Gabriella menatap Alvaro kesal. Kini ia dan Alvaro tengah berada di ruang makan untuk menyelesaikan sarapan.
Sejak kemarin malam, Alvaro selalu memperlakukan dirinya layaknya seorang pelayan. Menyuruhnya memasak, membersihkan kamar, menyapu halaman, bahkan mencuci seragam basket yang cowok itu pakai.
"Ngapain lo liat-liat gue?" Tanya Alvaro setelah menyelesaikan sarapannya. Cowok itu juga sudah siap dengan pakaian olahraga di tubuhnya.
Gabriella menggelengkan kepalanya. "Ngak papa."
Alvaro mengangkat bahunya tidak peduli dan bangkit dari duduknya. "Ambilin tas gue di atas sofa,"
Setelah mengatakan itu, Alvaro langsung keluar meninggalkan Gabriella yang semakin menatapnya kesal.
Gabriella menghela napasnya berusaha sabar. "Sabar Gabriella.., anggap dia setan," cewek itu kemudian berjalan tertatih menuju sofa dan mengambil tas hitam milik Alvaro.
Setelah selesai, Gabriella kembali berjalan menuju halaman rumah cowok menyebalkan itu. Di sana, ia dapat melihat Alvaro yang sudah duduk santai di atas motornya sembari menatap Gabriella tajam.
"Lama. Cepetan!"
"Lo gak liat kaki gue masih luka?" Tanya Gabriella sambil berjalan tertatih menghampiri Alvaro.
"Gue gak peduli," balas Alvaro setelah mengambil tasnya dari tangan Gabriella. Cowok itu kemudian memakai tasnya di depan tubuh. Jangan tanya kenapa, karena itu adalah kebiasaan seorang Alvaro Aldebaran.
Alvaro kembali menatap Gabriella. "Tutup pintu."
Gabriella mengangguk kemudian berjalan untuk menutup pintu. Setelah itu ia berjalan kembali menghampiri Alvaro yang sudah memakai helm full face di kepalanya.
"Mau ngapain lo?" Tanya Alvaro ketika melihat Gabriella akan menaiki motornya.
Gabriella menatap Alvaro bingung. "Bukannya lo mau nganterin gue ke sekolah?"
Alvaro menatap Gabriella tajam. "Kapan gue bilang kayak gitu?"
Gabriella menatap Alvaro kesal. Memang benar jika Alvaro tidak pernah mengatakan jika dirinya akan mengantar Gabriella ke sekolah. Tetapi Alvaro seolah menyuruhnya naik ke atas motor ketika cowok itu mengenakan tasnya di depan tubuhnya. Gabriella pikir Alvaro melakukan itu agar ia mudah untuk menaiki motor Alvaro. Setidaknya, itulah yang Gabriella pikirkan.
"Lo emang gak pernah bilang. Tapi tas lo.."
Alvaro melihat tasnya yang ada di depan tubuhnya kemudian menatap Gabriella. "Lo pikir gue sengaja taruh tas ini di depan? Dan lo pikir gue bakal nganterin lo ke sekolah?"
Gabriella mengangguk. "Bener kan?"
"Ngak," balas Alvaro. "Gue emang selalu taruh tas gue di depan tubuh. Dan lo gak usah GR."
Setelah mengatakan itu, Alvaro langsung melajukan motornya meninggalkan halaman rumah dengan Gabriella yang tengah menatapnya tak percaya.
"Gila. Gue di tinggal."
Sedetik kemudian, Gabriella baru dapat mencerna keadaan. Ternyata Ia memang terlalu GR menganggap Alvaro akan mengantarnya ke sekolah. Nyatanya, cewek itu hanya salah paham.
"Astaga El.., kenapa lo jadi GR kayak gini sih?" Tanya Gabriella kepada dirinya sendiri.
Gabriella mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya, kemudian menelepon Keysha, sahabatnya.
'Halo El..' sapa Keysha di seberang sana.
"Lo lagi di mana Key?" Tanya Gabriella.
'Gue lagi di mobil bareng Mila sama Reva. Ada apa El?"
"Lo bisa jemput gue di rumahnya Alvaro? Gue bakal kirim alamat rumah cowok nyebelin itu sekarang."
'Bisa. Gue OTW.'
Gabriella memutuskan panggilan sepihak kemudian mengirimkan alamat rumah Alvaro kepada Keysha. Gabriella kemudian berjalan keluar menutup gerbang. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya mobil Keysha berhenti tepat di depannya. Tanpa berbicara lagi, Gabriella langsung masuk ke dalam mobil dengan wajah yang terlihat kesal. Mobil pun melaju meninggalkan kediaman mewah milik Alvaro.
"Kenapa El? Muka lo kok kesel gitu sih?" Tanya Reva yang duduk bersebelahan dengan Gabriella.
"Gara-gara kak Alvaro?" Tebak Mila.
Gabriella mengangguk. "Iya."
"Emang kak Al ngapain sampe bikin lo kesel?" Tanya Keysha yang masih sibuk menyetir mobil.
"Dia gak ngapa-ngapain. Tapi gue yang terlalu GR," jawab Gabriella kesal.
Mila mengerutkan keningnya. "GR? Lo GR gara-gara apa?"
"Gue pikir Alvaro bakal nganterin gue ke sekolah, ternyata gue cuman salah paham." Gabriella menjeda ucapannya. "Alvaro pakai tasnya di depan dada. Dan gue pikir Alvaro sengaja ngelakuin itu supaya gue bisa naik ke atas motor cowok nyebelin itu dengan mudah. Nyatanya, gue salah. Arrgh.. gue kesel.."
Ketiga sahabat Gabriella hanya mampu menahan tawa setelah Gabriella selesai bercerita.
"Pfft.."
Gabriella menatap ketiga sahabatnya kesal.
"Gak usah ketawa," ucap Gabriella ketus.
Di sisi lain, Alvaro menghentikan laju kendaraannya ketika tidak sengaja menabrak seorang gadis yang tengah menyeberang di tengah jalan. Cowok itu melepaskan helm full face nya kemudian berjalan mendekati gadis yang tengah terduduk sembari memegang kakinya yang sedikit mengeluarkan darah.
"Lo gak papa?" Tanya Alvaro yang sudah berjongkok di hadapan gadis itu.
"Shh..," gadis itu mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat siapa yang sudah menabraknya tadi. "Al.."
Suara itu...
Alvaro membeku di tempat. Jantungnya terasa berhenti berdetak untuk sesaat. Cowok itu menahan napasnya. Jantungnya semakin melemah ketika melihat wajah gadis yang ia tabrak.
Gadis cantik itu terkejut, sama halnya dengan Alvaro. Lalu dengan cepat ia memeluk tubuh Alvaro yang masih diam membeku di hadapannya.
Sedangkan Alvaro menatap lurus kedepan dengan tatapan kosongnya. Tangan yang berada di sisi tubuhnya mengepal kuat hingga membuat urat nadinya tercetak.
"Aku kangen Al..."
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH MY KETOS
Teen FictionBLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten Basket di sekolahnya hanya karena sebuah hukuman konyol yang Alvaro buat untuk menghukumnya. Satu mi...