..."
Anak laki-laki itu adalah Alvaro Aldebaran.
Alvaro kecil menangis dengan wajah dan tangan yang di penuhi oleh bercak darahnya sendiri. Tidak ada siapa pun di sana. Ia sendirian."Kamu kenapa?"
Tiba-tiba saja ia mendengar suara seseorang di belakangnya. Alvaro pun menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis kecil tengah menatapnya terkejut.
"Kamu berdarah!"
Gadis kecil itu kemudian berjongkok di hadapan Alvaro sembari melepaskan jaket yang ia kenakan untuk membersihkan darah yang terus saja keluar dari mulut Alvaro.
"A-aku gak papa," ucap Alvaro lemah.
Gadis kecil itu menggeleng kan kepalanya sembari menitikkan air mata. Ia tidak tega saat melihat anak laki-laki di depannya memuntahkan darah dari dalam mulutnya.
"Ka-kamu sakit ya? Hiks.."
Alvaro menggeleng lemah. Anak itu mengambil tangan gadis yang tengah membersihkan darah di wajahnya. Ia meletakkan tangan gadis itu tepat di dadanya. "S-akitnya di sini va. Jangan pergi.."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH MY KETOS
Novela JuvenilBLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten Basket di sekolahnya hanya karena sebuah hukuman konyol yang Alvaro buat untuk menghukumnya. Satu mi...