"Akh.., pelan-pelan dong.."
Gabriella dan Alvaro kini sudah berada di ruang tengah, tepatnya di rumah kedua orang tua Alvaro. Setelah kejadian di lapangan tadi, kedua remaja itu memutuskan pulang ke sana menggunakan taksi, berniat untuk mengobati luka di dahi Alvaro.
Seperti saat ini, Gabriella tengah duduk berhadapan dengan Alvaro di atas sofa, dengan tangan yang sibuk membersihkan darah di dahi cowok itu.
Gabriella berdecak kesal. "Ini juga udah pelan-pelan."
Alvaro tidak menjawab. Cowok itu masih sibuk menutup matanya kuat, menikmati rasa sakit yang menyerang kepalanya.
Gabriella mengusap darah yang mengalir di wajah Alvaro. Saking banyaknya, darah itu sampai mengalir melewati leher putih cowok itu. Gabriella yakin, luka Alvaro sangat dalam. Terbukti dari banyaknya darah yang keluar dari luka itu.
"Shh..
Gabriella sedikit meringis ketika melihat luka di dahi cowok itu. "Kenapa nggak ke rumah sakit aja sih?"
Pertanyaan yang sejak tadi tertanam di otak Gabriella akhirnya keluar juga. Cewek itu juga heran, kenapa Alvaro meminta taksi untuk mengantarkannya pulang ke rumah orang tuanya. Kenapa tidak ke rumah sakit saja?
Alvaro membuka matanya, menatap Gabriella tajam. "Lo yang buat gue luka. Jadi lo yang harus-akh, lo mau bunuh gu-akh, pelan-pelan be-akh!"
Alvaro berteriak kesakitan ketika Gabriella terus saja menekan luka di dahinya kuat. Sungguh, sakitnya luar biasa hebat.
'Rasain! Waktu itu lo juga pernah mencet luka gue di UKS! Jadi kita imbang!' Batin Gabriella.
Alvaro menatap Gabriella semakin tajam. "Lo sengaja mencet luka gue?"
Gabriella hanya mengangkat bahunya tidak peduli. "Gue suka mencet luka orang."
Mampus!
Alvaro memilih mengabaikan ucapan Gabriella. Cowok itu merebut kasar tissue yang Gabriella pegang, kemudian membersihkan sendiri darah yang mengalir di leher putih miliknya.
"Sayang, ini obatnya."
Keira yang baru saja turun dari lantai atas untuk mengambil P3K langsung berjalan menghampiri Gabriella dan Alvaro yang sedang berada di ruang tengah.
Gabriella mengambil P3K dari tangan Keira. "Makasih Bun.."
Keira mengangguk kemudian duduk di samping Alvaro. Keira memperhatikan luka di dahi cowok itu. "Lukanya dalem banget sayang. Kenapa bisa luka gini?"
Gabriella dan Alvaro sama-sama terdiam. Tidak tau harus menjawab apa. Jika mengatakan yang sebenarnya, apakah Keira akan marah ketika mengetahui jika Gabriella dan Alvaro seperti Tom and Jerry ketika sedang berada di rumah maupun di sekolah? Dan luka di dahi Alvaro di sebabkan oleh Gabriella? Dan juga luka di kaki Gabriella di sebabkan oleh Alvaro?
"Kena sepatu," sepatu Gabriella. jawab Alvaro singkat.
Keira mengangguk. Tatapannya beralih ke pergelangan kaki Gabriella yang sudah di perban. Ia juga baru tau jika kaki Gabriella tengah terluka. "Kaki kamu kenapa El?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH MY KETOS
Teen FictionBLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten Basket di sekolahnya hanya karena sebuah hukuman konyol yang Alvaro buat untuk menghukumnya. Satu mi...